Sunday, August 18, 2013

Mengapa Berdakwah?

Sekarang saya sudah tahu seperti apa itu benci yang menjadi cinta. Ini yang saya rasakan terhadap orang-orang yang mendakwahkan kebaikan. Atau yang menyi'arkan ilmunya untuk sesama. Tapi sekarang saya lebih senang menyebutnya dengan "Mengingatkan kepada kebaikan". Pokoknya dulu saya sangat sinis dengan mereka. Maksudnya, mengapa harus rajin menasihati orang lain seakan mereka adalah orang paling suci dan benar. Bukan haji/hajjah, bukan ustad/ustadzah, apalagi bukan nabi, masih seumuran saya pula sudah sok berdakwah. Mengapa mereka tidak simpan saja apa yang mereka yakini itu untuk diri sendiri. Toh apa yang orang lain lakukan, salah atau benar, orang-orang itu juga yang akan menanggungnya. Kenapa harus ikut-ikutan berdakwah?

Well, menurut opini saya, mungkin ada dua faktor mengapa orang-orang berdakwah dan mengapa kita sebenarnya wajib untuk berdakwah. Mungkin ini akan sedikit kompleks tapi akan saya coba tuliskan opininya. Ini juga berdasarkan ilmu yang saya dapat dan pengalaman ketika saya melakukan serta merasakan sendiri.



1. Faktor Eksternal

Untuk poin ini betul-betul fakta, bukan opini. Karena faktor ini berhubungan langsung dengan perintah Allah dalam Alqur'an. Maksud dari faktor eksternal ini, adalah faktor yang bukan berasal dari diri manusia itu. Tapi, karena Allah. Jadi, berdakwah ini mereka lakukan karena ini memang perintah Allah. Yang sebagaimana disebutkan dalam beberapa dalil berikut ini:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Imran : 110)

"Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]

“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]

Dan karena perintah berdakwah ini sudah ada diperintahkan Allah dalam Alqur'an ditambah ada juga beberapa hadist yang menunjukkan bahwa Rasulullah juga melakukannya, sangat jelas. Maka, sebagai umatNya yang bertaqwa tentu akan mengikuti Allah dan Rasulullah, kan? Logikanya seperti itu. Ini yang memotivasi mereka untuk berdakwah. Untuk menyia'rkan kebaikan untuk orang-orang disekitarnya sebisa yang mereka mampu. 

2. Faktor Internal

Poin ini lah yang betul-betul pure opini saya sendiri. Karena ini berdasarkan pengalaman saya sendiri (hehe..). Seperti yang saya sudah jelaskan saya dulu sinis dengan dakwah. Singkat cerita, hingga pada suatu waktu, karena saya sering me-retweet banyak kultweet dakwah tentang apapun di akun socmed twitter saya, dengan maksud supaya suatu hari saya bisa membaca kembali tulisan-tulisan itu di timeline saya, simple. Lebih ke fungsi sugesti untuk diri sendiri. Tapi, entah kenapa saya juga terdorong untuk melakukan hal yang sama. Dengan kesadaran sendiri saya terus belajar lagi. Bukan hanya lewat socmed, tapi ilmunya lebih saya expanding lagi dari buku dan website. Dan voila! saya pun berdakwah lewat akun twitter saya. Mungkin ini saya sebut hidayah lainnya dari Allah untuk saya setelah sudah sekian banyaknya Allah menghujani saya dengan hidayahNya. Hidayah ini akhirnya menunjukkan dirinya, karena saya sendiri yang mengetuk pintuNya.

Seperti ada ketenangan tersendiri setelah melakukannya sendiri. Rasanya agak beda ketika saya me-retweet dari orang lain. Atau ketika saya meng-share ulang postingan orang lain di facebook. Padahal sama saja, ini juga namanya menyebarkan kebaikan juga. Hm, mungkin karena saya bisa jadi tahu lebih jauh, lebih banyak dan bisa menyebarkannya ke orang lain. And i have done something right, finally. Ketenangan dan kesadaran sendiri untuk mau bermanfaat bagi orang lain, bisa jadi sebab kenapa orang-orang berdakwah.

Mungkin ini akan terlihat sombong bagi mereka yang juga sinis dengan dakwah. Saya mengerti. Itu karena mereka tidak pernah mencoba. Atau karena ter-JLEB dengan apa yang didakwahkan. Itulah juga yang dulu terjadi dengan saya. Mungkin ada juga yang berfikir kalau tidak cocok dengan berdakwah karena ini-itu. Well, how do you know if you've never been there? How do you know if you never try?

Mungkin juga ada yang akan berfikir kalau dakwah itu hanya untuk ustad/ustadzah. Begini, dakwah itu bukan persoalan harus jadi ustad/ustadzah dulu baru bisa, tapi anggap saja dakwah ini sebagai sugesti diri sendiri dan sebagai salah satu cara agar kita jadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Setidaknya kalau kita tidak bisa bermanfaat dengan tindakan, kita masih punya ilmu untuk dibagikan manfaatnya. Terlebih lagi ini adalah perintah Allah. Pakai semua apa yang ada untuk menyampaikan kebaikan, tidak terkecuali twitter, facebook, blog dan social media lainnya. Banyak kok yang berdakwah dengan memanfaatkan ini.

Kalau tetap sinis dengan dakwah? Setidaknya jangan nyinyir dengan kebaikan. Jangan benci. Hati-hati, benci bisa menjadi cinta :)

Semoga tulisan ini mencerahkan.Tentu saja, saya masih harus belajar terus. Tolong, jangan dianggap sebagai sesuatu yang sombong. Hanya Allah Yang Maha Besar. Dan saya bukan apa-apa tanpaNya. 

Wallahu a'lam bish shawab. Semoga bermanfaat :')

1 comment:

  1. numpang jualan...

    http://oni-no-yomi.blogspot.com/

    ^_^

    ReplyDelete

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....