Monday, December 29, 2014

Tentang Hujan.

Ini tentang rintik air beradu dengan rerumputan hijau di halaman kantor sore ini. Bertemu dengan lembut, bergerak dengan irama. Membuat rumput itu kelihatan empuk diinjak oleh kaki telanjang.

Ini tentang tetes air yang jatuh di kubangan air lumpur berwarna coklat. Atau tetes air bertemu dengan aspal. Atau tetes air jatuh menimpa atap rumahmu. Terlihat damai. Terlihat tenang. Kedengaran seperti lagu. Andai saja kita bisa lebih seksama memperhatikan. Lebih mendengarkan.

Apa yang lebih syahdu dari hujan selain bulir-bulir air diatas kaca mobil atau kaca jendela di kamarmu. Berlomba-lomba, jatuh membasahi setiap inci kebeningan itu hingga ujung terbawah. Berevaporasi. Jatuh, menetes perlahan, dan meninggalkan jejak. Seperti cinta.

Apa yang lebih mengharukan selain warna-warni payung milik para bocah di tengah hujan. Atau jejak-jejak kecil mereka berlari, berlomba-lomba dengan bocah lainnya, mengejar mereka yang membutuhkan payung. Atau suara tawa bocah-bocah itu saling mengejek dan bercanda di bawah rinai hujan walaupun bibir telah pucat dan badan menggigil.

Apa yang lebih menyakitkan selain mengingat kenangan di tengah hujan. Mengingat kesalahan yang masih sulit untuk bisa kau maafkan. Atau keadaan yang tidak akan pernah bisa kau ubah. Mengingat mereka yang menyakitimu dan kau sakiti. Berharap titik-titik air ini mengantarkan maaf. Atau meluluhkan hati memberi maaf. Atau bahkan tidak berharap apapun tentang itu. Entahlah, hujan ini selalu punya cara mencabangkan perasaan kita menjadi sesuatu.

Ini tentang hujan. Mereka. Kamu. Kepiluan kita. Dan sulit kuakui, ini juga tentang rindu.

Saturday, December 27, 2014

Aku tidak tahu apa lagi yang tetap menahanku disini.
Apa yang aku tahu adalah gravitasi ku bukan disini.
Bahagia ku bukan disini.
Aku bahkan tahu gravitasi ini tidak ingin menahanku lagi.

Bahkan tahu kalau dia ingin lupa untuk menarikku kembali ke tanah.
Dan biarkan aku saja melayang tanpa jatuh ke bumi.
Rasanya seperti tidak diinginkan.
Langit tidak membiarkan mu terbang.
Dan bumi juga tidak membiarkanmu mendarat.

Kau tahu ini lebih parah daripada kau jatuh berdebam saja.
Menubruk tanah, menghantam dengan kerasnya.
Daripada tidak kemana-mana.
Tidak ke atas atau ke bawah.

Karena aku tahu tidak ada lagi yang menahanku disini.

Thursday, December 11, 2014

It's hard letting go
I'm finally at peace but it feels wrong
Slow I'm getting up
My hands and feet are weaker than before

(From "Silhouettes" lyrics by Of Monsters and Men)

Sunday, December 7, 2014

Get To Me

Get To Me - Lady Antebellum

The night is hot,
Got a full moon rising
And you know this is the time I get a little bit lonely
And I can't fight it, I can't hide it.
Don't know where you are,
But I want you just like lightning
Shooting straight out of the sky,
Come and strike me with your light igniting
Yeah, igniting.

Gotta get to me, gotta get to me
You gotta spread your wings and start flying.
Like a drop of rain, gotta find the way
Don't hit the brakes, just come and crash through my horizon.
Bring back the air, I need to breathe, baby
You gotta get to me.

The bottle is empty
And I'm dancing in the shadow of a memory.
Yeah, call me crazy
But I still got this schoolgirl's dream.
You're gonna show up and kiss me,
Pull me in, hold me tight, love me and carry me away
Like there's no more tomorrows and no more yesterdays.

Gotta get to me, gotta get to me
You gotta spread your wings and start flying.
Like a drop of rain, gotta find the way
Don't hit the brakes, just come and crash through my horizon.
Bring back the air, I need to breathe, baby
You gotta get to me.

Gotta get to me, gotta get to me
You gotta spread your wings and start flying.
Like a drop of rain, gotta find the way
Don't hit the brakes, just come and crash through my horizon.
Bring back the air, I need to breathe, baby
And get to me.
Get to me, get to me, yeah
You gotta get to me.

The night is hot,
Got a full moon rising...

(Diposting karena lagi suka aja lagunya. Kayaknya gue emang suka lagu aliran country macem punya mereka ini.)
Kemarin saya saling berkomunikasi lagi via Whatsapp dengan salah seorang kakak akhwat. Rasanya sudah lama sekali tidak saling mengobrol sejak percakapan kami terputus beberapa bulan yang lalu. Tapi, semua percakapan kami dari kemarin seharian hingga pagi tadi, pada intinya adalah betapa bersyukurnya lagi saya pagi ini. Saya bersyukur bisa punya relasi dengan seorang kakak yang selalu mengingatkan dan membimbing. Jujur saja, tidak banyak orang yang bisa menasihati tanpa bisa membuat orang yang dinasehati itu seperti merasa di dikte. Tapi, kakak ini bisa. Saya merasa seperti adiknya kalau dia sudah membagi cerita. Apalagi sejak "proses" itu selesai.

Iya, "proses" itu. Harapan yang sempat ada tapi harus pupus karena sesuatu hal. Setelah saya dinasihatin lagi, topik tidak jauh-jauh juga dari "proses" itu, saya semakin bersyukur. Ada alasan Tuhan yang akhirnya terkuak dibalik berhentinya proses itu dulu. Dan sekarang terungkap sekarang. Alhamdulillah saya tidak sampai terjebak didalamnya. Alasan seperti apa saya tidak bisa tuliskan secara jujur disini. Semoga kabar itu salah. Yang jelas, apapun itu, jawaban Tuhan itu akhirnya baru muncul di permukaan sekarang. Tapi, jujur saja, sejak dari awal saya juga sudah merasakan tanda-tanda bahwa proses itu tidak akan berlanjut. Seakan-akan semesta berusaha memberitahukan saya tentang tanda-tanda ketidakcocokan dan kemudharatan yang akan terjadi. Melalui kecendrungan hati, melalui orang tua, melalui suara-suara orang lain. Bukannya saya mau berprasangka buruk tapi memang seperti itulah yang saya rasakan. Tanda-tanda itu. Sampai pada akhirnya, diputuskan untuk berakhir saja. Waktu diceritakan kembali, saya juga tidak kecewa. Toh sudah lama terjadi, Mungkin sekitar setahun yang lalu. Saya jadikan saja ini sebuah pelajaran. Pertemuan kami waktu itu bukan sebuah kebetulan. Semua sudah diatur. Ada tujuannya. Salah satunya adalah ini..as a lesson. 

