Monday, November 14, 2016

Surat Kedelapan

Kalau kamu baca ini,
Ini Mama yang masih mengumpulkan "nyawa", baru bangun tidur. Sekitar jam 07.00 pagi. Masih sempoyongan dan pikiran masih melayang karena semalaman Mama gak bisa tidur nyenyak. Hampir tiap jam Mama mesti terbangun karena rasa nyeri tajam yang makin hari makin sering terjadi dan makin sakit juga. Sampai mesti terbangun dan berkeringat karena menahan sakit. Ini juga ada Papa. Yang masih tidur sampai jam segini. Gara-gara ikut kebangun juga karena dengar Mama tiba-tiba meringis kesakitan. Ikut gak tidur nyenyak juga. Belum habis lelahnya di kantor, tidurnya mesti terganggu juga karena rasa nyeri ini. Dokter bilang, itu karena kamu yang udah mulai mencari jalan keluar. Mulai sempit ya? Sabar ya, nanti ada waktunya kok kamu keluar. Tuhan udah atur ya, Kakak.



Kalau kamu baca ini,
Ini Mama yang baru tiga hari yang lalu masuk rumah sakit lagi. Rabu, pagi itu, tiba-tiba Mama merasa sesak nafas. Bener-bener gak bisa nafas seperti biasa. Tiap menghirup, dada rasanya sakit. Kayak ditonjok dari dalam. Hiks. Apalagi kamu gerak juga, rasa nyeri tajam itu datang lagi. Dobel banget deh rasa nya. Manteps, Kak. Mungkin kamu juga merasa badan Mama ada yang gak beres.Iya, dokter bilang sesak nafasnya dipengaruhi sama skoliosis yang diidap Mama sejak jaman SMA sampai sekarang. Nanti kamu kalau udah dewasa aja baru belajar ya. Nanti kamu pusing kalau dijelasin sekarang. Hehehe.

Kalau kamu baca ini,
Ini Papa yang rela gak masuk kantor seharian. Kerjaannya terbengkalai. Gara-gara jagain Mama seharian di rumah sakit. Bener-bener jagain, gak ninggalin. Mana gadget nya lowbat, bener-bener melongo dia di rumah sakit. Gadget Mama juga lowbat. Gara-gara Papa buru-buru nganterin ke rumah sakit pagi itu. Alhasil, gak ngapa-ngapain. Mama tau dia paling gak bisa kalau gak pegang gadget. Kamu mesti tau lho, nak. Hihi. Tetap sabar-sabar aja tuh sambil usap punggung Mama. Hehehe.

Kalau kamu baca ini,
Ini ada Mama-nya Mama. Yang kelak kamu panggil Nenek. Grandma. Oma. Atau nama lain. Kedengaran tua banget katanya kalau dipanggil Nenek. Hihi. Apalah nanti aja kita fikirin. Nenek juga nungguin Mama di rumah sakit kemarin lho. Urusin Mama. Bawain baju dari rumah. Antar Mama ke dokter. Kalau kamu udah lahir, kamu bakal suka sama Nenek deh. Gak lupa Mama-nya Papa juga, walaupun gak ikut ke rumah sakit, yakin beliau juga doain Mama dan kamu supaya gak kenapa-kenapa. Yakin, dia ikut khawatir juga waktu Mama di rumah sakit. Sama seperti Mama-nya Mama. Eh sama Papa-nya Papa dan Mama juga. Hihi. Parents will be parents. Sampai kapanpun.

Kalau kamu baca ini,
Jadi anak yang baik ya, Kak. Anak yang sholeh. Anak yang sehat (hehe..). Jadi anak yang bermanfaat untuk agama, keluarga dan negara. Mama and Papa, and our family, have been go through many things to keep you alive since you were size of sesame seed in the first month. Sebesar biji. Sampai kamu lahir. And willl (still) keep you alive and happy after you born. Insya Allah. See you soon, ya Kakak.


(This is the most emotional letter that i've ever written to you, Kakak. No doubt.)

Love you so much,
Mama.
XOXO

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....