Thursday, June 22, 2017

Isi Lamunan Saat Menyetir Pagi Ini.

Pagi ini, saya sedang asyik mengemudi menuju kantor sambil mendengar radio dari sebuah stasiun radio yang terkenal. They threw some topics to invite opinions from listeners. The listeners will tweet, phone, or mention the radio in facebook to speak their opinion out. Dan sampailah pembicaraan sang penyiar tentang sebuah tema yang cukup menggelitik logika dan nurani saya.

Berawal dari berita viral di internet tentang sepasang remaja berumur 15 tahun yang telah menikah beberapa waktu yang lalu. I have read the news. Dan entah harus berkata apa ya, karena ada beberapa faktor yang menyebabkan pernikahan dini (walaupun saya jga tidak tahu motif apa yang melatarbelakangi pernikahan 2 remaja tadi. Berita tidak mengatakan apapun tentang alasannya) dan diri saya sendiri pun sekarang berada di posisi pro dan kontra tentang menikah di usia dini. Apalagiii..married in age 15? Fine but, are you serious, people? Saya rasanya gemes sendiri pengen berkomentar. Kan udah lama juga rasanya saya nulis-nulis tentang nikah sejak saya sendiri pun sudah menikah 😆

So, here my opinion..


Saya menikah saat usia 21 tahun dan suami umur 23 tahun. Kami berdua masih sangat muda ya? Lalu, setelah menikah langsung hamil dan punya anak pertama di usia 22 tahun dan suami umur 24 tahun. Masih terlalu muda juga ya untuk jadi orang tua? Saking muda nya, saya dan suami sering dikira masih pacaran dan masih kuliah. Gak sedikit mungkin orang-orang yang melihat kami jalan berdua tapi tidak tahu-menahu, berfikir "apa sih mereka lebay banget pacarannya sampai nempel-nempel gitu." Ya elah. We are married and young. Jadi tidak heran kalau saya sendiri juga melihat pasangan muda seperti kami yang sangat dekat, pegangan tangan, ketika jalan-jalan di mall atau public place lainnya, saya sering prasangka baik kalau mungkin mereka sudah nikah.  Iya atau tidak, ya mereka lebih tahu lah ^^

Kenapa memutuskan menikah muda?

Jujur saja, kami berdua memutuskan segera menikah, tanpa melihat usia masih berapa, yaitu karena kami gak mau kalau suatu hubungan sebelum menikah dibiarkan berjalan terlalu lama sampai dan berlarut-larut yang hanya disambung dengan harapan. Semua orang, apalagi perempuan, dan saya rasa juga laki-laki, gak ada yang mau lah cuma dijadikan pacar bertahun-tahun, tapi entah lari kemana tujuan hubungan itu. Kasian kan, anak orang dibawa kesana kemari, dipamerin sana sini, tapi nikah sama orang lain 😤. Jadi, untuk menghindari hal itu, kami memastikan mau dibawa kemana hubungan ini, kapan, dan mengapa. Kami memastikan dari awal, apakah kami berjodoh atau tidak. Sebelum kami terlalu sedih untuk bersama tapi, terlalu takut untuk saling meninggalkan.

Bagaimana kami berkenalan?

Tentu untuk memastikan apakah kami berjodoh atau tidak, yaitu dengan proses. Usaha dan doa. Sedikit flashback juga ini. hihi. Awalnya, saya hanya kenal dan sekedar tahu saja dengan suami waktu itu. Tapi, keinginan menikah kami disampaikan melalu teman, dan teman juga lah yang mengenalkan secara formal dan menyampaikan maksud itu. Kami gak langsung kenalan satu sama lain, tapi kenalan dengan keluarga masing dulu-dulu lho hahaha. Ini salah satu awal yang cocok untuk menunjukkan keseriusan hubungan, yaitu mengenalkan pada keluarga masing.masing. Setelah itu, baru kami berdua yang berkenalan. Visi, misi, dan karakter.

Setelah merasa cocok, difikirkan pakai logika, dirasakan apakah memang hati kita cenderung dengan segala kekurangan dan kelebihannya, atau tidak, baru tiba saatnya saya pun berdoa. Kalau jodoh tolong dilancarkan dan didekatkan, kalau gak jodoh, jauhin aja saya dan dia jauh-jauh pokoknya. Sampai akhirnya waktu yang menjawab sendiri. Saya gak perlu berharap terlalu berlebihan, karena Tuhan punya seribu cara untuk menjodohkan maupun memisahkan.