Semakin sadar kalau Allah masih menjaga saya dari yang keburukan dan hanya akan membawa dampak buruk kedepannya. Semoga Allah selalu melindungi dan memelihara orang itu. Aamiin..

Saturday, December 6, 2014

Langit semakin terang. Matahari mulai terbit. Sepertinya saya harus memberi sedikit apresiasi untuk kedua mata saya yang kemarin hanya melihat warna hijaunya rerumputan, menggantinya dengan pemandangan padatnya kota Jakarta dari jendela kamar lantai 7 hotel tempat saya menginap. Mungkin beberapa hari kemudian saya akan mulai merindukan pemandangan rerumputan dan hutan itu.

Lagi-lagi televisi kamar ini menayangkan Disney Channel. Akhirnya saya bisa menonton TV. Tidur dengan santai, nyaman dan hangat. Makan makanan apapun yang saya mau. Bisa mandi dengan bersih. Lho? Memangnya kemarin tidak bisa? Saya baru saja selesai melaksanakan kegiatan diklat selama 10 hari, dalam rangka memenuhi tugas kantor pusat instansi tempat saya bekerja. Dan saya..tidak bisa melakukan hal-hal yang tadi. Saya hanya hidup "seadanya" selama 10 hari. Nanti saja di tulisan lain saya akan tuliskan dengan lengkap. Saya hanya terlalu lelah untuk bisa menulis tentang itu sekarang. Saya masih dalam keadaan setengah percaya dan sadar kalau sekarang saya sudah pulang. Hehe..

Terlalu banyak hal yang terjadi. Seperti biasa, untuk instansi kami, kegiatan diklat seperti ini seperti ajang reuni yang terjadi accidentally. Tidak direncanakan. Tidak dibicarakan, tau-tau sudah ada surat pemanggilan mengikuti diklat. Bertemu lagi dengan orang lama dan orang baru. Mengenal teman-teman baru. Mengenal ilmu baru. Setelah selesai, kembali lagi meninggalkan sesuatu disini. Begitu seterusnya, dan akan selalu berulang.

10 hari meninggalkan cerita. Meninggalkan kenangan. Meninggalkan rekam tawa dan muram. Meninggalkan cerita pertemanan masing-masing orang, yang baru akan dimulai. Dan selama 10 hari pula saya tahu..ada sesuatu yang belum terselesaikan.

Tuesday, October 28, 2014

Feeling so powerless. Feeling so weak. Semakin lama, semakin pasrah. Mungkin juga ini saatnya menyerah.

Saturday, October 25, 2014

My Deep Thoughts About What Had Happened Lately

Awalnya saya mau lari saja. Sudah cukup banyak hal yang seharusnya tidak saya ketahui. Saya bahkan tidak tahu saya sebaiknya berhak tahu hal ini atau tidak. Allah hanya memperlihatkan begitu saja. Tanpa ada angin, tanpa ada apa-apa, Allah dengan mudah memperlihatkan segala sesuatu hal tentang ini. Baik dan buruknya. Positif dan negatifnya. Maka, saya berkesimpulan, mungkin ini saatnya saya mengambil keputusan. Berdasarkan baik dan buruknya itu. Harapan itu layak untuk diperjuangkan atau tidak.

Beberapa hari ini, saya sempat berfikir untuk tidak melanjutkan harapan ini. Hanya mau lari saja. Saya pun mempertanyakan, apakah ini masih bisa disebut harapan kalau terlalu sering membuat luka? Dan apakah memang harapan itu bisa disebut harapan kalau prosesnya hanya membuat tawa saja? 

Mana Lebih Dulu: Berdoa Atau Bersyukur?

Seorang anak di sebuah sekolah dasar memanjatkan doa di sepertiga malam terakhirnya.

"Tuhan, Engkau kan tahu kalau ujian Bahasa Inggrisku hari ini dapat jelek. Tapi aku tetap bersyukur Tuhan, karena waktu ujian aku tidak sekalipun mencontek, meskipun teman-temanku yang lain melakukannya."

"Tuhan, tadi pagi waktu berangkat ke sekolah aku diberi ibu bekal sepotong kue dan sebotol air. Kata ibu, sekarang sedang paceklik, jadi hanya itu yang bisa kubawa agar di sekolah tidak perlu jajan di kantin. Terima kasih kuenya, Tuhan. Di jalan aku melihat pengemis yang kelaparan. Lalu aku berikan kue itu kepadanya. Tahu-tahu saja laparku hilang ketika melihat pengemis itu tersenyum."

"Tuhan, lihatlah, ini sepatu terakhirku. Mungkin aku harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau kan tahu sepatu ini sudah rusak berat. Tapi tidak apa-apa, paling tidak aku masih bisa pergi ke sekolah. Tetanggaku bilang orang-orang sedang gagal panen, sehingga teman-temanku banyak yang terpaksa berhenti sekolah. Tolong bantu mereka Tuhan supaya bisa sekolah lagi."

"O..ia Tuhan, semalam ibu memukulku. Mungkin karena aku nakal. Memang agak sakit. Tapi pasti sakitnya segera hilang, karena kuyakin Engkau akan menyembuhkannya. Yang penting aku masih punya seorang ibu. Jadi, kumohon Tuhan, jangan Engkau marahi ibuku yah? Mungkin ibu sedang lelah saja dan panik memikirkan kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolahku."

"Terakhir Tuhan, sepertinya aku sedang jatuh cinta. Di kelasku ada seorang pria yang sangat pintar, tampan, dan baik. Menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku? Tapi apa pun yang terjadi, yang aku tahu Engkau tetap menyukaiku. Terima kasih, Tuhan."

