Wednesday, August 7, 2013

Ah. Masih Ada Ramadhan Lain ,kok!

Detik-detik terakhir Ramadhan sudah dimulai. Ada tiga puluh hari penuh berkah di bulan ini. Pertanyaannya sekarang adalah : sudahkah kita mengambil sesuatu dari Bulan Ramadhan ini? Sudah totalkah ibadah kita? Mau apa lagi kita setelah habis bulan Ramadhan ini? Apa proyeksi hidup nanti setelah Ramadhan?

Ramadhan membuat saya "ngeh" tentang para Syuhada di tanah Timur Tengah sana. Ada berbagai macam permasalahan disana oleh beberapa pihak dengan tujuan tertentu yang harus mengorbankan puluhan bahkan ratusan umat Muslim tidak bersalah disana. Peperangan seakan menjadi pemandangan sehari-hari disana. Entahlah, seperti apa yang sebenarnya terjadi hanya mereka dan Allah yang tahu. Mata dunia hanya terbatas melalui media, bahkan ada kabar yang berhembus bahwa media juga dibatasi oleh beberapa pihak berwenang tentang situasi dan kondisi terkini. 
Latar belakang semua kejadian itu sepertinya lebih banyak tentang keyakinan agama yang berselimutkan politik. Yang pasti, akhir-akhir ini kita juga tidak asing lagi dengan foto-foto dokumentasi para Syuhada yang meninggal di Mesir, Suriah, Rohingya, Palestina dan lain sebagainya. Atau ulasan singkat yang sempat dilansir oleh beberapa media tentang konflik disana. Oke, saya tidak harus menjelaskan panjang lebar latar belakang masalahnya apa disini. Karena ada ribuan artikel tentang ini di Google. Anda bisa pilih dan baca salah satunya



Kita seharusnya merasa malu dengan para Syuhada yang berjuang apa yang mereka harus perjuangkan disana. Memperjuangkan apa yang mereka yakini disana. Keyakinan mereka. 

Karena mereka bisa masuk pintu syurga para pejuang yang berjihad di jalan Allah. Yang paling mengesankan lagi mereka berjihad di waktu terbaik ini, di bulan Ramadhan. 

Seakan mereka senang-senang saja jika dada mereka harus tertembak ratusan peluru jika itu diperlukan untuk berjuang di jalan Allah. 

Atau rela dihujani rudal ketika sedang tidur siang di rumah. Tidur siang? bahkan mereka mungkin tidak punya waktu untuk itu. 

Mereka hanya bisa berdoa, beribadah, tetap berjuang teguh dalam keyakinan kepada Allah, sehingga ketika ujung waktu mereka datang, mereka siap menghadap Allah. 

Karena dibalik syahidnya, ada janji Allah disana. Dan janji Allah tidak pernah ingkar. Tidak heran kalau jasad mereka bisa tersenyum ketika menjemput ajal.

Karena mereka bisa mendapatkan kemuliaan karena mati syahidnya. Ditambah lagi di waktu yan paling mulia ini, Bulan Ramadhan. Harusnya kita iri dengan mereka.

Kita seharusnya malu dengan diri kita sendiri. Coba ingat-ingat lagi, apakah kita ini sudah bersyukur hari ini? Ataukah keluhan lebih banyak terlontar dari mulut kita? 

Curhat di twitter, di facebook, buat status sana-sini, mengeluh padahal tidak menyelesaikan apa-apa. Atau adakah dari salah satu bait doa kita yang berterima kasih atas hidup ini kepada Allah ,yang diucapkan setelah sholat?

Padahal rasanya semua yang kita butuhkan ada. Setidaknya kita disini masih bisa tidur siang dengan tenang atau tidak perlu makan daging kucing seperti para saudara kita disana yang akses masuk bahan makanannya ditahan sehingga kehabisan makanan dan menghalalkan semua untuk dimakan.

Atau tidak perlu sholat sambil dirundung ketakutan akan rudal yang menghujani tempat tinggal mereka. Sudahkah kita bersyukur?

Kita seharusnya malu dengan diri kita sendiri. Coba ingat lagi, apakah kita ini sudah menempatkan Allah diatas segala-galanya? 