Bagaimana setelah menikah muda?

Satu kata saja. Luar biasa. Tapiii..luar biasa apanya dulu nih? 😏😁
Luar biasa bahagia dan sedihnya. Hahaha. Kok bisa?
Sini..sini saya mau kasih tau saja ya, jangan kita kira menikah bakal haha-hihi saja, apalagi sampai hanya memimpikan hubungan fisik saja. Kalau menikah itu gak cuma senang-senang aja lho. Ada sedih-sedihnya juga. Imajinasi bahagia yang sering kita impikan sebelum menikah ternyata hanya kulitnya saja. Hidup kan gak selalu senang-senang aja kan? Tidak sedikit pasangan yang menikah di usia sangat muda, berujung tidak bahagia. Banyak faktor yang memengaruhi. Masing-masing pernikahan punya masalah sendiri.

Kenapa?

Ya, karena ada orang lain yang menjadi separuh diri kita. Perlu waktu dan usaha banget untuk menyatukan dua kepala, dua hati, dua karakter yang berbeda. Dan ini, yang biasanya gagal dijalani oleh sebagian besar pasangan muda. Karena egonya masih terlalu besar. Sifat-sifat yang kita tahu dalam proses sebelum menikah, ternyata cuma secuil saja. Setelah menikah baru semua sifat asli kita terlihat. Ego masih tinggi mungkin masih faktor usia masih muda juga. Pokoknya masih aku, aku, dan akuuuu. Padahal nikah itu, kita, kita dan kita. Masih gampang marah, masih gampang egois, pokoknya masih gampang "sifat negatifnya" aja lah yang bisa muncul. Emosi ini yang mesti kita berusaha kendalikan. Dan ini butuh waktu.

Apakah menyesal telah menikah muda?

Jujur saja, saya sempat merasa iri saja. Bukan menyesal. Saya iri dengan teman-teman seumuran saya, yang masih bisa sekolah setinggi mungkin, masih bisa jalan kemana-mana, masih bisa rumpi-rumpi cantik di kafe, malah ada yang sudah bisa kuliah di luar negeri. Saya yang merasa bahkan secuil saja kayaknya gak setara sama mereka. Bikin down pokoknya. Begitu juga yang dirasakan suami.

Tapi..

Suami yang baik dan sabar dengan segala kekurangannya dan kelebihannya, berusaha membahagiakan kita. 
Anak yang lucu, sehat, dan selalu bahagia. Yang sedikit lebih beruntung dari anak lainnya yang mungkin sakit keras di usianya yang masih sangat kecil (sejak punya anak saya jadi baper banget kalau lihat anak-anak sakit yang penyakitnya tidak awam 😢😢😢😢😢😢)
Keluarga, 2 orang tua, yang juga sayang sama kita.
Pekerjaan yang alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
Yang semuanya sudah didapatkan di usia semuda ini. Rasanya itu semua cukup untuk saya bisa mengucap syukur tanpa ada keinginan untuk memutar balik waktu. Pendidikan bisa dikejar, uang bisa dicari. Keluarga yang bahagia sulit didapatkan karena perlu usaha yang membutuhkan waktu lama, butuh jatuh bangun dulu. Yah, tiap orang punya alasan bersyukurnya masing-masing.

Menikah muda memang tidak mudah. Tidak selalu bahagia, seperti yang media, novel, atau artis-artis gambarkan dan perlihatkan. Dan tidak akan pernah mudah tanpa pegangan dan komitmen dari keduanya. Keduanya mesti punya pedoman kuat mengapa mereka harus bertahan yaitu agama. Dan juga keluarga, apalagi kalau sudah ada anak-anak. You have to make efforts, trying harder when married. Keduanya mesti punya komitmen satu sama lain. Lihat lagi satu sama lain, apa yang membuat kita memilih dia dari sekian banyak pilihan yang ada. Semoga saya dan suami dikarunai pernikahan yang rukun, sakinah, mawaddah wa rahmah hingga maut memisahkan; dikarunai keturunan yang penyejuk mata kami berdua serta sholeh dan sholehah. Aamiin 😇

Semoga yang punya keinginan menikah muda, coba pikir lagi. Apakah sudah benar-benar siap. Secara mental dan fisiknya. Bukan sekedar keinginan saja. Nikmatin aja apa yang sudah ada. Tidak ada yang perlu disesalkan.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....