Doa diatas saya kutip dari sebuah buku. Saya tidak perlu mempertanyakan apakah doa tadi nyata atau tidak. Apakah memang ada seorang anak yang betul-betul memanjatkan doa seperti itu. Pertama saya membaca, dan hingga sekarang saya mengetik ulang lagi, saya masih terharu. Juga malu. Apakah anda tidak merasa seperti itu? Terbayang kalau kita manusia saja bisa tersentuh ketika membaca doa tadi, bagaimana dengan Tuhan yang mendengarnya langsung dari hambaNya?

Sunday, October 19, 2014

Uzlah: Sunyi Dalam Keramaian, Ramai Dalam Kesunyian.

Sudah lama tidak menulis lagi. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah berbulan-bulan saya tidak menulis sesuatu yang begitu berarti. Beberapa tulisan pendek yang lahir sangat pendek. Mungkin saja karena selama berbulan-bulan ini, saya disibukkan dengan aktivitas keseharian yang sama. Harus saya akui, kalau dulu saya bisa menjalaninya dengan biasa dan bersemangat bahkan bisa sambil menyempatkan menulis dan membaca setiap hari, tapi belakangan ini hari-hari ini agak terasa berat. Mengambil hampir semua daya fisik dan fikiran. Belum lagi ada hal-hal diluar pekerjaan yang ikut memenuhi isi kepala. Sehingga, saya kehilangan "diri". Saya sudah menenggelamkan siapa diri saya ditengah-tengah padatnya persoalan yang belakangan ini sudah terjadi.

Pernah tidak kalian merasa kalian hanya ingin sendiri? Kebanyakan diam? Atau jalan-jalan kemana sendirian? Tapi, ditengah-tengah kesendirian dan kesunyian itu, kalian justru lebih banyak berbincang sendiri dalam hati? Entah, apa yang kalian bicarakan di dalam sana. Kalian hanya berkutat dengan isi hati kalian. Pernahkah?

Saya pernah baca sebuah buku, disebutkan bahwa ada istilah Uzlah. Apakah itu uzlah? Dituliskan dalam buku itu, bahwa tokoh-tokoh sufi banyak yang sepakat untuk mengartikan kata uzlah dengan sunyi bersama Allah dalam keramaian dunia dan ramai bersama Allah dalam kesunyian dunia. Fisik anda bisa jadi ada ditengah keramaian manusia, tapi hati anda sedang berbicara didalam. Anda bisa jadi sedang ruangan kantor yang sedang ramai, penuh dengan suara musik atau suara printer, ketikan keyboard silih berganti, suara dering telepon, tapi sebenarnya hatimu juga lebih ramai berbicara didalam. Dan notabene seorang manusia jika sedang memiliki percakapan sendiri dalam hati, itu artinya dia sedang bercakap dengan Tuhannya. Fisik bersama manusia, tapi jiwa bersama Allah. 

Tapi, Uzlah ini bukan berarti kita harus mengisolasi diri dari pergaulan sosial. Menutup diri dari lingkungan sosial dalam keseharian kita. Uzlah memang sebuah amal istimewa. Tetapi, uzlah juga tidak mengharuskan kita untuk menghindar dari kenyataan dunia, tinggal didalam goa, menutup diri dan menyendiri serta menjauh dari komunitas. Tidak seperti itu. Karena Allah tahu kita butuh komunikasi dengan manusia lain. Allah tahu kita butuh bersosialisasi dengan orang sekitar. Allah tahu kita butuh berbaur dengan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, Allah tidak pernah melarang kita untuk terlibat dalam pergaulan sosial. Bahkan ketika lingkungan sosial itu yang justru mengganggu, ada sebuah motivasi dari Rasulullah:

"Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar menghadapi segala gangguan mereka, lebih baik daripada orang yang tidak mau bergaul dengan mereka dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka" (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad)

Terkadang setiap orang butuh waktunya masing-masing. Sendiri. Hanya dia. Biasanya orang butuh sendiri ketika dia sudah jenuh, bosan melakukan segala sesuatunya. Dia membutuhkan waktu dan tempat untuk sendiri. Dan tidak ada teman atau sahabat yang bisa diajak berbagi. Disinilah kehadiran Tuhan terasa sangat bermakna. Meski raga terlihat sendiri tapi, jiwanya ramai bersama Tuhan. Jangan fikir seseorang sendiri karena dia galau. Tidak punya arah tujuan jelas dan tidak punya teman. Justru karena ia kuat, dia lebih baik dalam kesunyian, menyembunyikan kesedihannya ini dibalik senyuman yang biasanya orang lain lihat. Justru sendiri karena ia merasa punya arah tujuan jelas, jelas kemana perasaannya ia akan bawa, bukan kepada manusia saja, tapi hanya dan akan kepada Allah. Sekalipun ia tidak bersama seorang manusia pun. Karena ia tahu dengan mengingat dan hanya berbincang dengan Allah akan membuatnya tenang. Sekalipun ia sedang tidak bersama siapapun.

Thursday, September 25, 2014

Kangen Lagi.

Hari ini saya lagi suka dengar lagu Six Degrees of Separation-nya The Script. Bener-bener didengarkan berulang-ulang sampai pada akhirnya sekarang mulai eneg. Saya juga awalnya tahu dan akhirnya suka sama The Script gara-gara dia. Maklum, dia laki-laki. Explore-nya tentang musik juga cukup luas. Dia tahu musik apa yang bagus. I mean, he has a taste on music. Biasanya saya suka minta lagu ke dia. Tidak heran kalau taste musik juga mirip kayak dia. Kayak laki-laki juga. Telinga emang sudah muak dengerin itu lagu hari ini, tapi kangen itu tetap ada. 

Tadi sore, selepas pulang dari kantor, entah apakah karena sudah lama tidak makan atau memang karena lapar, saya pun memutuskan untuk mampir di sebuah sudut di Jl. Haji Bau dan Jl. Cendrawasih, membeli sekotak pisang goreng coklat keju. Awalnya biasa saja, tapi teringat lagi, kalau dia suka sekali dengan makanan yang ini. Kalau saya dan si Bungsu lagi ngidam risoles mayo di Jl. Ranggong, dia malah tidak suka. Eneg, katanya. Terlalu banyak protein. Bahasanya biologi, tapi kuliah jurusan Teknik. Hadeuh. Biasanya saya beli dua kotak untuk 4 orang dirumah, kali ini cuma satu kotak. Karena hanya ada kita bertiga yang makan. Kangen itu tetap ada.