Apakah merasa cinta hanya dengan Allah dan RasulNya? Ataukah masih ada manusia yang kita lebih rindukan daripada Dia? 

Kalau merasa sudah cinta, apakah kita sudah membuktikan dengan mengikuti semua perintahNya dan menjauhi laranganNya? 

Apakah perintah sholat, puasa, zakat, membaca AlQur'an, (untuk muslimah) berhijab, menghormati orang tua, menikah, menjauhi zina dan ibadah wajib-sunnah lainnya sudah dijalankan? 

Kalau sudah, apakah kita khusyuk dan ikhlas menjalaniNya semata-mata untuk Allah? Apakah kita sudah mencoba khusyuk dalam sholat? Apakah kita sudah ikhlas berpuasa Ramadhan ataupun sunnah? 

Apakah kita sudah memuliakan kedua orang tua di rumah? Apakah kita menjaga pergaulan lawan jenis dengan tidak mendekati zina pacaran atau sejenisnya? 

Apakah hijab kita sudah syar'i dengan jilbab mengulur panjang kebawah dan khimar mengulur sampai ke dada? 

Dan masih banyak hal lagi yang masih kita harus pelajari untuk meng-upgrade iman kita. Sekarang, bagaimana kabar iman kita?

Coba bandingkan kita dan mereka yang di Timur Tengah sana. Kita kalah kalau soal keikhlasan dengan mereka. Kita kalah kalau soal ikhlas dalam meyakini agama sendiri. 

Ikhlas dalam mencari perhatian Allah semata. Inilah sebab mengapa tidak jarang kita temui mereka, bahkan diri kita sendiri, yang mengaku islam tapi kita tidak ikhlas menjalankan semua perintahNya. Seperti setengah-setengah. 

Tapi, mereka disana malah berlomba-lomba untuk jihad dan rela mati syahid untuk mendapatkan kemuliaan dan syurga Allah. 

Sedangkan kita ,mungkin sudah beribadah wajib-sunnah tapi sadar atau tidak sadar pahalanya malah terhapus dengan dosa yang terus kita perbuat.

Bahkan kadang kita masih ogah-ogahan dan mencari pembenaran sana sini untuk menghindar dari perintah Allah. Ibadah itu tidak sebatas sholat dan puasa saja. Banyak. Dan itu yang harusnya bersama-sama kita cari dan pelajari.

Sekarang, kalau sudah melihat diri kita sendiri dan sekitar kita, mari proyeksikan diri kita ke depan. Adakah yang masih kita harus ubah? 

Adakah pesan Allah yang coba disampaikan melalui Ramadhan sudah kamu rasakan? 

Akan menjadi pribadi seperti apa kamu setelah Ramadhan ini? Akankah menjadi pribadi yang sama, meningkat, atau menurun?

Semua pertanyaan itu hanya anda yang bisa jawab. Ada tidaknya hal dalam diri kita untuk diubah, tergantung anda. Berubah atau tidak ,pilihan anda. Tapi ,pikirkan lagi.

Jika kita tidak berubah juga dari sekarang, mari kita berharap semoga tahun depan masih ada Ramadhan lain untuk kita.

Sekian. Semoga bermanfaat.

2 comments:

  1. afwan...
    tpi ukhti sepertinya kurang referensi, persoalan di timur tengah bukan persoalan lokal dan politis saja tapi lebih dari itu merupakan persoalan universal. Ini bahagian dari peristiwa akbar beradunya 'dua menara'..

    Mereka shahid karna mreka tidak membuang waktu menggalau dan berduka melihat orang di sampingnya di terjang peluru, mereka shahid karna mereka ingin menjadi bagian dari janji Allah (Albaqarah ayat 30), sekaligus sebagai pembuktian bahwa mereka ada diantara orang2 beriman (seperti mereka yang di tegur Allah dalam surah AlBaqarah ayat 208)...

    usaha dan shahidnya mereka samasekali tidak menyedihkan... justru menyedihkan kalau tidak ada Anshari Ilallah yang tergerak untuk bangkit dari 'selimut'....

    Orang2 yang bisanya menyampaikan duka itulah yang menyedihkan....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih untuk tambahan ilmunya. Semoga bisa memperjelas lagi tulisan diatas :)
      Jazaakillah khairan katsiran.

      Delete

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....