Ngomong-ngomong soal makanan, kemarin saya bikin makanan cemilan, resep lama dari waktu jaman kuliah dulu. Yang punya resep mengklaim makanan itu sebagai Sosis Sorban. Karena, itu sosis dibalut dan digulung dengan roti, lalu dicelupkan di kocokan telur serta tepung roti. Digulung, pantas namanya ada kata sorban. Dia dulu juga suka makan sosis sorban buatanku. Mungkin karena dia lapar atau karena dia memang suka. Yang jelas sekarang, dirumah, cuma ada satu orang yang menikmati. Tidak ada lagi adu mulut yang memperebutkan sepiring penuh dengan beberapa sosis sorban diatasanya. Kangen itu tetap ada.

Buset, lo baru dua bulan gak tinggal dirumah lagi, tapi lo masih bikin gue, mama dan si Bungsu kangen. Ugh..

Sunday, September 14, 2014

And here i am doing my favorite thing before i sleep. Headphone and music's on. Safe and Sound. Listening my deep breathe only. Staring at the wall. Thinking about few things. It's been months and still counting. And until today, whatever i have been through because of you. Problems, kindness, sadness, and happyness. I am still me hoping you are always safe in God's protection.

Tuesday, September 9, 2014

I don't even know how to write this. It is more complicated than me saying:

I miss the old you. I miss the old me. I miss the old us. I miss time-warping. I miss two of us sitting, eating ice cream, just talking and laughing like idiots because world still can't change us. I do really miss that.

Sunday, September 7, 2014

I have sit here for 15 minutes and i haven't written anything.

I always sleep with my headphone and music's on, lately. I listen Safe And Sound by Taylor Swift. Have you listened to it? You should listen to it. I always staring at my wall on my room without thinking anything but listening my deep breathe.

I don't get it but i know i am not fine.

Saturday, September 6, 2014

All of this fun, in this crowded place, all of this laughter. It is not because i did not appreciate what time has given right now. Because i do really. But..

If i do also really wish you were here, with this laughter, is it too much?

Friday, September 5, 2014

Monday, September 1, 2014

Perempuan Blazer Coklat

Perempuan yang duduk di sofa, tepat didepanku punya wajah cantik. Rambutnya agak kecoklatan hasil rebonding, dikepang satu, menjuntai indah di belakang kepalanya. Kelihatannya anggun, hanya saja tidak begitu terpancar untuk orang lain. Entahlah, apakah karena dia memakai setelan blazer coklat muda sehingga dia jadi terlihat seperti orang yang kaku. Tidak begitu senang tertawa atau ceria di pergaulannya sehari-hari. Atau mungkin saja dia jadi terlihat seperti itu, karena..well..mungkin ia memang bekerja di posisi penting yang membutuhkan konsentrasi serta fokus yang penuh sehingga membuat ia tidak begitu senang ber-haha-hihi karena pekerjaan yang begitu berat. Entahlah, mungkin ia seorang bendahara atau pengelola keuangan. Managing money is always frustrating for some other people. Bayangkan saja kalau setiap hari selalu berkutat dengan angka. Betapa capainya kedua mata itu karena terlalu sering bekerja di depan layar monitor. Menelanjangi setiap angka.

Itu sebabnya ia sesekali melepas kacamata minusnya dan memijat puncak hidung diantara kedua bola matanya. Yeah, i know how it feels wearing your glasses all day long. Penderita rabun jauh selalu punya dua pilihan. Kacamata atau lensa kontak. Kedua hal ini masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. If you asked my opinion, you must be not a careless person if you'd like to wear soft-lens. Jangan pernah coba-coba pakai lensa kontak kalau kamu buka orang yang sangat telaten. Jangan latah, ikutan trend. Bukannya apa ya, salah sedikit ketika memasang bisa sangat fatal untuk mata kamu. Sudah banyak kasus kerusakan pada bola mata gara-gara lensa kontak. Kalau saya sih, mending pilih yang aman saja, yaitu kacamata. Since i am little bit kinda careless about this, i am sure glasses is the best option.

Back to the woman, apakah ada seorang lelaki dalam hidupnya? Yes, she already married. Is that because of a ring? Honestly, i haven't seen her fingers. Saya hanya berasumsi dari looks nya. Sepertinya sudah tidak muda lagi. Tapi, tidak juga terlalu tua. Mungkin dia berumur sekitar 35 tahun. Sangat bersahaja. Kelihatan dia seorang perempuan memiliki banyak hal yang mesti dia fikirkan. Keluarga adalah salah satunya. Terlihat dari guratan halus di balik polesan bedak di wajahnya. Mengasumsikan dia kalau dia sering berfikir. Dan tampaknya semua perempuan yang sudah menikah seperti itu. Akan semakin sering berfikir. Hehe..inside joke. 

Dia sedang asik dengan iphone nya. Wajah orientalnya kelihatan bosan. Karena urusan dia di tempat ini belum selesai juga. Tidak tahu pasti tentang apa itu, tapi dia punya urusan yang sama dengan saya disini. Juga dengan kebosanan ini, sama dengan yang dia rasakan sekarang. Urusan dia belum selesai dan antrian ini juga tidak berjalan. Aku menguap sebentar, tapi bosan ini tidak ikut menghilang. 

Perempuan itu lalu bangkit berdiri dari loket pelayanan. Sepertinya urusan dia sudah selesai. Dan semoga kebosanan ini juga cepat berakhir. Dia membereskan semua map nya disana, lalu pergi dengan langkah pasti membawa tasnya. Anggun, mungkin sama seperti semua orang di ruangan ini ketika melihatnya berlalu.

Saturday, August 23, 2014

Salah satu yang bikin heart-breaking minggu ini adalah ketika penjual batagor langgananmu tidak pernah muncul lagi ditempat biasanya, disaat kamu mulai sangat menginginkan makan batagor kesukaanmu itu :"

Thursday, August 21, 2014

Sesederhana Main Basket dan Dua Remaja Istimewa.

Beberapa hari belakangan ini tulisan rada galau. Emang sih akhir-akhir ini saya agak sedih. Ada masalah. Yah biasalah, gak ada hidup yang baik-baik saja. Tapi, ternyata saya gak hanya merasa sedih, tapi juga lupa.

Pagi ini mencengangkan diri saya sendiri. Lagi-lagi terfikir apakah hari ini akan menjadi hari yang berat. Apakah hari ini akan menjadi hari dengan kekhawatiran yang sama. Langkah pertama keluar dari pagar rumah, tiba-tiba diperlihatkan saya dengan sebuah pemandangan menyadarkan. Ada dua orang remaja menderita down-syndrome. Sepertinya mereka saudara. Lengkap dengan berpakaian seragam sekolah. Memang didekat rumah nenek saya ini, ada sekolah luar biasa. Hanya saja saya tidak pernah tahu dimana letaknya dan saya pikir sekolah itu sudah berhenti.

Mereka itu tertawa. Bercanda di jalanan. Berangkat ke sekolah sama seperti orang lain. Seakan gak ada masalah apapun. Padahal mereka gak sama seperti orang lain. Mereka istimewa, berbeda.Tapi, mereka tuh kelihatan baik-baik saja. Saya langsung merasa tolol.

Bego banget malah. Udah dikasih segini banyak nikmat, ada orang-orang baik terdekat yang bisa saya sayang sepenuh hati, dan harusnya saya fokus dengan mereka. Lalu, karena seibrit masalah gara-gara orang gak dikenal aja langsung ciut. Trus, dengan ada masalah secuil ini saya jadi galau habis-habisan? Saya harus kalah sama orang lain yang saya tidak kenal gitu? It is just completely ridiculuous.

Saya harusnya sadar, masalah ini gak sebanding dengan apa yang Tuhan sudah kasih. "Orang" ini gak berhak apa-apa untuk membuat saya tidak fokus dengan apa yang sudah saya bangun. Dan saya sudah, dan selalu bisa melewati situasi seperti ini. Trus, kenapa sekarang berbeda?

Saya lupa kalau sebelum masalah ini datang, saya sudah punya apa yang gue butuhkan. Tuhan sudah kasih semuanya. Mungkin saya lupa bersyukur lagi. Dan dengan masalah itu, melalui "orang" itu, jadi reminder buat saya sendiri. Ini ujian.

Hadapi. Terima. Maafkan. Lalu, ikhlaskan. Saya harusnya seperti itu.

(Ditulis sambil sarapan dan mengingat betapa sederhananya bahagia itu selama kita menginginkannya. Sesederhana sore kemarin dan pagi ini)

Wednesday, August 20, 2014

Buat saya, film MIKA selalu punya pesan moral sendiri. Tiap kali saya nonton atau bahkan sekedar ingat-ingat lagi tentang filmnya, saya seperti diingatkan lagi tentang kesempurnaan.

Saya gak sempurna. Sangat tidak sempurna. Dan karena itu, orang-orang bisa datang dan pergi. Karena saya gak punya kesempurnaan itu untuk menahan mereka disini. Saya memang gak tau apa-apa. Cuma bisa berusaha yang terbaik sebisa saya untuk mempertahankan. Dan tanpa kehendak mereka sendiri juga, saya sama sekali gak bisa.

Tetaplah seperti ini, hati..
Sungguh, bahagialah..
Cerialah seperti kau sebelum khawatir ini datang..
Jadilah pelangi seperti dirimu sebelum mendung ini tiba..

Sejenak saja..
Atau tak bisakah kau menjadi sama seperti sore ini?
Yang bisa sesederhana itu kau bahagia.
Aku sungguh rindu dirimu yang itu, hati.

Tuesday, August 19, 2014

Jangan bersedih, hati.
Kau tidak perlu khawatir.
Sungguh, karena kau punya Dia.

Jangan menangis.
Kau tidak perlu takut.
Sungguh, jangan..
Setidaknya jangan malam ini..

Jangan sekarang..

Sunday, August 17, 2014

Karena Satu Kata, Rusak Semua Momennya.

Mungkin itu sebabnya, sesekali perempuan butuh bicara. Jangan kode muluu deh kayaknya. Karena kode kadang tidak berhasil untuk kita berkomunikasi. Karena laki-laki terlalu tuli dan tidak peka dengan bahasa kode. Gak tau, terserah mau kode semaphore kek, kode morse, atau apalah itu, laki-laki jarang ada yang mengerti. And most of them are like that. Always. Mungkin ini ada keterkaitan juga dengan ego. Itu sebabnya, komunikasi sering jadi akar permasalahan antara laki-laki dan perempuan.

Tapi, ada juga lho ternyata yang kita ngomong sudah to do point banget, tapi tetap aja gak ngerti. Ada. Jelas gitu aja gak ngerti apalagi kalau dikodein. Itu gimana ceritanya *facepalm* Wkwk~

(Terinspirasi dengan momen malam ini. Rusak.)

"O"

Flock of birds
Hovering above
Just a flock of birds
It's how you think of love

Mungkin cinta akan seperti burung. Entahlah, mungkin lembut dan polos seperti merpati. Atau berani dan kuat seperti elang. Ketika kau tengadahkan kepala mu melihat langit, ada sepasang merpati terbang beriringan. Saling melengkapi, berbagi udara diatas sana. Tidakkah hatimu melembut seperti saat kau sedang jatuh cinta?

And I always
Look up to the sky
Pray before the dawn
'Cause they fly always
Sometimes they arrive
Sometimes they are gone
They fly on

Jika cinta bagaikan sepasang burung, entah itu merpati atau elang, maka ia bisa pergi dan pulang. Kadang ia tinggal disini. Lalu, kemudian pergi mengepakkan sayapnya. Menjelajah langit. Dan hanya bersama fajar, ku edarkan penglihatanku ke langit. Ah, lihat betapa indahnya Tuhan menciptakan warna seindah itu. Hanya ada aku dan Tuhan dalam warna. Bercakap dengan Tuhan, sekedar meminta agar ketika cinta itu pergi, dia selalu tahu kemana ia harus pulang.

Flock of birds
Hovering above
Into smoke I'm turned
And rise following them up

Terbang bebas, mungkin seperti itulah seharusnya memperlakukan cinta. Bukan dalam sangkar. Dengan siulan nyanyian lembut. Bukan dengan teriakan marah nan kasar. Dan karena cinta terlalu rapuh akan sebuah kebebasan. Dia hanya butuh apa yang ia butuhkan. Ia tidak membutuhkan apa yang kita inginkan. Dia tidak butuh digenggam erat. Dia butuh kita menuntunnya pulang ketika ia sudah terlalu jauh terbang dan tersesat di langit yang sudah terlalu gelap.

Still I always
Look up to the sky
Pray before the dawn
'Cause they fly away
One minute they arrive,
Next you know they're gone
They fly on
Fly on

Dia memang boleh bebas. Pergi dan pulang. Terbang dan hinggap. Tapi, aku tetap meminta apa yang kuinginkan. Aku tetap meminta Dia melindungiku. Melindunginya.

So fly on
Ride through
Maybe one day I'll fly next to you
Fly on, ride through
Maybe one day I can fly with you

Mungkin suatu hari aku akan terbang bersamamu. Berbagi udara diatas sana. Terbang beriringan disampingmu. Agar aku tahu rasanya bebas seperti mu. Karena aku bebas ketika bersamamu. Dan aku butuh bersamamu.

(From my favorite song's lyric: "O" - Coldplay)
Ada banyak ruang disini.
Tapi, sesak dipenuhi rindu.
Dipenuhi dirimu dengan segala ketidaksempurnaannya yang sempurna.
Dipenuhi diriku dengan segala ketakutannya yang berani merasa

Merindukanmu akan berbahaya.
Dengan segala resiko ketidakpastiannya.
Kubiarkan rindu tertanam, lalu kucabut ia lagi.
Terus, hingga aku menginjakknya lantas tumbuh.

Kuteriakkan namamu agar lebih luas dari ladang kesepian 
Kuhembuskan angin rindu agar ia lebih bebas dari perasaan ini.
Kualunkan khilafku dalam bait doa bersama mata hati terbalut pejamannya.
Mengapa kubutuhkan rindu secepat kini?




Engkaulah gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan
Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam samudera terkelam 
Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat tak bernama namun terasa ada 

Ajarkan aku, 
Melebur dalam gelap tanpa harus lenyap 
Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut 
Bangun dari ilusi namun tak memilih untuk pergi

Tunggu aku, 
Yang hanya selangkah dari bibir jurangmu.

(Dari buku "Akar" Supernova oleh Dewi Lestari)

Thursday, August 14, 2014

Walk straight. Keep your head up. And keep on fooling yourself, non..

Tuesday, August 12, 2014

Photos.

I looked back my photo album on my instagram account. It is filled with photos of my beloved people. And i am so grateful that i have them stay around me, that i can love..

Monday, August 11, 2014

Kangen Odit.

I really can't explain how i miss Odit so much. I've not talked to him for a week. And i miss when he's angry at me. Lol.

Emang bener kata orang, kita bakal tahu kita sayang sama seseorang setelah dia pergi, gak ada di dekat kita. Gue sama Adit layaknya kakak-adik pada umumnya. Eits, bukan kakak-adik ketemu gede ya, tapi saudara kandung. Saudara beneran. Hehe.

Kita marahan, baikan, diem-dieman, trus kompakan. Tiap pagi gue paling sering kena omelan dia gara-gara gue telat bangun. Telat mandi dan segala macem. Gue bener-bener kangen dimarahin adek sendiri.

Gue mungkin belum jadi kakak yang baik buat dia. Terakhir kali ketemu dia aja gue cuma bisa kasih dia buku TOEFL sama buku Fisika Dasar. Gak kece plus gak seru banget kan? It doesn't sound fun for a farewell gift. Soalnya menurut gue, dua hal itu penting buat dia. Mengingat karena dia bakal tes kemampuan dasar gitu, dan salah satu mata pelajaran yang diujikan bahasa inggris dan fisika. Jadi, gue gak terlalu jahat amat kan kasih dia buku tebal dan membosankan macem begituan? Heu..

Dan sekarang tinggal si Bungsu ini adek gue yang masih disini. Tahun depan dia bakal kuliah juga. Entah itu di sekitaran Makassar aja atau diluar Makassar. Dengan tau dua kenyataan kalau kedua adek gue udah kuliah dan (akan) kuliah, gue merasa lebih tua aja. Ternyata waktu cepat banget berlalu. Time flies so quickly.

Saturday, August 9, 2014

Jilboobs Terkenal Karena Kita.

Baru buka home facebook lagi dan saya kaget. Yup, apalagi kalau bukan karena artikel tentang Jilboobs. Scroll terus, baca belasan artikelnya dari sumber yang berbeda pula. Kembali ada perpecahan terjadi disana.

So sad knowing about this. Tapi, mari kita lihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Pertama, mari kita lihat dari hal yang lebih fundamental dari semuanya. Hukum menutup aurat.

Cek lagi (An-NÅ«r):31 - Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka..."

Referensi dari Alqur'an langsung, jelas hukumnya wajib. Hematnya, jilbab itu menutupi. Dan disebut menutupi karena tidak melekukkan bagian tubuh lainnya.

Selanjutnya, harus saya akui, berkerudung tapi memakai kaos ketat itu memang kurang tepat. Karena pada dasarnya jilbab untuk melindungi. Singkatnya, kalau lekuk tubuh tetap terlihat jelas, apanya yang harus dilindungi lagi?

Memang itu bagian dari proses, saya pun awalnya juga seperti itu sampai akhirnya pakai jilbab syar'i. Proses, bukan berarti jalan ditempat disitu saja. Tetap berusaha memperbaiki tiap langkah, itulah proses. Terus belajar. Biar prosesnya maju. Tidak diam ditempat begitu saja.

Lebih penting lagi, ayo kita sama-sama lihat diri masing-masing. Lihat apakah kita memang sudah lebih baik daripada orang lain. Rasanya agak miris ketika tahu ada page Jilboobs community. Dan akan sangat miris lagi kalau adminnya ternyata seorang muslim.

Jika kita memang peduli, apakah tidak lebih baik kalau menasehati langsung secara personal dengan orangnya? Tidak perlu lah membuat page seperti itu. Apalagi turut meng-like atau mem-posting foto saudari mu disitu. Saya rasa orang-orang yang sudah mempopulerkan dan membuat istilah rese' itu menyebalkan juga.

Dan sadarkah kita bahwa orang-orang yang turut meng-klik tombol "share" juga ikut menyebarkan fitnah karena menyebarkan foto milik perempuan2 yang diupload di artikel tersebut? Sadar gak kalau kita juga turut menjelekkan mereka karena foto mereka juga tersebar yaa karena kita juga. Tanpa sengaja, kita juga bikin mereka jelek juga, membuka aib mereka, didepan orang lain. Fikirkan lagi deh.

"Tapi, kita kan juga cuma mau bikin mereka sadar" | Tujuanmu baik, tapi caramu salah. Nasehati teman mu langsung. Dari hati ke hati. Itu cara yang lebih efektif dan tepat. Dari istilah saja sudah mesum dan kasar begitu, bagaimana nasehatnya mau didengar?

Berhenti menyebarkan artikel tentang jilboobs. Jika kontennya foto aurat wanita juga. Hanya akan menambah dosa jariyah. Masih banyak artikel bermanfaat lainnya yang ada korelasi nya dengan itu, yang bahasanya lebih halus dan lebih baik.

Maaf kalau ada kata-kata saya yang tidak berkenan. Semoga bisa mengingatkan. Wallahu a'lam.

Hidup Seperti Anak SMA.

Tidak. Ini bukan lagi sebuah cerita tentang masa SMA. Tidak ada lagi diri yang semerta-merta mengambil keputusan seenak jidat. Atau, diri yang berlarut dalam kepekatan dunianya sendiri. Atau diri yang egois dan serakah tentang keelokan dunianya saja. Sudah tidak ada lagi hal-hal mudah disini.

Dewasalah. Berfikirlah. Tegaslah. Tidak usah jauh kepada orang lain, tegas dengan dirimu sendiri. Apa dan siapa yang kau inginkan dalam hidupmu. Dewasalah. Segala sesuatu akan selalu menjadi rumit daripada dirimu sendiri. Umur kita bertambah, pola fikir kita berubah. Begitu juga dengan keinginan kita. Kita akan semakin serakah seiring dengan bertambahnya tiap detik kita. Tapi, bijaklah. Pilihlah dengan tegas. Atau dewasa bahkan akan merusakmu. Bukan mengubahmu lebih baik.

Hidup kita tidak semudah hidup anak SMA lagi. Hura-hura, tanpa tekanan. Terbang tanpa pilihan. Tidak. Kau punya hidup. Kau punya keluarga. And you will have your own family. Kau akan selalu punya pilihan. Dan pilihan itulah yang menentukan kau akan hidup seperti apa.

Mereguk cemburu,
Tersedak sakitnya.
Racun membakar didalam sana.
Termegap-megap bernafas.

Logika berlari.
Amarah menguasai.
Bersama sakit ia menjalar.
Sendiri ia seorang manusia merasa.

Menelan untuk dirinya sendiri.
Tumpah bulir air matanya.
Mengalirkan perih.
Bersama ikhlas batinnya.

Raganya bergetar.
Tidak berdaya akan apapun.
Tidak dunia, tidak juga dirinya
Menahan sesuatu yang lebih besar dari dia didalam sana.

Hati-nya.
Ego-nya.
Rasa-nya.

Dan merelakan sesuatu yang lebih kuasa darinya....

Hatimu.
Egomu.
Hidupmu.

Sunday, July 27, 2014

Can't Sleep.

Detik-detik terakhir menuju hari raya. Suara kembang api dan petasan bersahutan diluar sana. Semua orang dirumah ini sudah terlelap. Dan seperti biasa, saya belum bisa tidur.

Sayup-sayup suara takbir dari beberapa mesjid, masih bergema diluar sana. Hati siapa yang tidak bergetar mendengarnya. Tiga puluh hari Bulan Ramadhan terasa berlalu begitu cepat. Manusia bahkan mungkin tidak tahu harus bersedih karena kepergian Ramadhan ataukah harus berbahagia karena Hari Raya Idul Fitri. Mungkin juga harus merasa keduanya.

Sejenak doa-doa pun disebut dalam hati. Banyak doa yang rasanya ingin sekali dibiarkan melangit malam ini, bersama gema takbir. Semoga diri ini bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. Bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Semoga Allah melindungi keluarga saya. Semoga Allah melindungi teman dan kerabat diluar sana. Semoga Allah melindungimu. Hanya sebuah doa yang tidak muluk untuk malam ini.

Aamiin..

Saturday, July 26, 2014

I need to write something on my blog. I am getting more insane lately.

Wednesday, July 16, 2014

Note For This Morning

Catatan pagi ini:

Semoga Allah memberkahi orang yang lembut hatinya, saking baiknya bahkan sangat sedih melihat seekor katak mati pagi ini.

Dan..

Semoga Allah mengampuni orang yang egois hatinya, saking buruknya bahkan tanpa merasa bersalah lewat di atas jalanan yang belum sepenuhnya selesai. Semennya masih basah. Padahal, banyak orang yang terjaga hanya untuk membangun jalan tersebut, untuk kepentingan umum.

Aamiin..

Monday, July 14, 2014

Es Krim

Es krim ini mulai mencair. Mungkin karena tadi aku lupa masukkan di kulkas. 
Tapi, tak apalah, mencair pun ia tetap namanya es krim. Rasanya juga masih 
sama.

Bukan masalah es krim ini enak maka lantas aku tetap memakannya 
walaupun ia mencair, 
yang membuat es krim ini berharga. 
Tapi, karena ada kebaikanmu di dalam sana. 

Mungkin karena merasa kebaikan ini tulus 
makanya es krim ini terus melekat dipikiranku. 
Dan aku mereda.
Entahlah. Tapi, mengapa?

Maka, kupandangi lagi es krim ini. 
Mencari tanya dan jawabannya sekaligus disana.
Berharap rasionalitasku tetap bekerja saat ini.

Email Tahun 2013

Seperti ada yang aneh lagi ketika melihat sekumpulan email itu lagi, dari pengirim yang sama. Sekumpulan email yang dikirimkan pada tahun 2013 lalu. Sekumpulan email yang menjadi saksi bisu dari sebuah awal dan proses, walaupun akhirnya gagal. Sengaja saya tidak hapus, supaya mengingatkan diri sendiri tentang bagaimana harapan bermula dan ketidakpastian selalu menjadi bagiannya.

Bukan orangnya, tapi makna dan hikmahnya itu yang membekas dari proses tersebut. Ternyata setiap detil hidup selalu diatur oleh Allah. Masih jelas terekam bagaimana awal, proses dan akhirnya. Tidak terduga, diluar akal saya. But, that's the way it is. Begitulah caraNya. 

Tapi, justru kegagalan itu seperti menumbuhkan harapan. Bahwa dulu saja Allah bisa pertemukan dengan orang yang tidak terduga, dengan cara tidak terduga pula. Mengapa tidak Dia lakukan sekali lagi, kepada saya kelak?

Siapa dan dimana dia? Pertanyaan klasik bagi orang-orang yang sedang merindu separuh hidupnya. Hanya menggenggam ketidaktahuan dan ketidakpastian yang dikandung masa depan. Tapi, justru itu yang menumbuhkan keinginan untuk berjuang. Bukan hanya sekedar untuk jodoh itu sendiri, tapi untuk Allah dan diri sendiri, dunia dan akhirat.

Kadang ragu kapan Allah akan mempertemukan. Hingga perlahan rasa jenuh dan bosan hinggap. Mungkin itu saatnya Allah sedang bertanya "apakah kau bersungguh-sungguh?" Dan mengajak diri melihat jauh ke dalam. 

Tulisan ini bukan hanya perihal jodoh saja, tapi tentang sesuatu yang harus kau perjuangkan untuk dirimu sendiri. Yang harus kau usahakan yang terbaik untuk mendapatkan akhir yang terbaik. Dengan segala macam ketidakpastian dan kemungkinan yang akan muncul di sepanjang jalan. Membuatmu jatuh bangun dalam berharap. 

Bukankah jika segala sesuatu itu sudah pasti kita ketahui setiap rincinya, kita tidak akan melakukan apa-apa? Kita tidak akan punya sesuatu yang bisa kita tuju. Tidak seru. Terus, hidupmu kemana? Imanmu buat apa? 

Harapan karena ketidakpastian dengan setiap lantai keraguan didalamnya, membuat kita mau kembali berdiri, berjuang lagi. Membuat iman mu justru menjadi hidup.
"Berjalan berseberangan untuk kemudian saling menemukan sekali lagi, walau tahu akan kembali mengeja rasa masing-masing dalam diam, sekali lagi."

(reblogged this from http://ainidarmansyah.tumblr.com/)

Sunday, July 13, 2014

Renungan Hari ke-16: Haruskah Hati Menciptakan Jarak?

Alkisah, seorang Ustadz bertanya kepada para santrinya, "Tahukah kalian, mengapa ketika seseorang dalam keadaan marah, ia berbicara kuat-kuat atau berteriak?" 

Seorang santri menjawab,"Mungkin karena disaat seperti itu, ia telah kehilangan kesabaran sehingga berteriak."

"Tapi, bukankah lawan bicaranya berada di dekatnya? Jadi, mengapa harus berteriak? Apakah sang lawan bicara tidak dapat mendengar jika dengan sura halus? Ataukah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua santri memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun, tak satupun jawaban memuaskan. Lalu, sang Ustadz berkata "Ketahuilah, ketika dua orang sedang berada dalam situasi penuh dengan kemarahan, maka jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang sedemikian jauh, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin menjadi-jadi pula kemarahan mereka dan jarak hati yang ada diantara keduanya pun menjadi semakin jauh. Karena itu, mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi"

Satu Bingkai.

Kerudung orangenya berkibar tertiup hembusan angin. Rintik hujan mulai turun. Langkahnya cepat seperti biasa. Waktu berbuka puasa sudah dekat. Alunan A Thousand Year kembali mengalun di telinganya. Dengan sedikit terburu-buru, ia naik mobil angkutan umum yang sudah mulai menjauh lagi.

Ini hari yang melelahkan untuknya. Entah kepada siapa lagi ia harus mengadu kecuali dengan hatinya sendiri. Tidak, bukannya ia tidak mempunyai orang-orang disekitarnya yang rela mendengarkan keluh kesahnya. Hanya saja, kadang seseorang butuh waktu untuk dirinya sendiri. Mungkin sekedar berbincang sebentar dengan Tuhan yang ada dalam hatinya. Lagipula ini hanya lelah, bukan sekarat. Bukan masalah.

Sesekali perempuan itu memeriksa telepon selularnya. Sekedar melihat, sudah jam berapa sekarang. Deg..seperti ada denyutan kecil di kalbunya setiap melihat wallpaper di layar handphone-nya.

Entah apa yang menggerakan perempuan itu untuk memilih foto tersebut. Bagaimana bisa ia sekarang bisa berada satu bingkai dengan orang yang sebelumnya dia tidak pernah berfikir, bahkan hanya untuk mengharapkannya saja rasanya dirinya tidak pantas? Dia, dengan segala sempurnanya. Dan perempuan itu, dengan segala kekurangannya.

Terlihat canggung perempuan itu di foto itu. Ah, mungkin ini hanya satu kesempatan kecil dari Tuhan. Agar dia sejenak bisa merasakan rasanya berdiri di sampingnya, bukan hanya dibelakangnya. Memandangi punggungnya diam-diam setiap dia berjalan. Tidak hanya mengaguminya dari jauh, tapi dari jarak sedekat ini. Dalam satu bingkai.

Saturday, July 12, 2014

Renungan Hari ke-15: Bulan Ramadhan, Bulan Sabar

Bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk bersabar. Karena pahala yang dijanjikan adalah tak terhingga.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda 

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim no. 1151)

Renungan Hari ke-14: Barangsiapa Yang Bertawakal Kepada Allah, Dia Akan Mencukupinya

Suatu ketika masuklah seorang sahabat RasulullahShalallahu ‘Alaihi wassalam ke masjid Nabawi padahal saat itu bukan waktunya untuk melaksanakan shalat fardhu. Di dalam masjid, sahabat tersebut menemukan seorang bocah kecil sedang melaksanakan shalat dengan khusyuk. Hingga ia pun lantas menunggui bocah tersebut sampai selesai melaksanakan shalatnya.

Setelah selesai shalat, sahabat tersebut mendekati bocah itu dan menyalaminya sembari berkata, “Wahai anakku, siapakah orang tuamu?” anak tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengeluarkan air mata pertanda menangis dan sedang sedih. Ia kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Wahai pamanku, aku adalah anak yatim piatu yang sudah tidak lagi mempunyai ayah dan ibu.”

Renungan Hari ke-13: Hidup Itu Pilihan

Sebab, keimanan manusia tidak diciptakan untuk ditahan dalam tempurung baja yang terkunci rapat dan aman. Iman diciptakan oleh Allah dan ditempatkan ke dalam organ yang tidak statis. Ia justru bernaung di hamparan organ yang mudah berubah, bolak-balik, naik turun, yaitu di dalam kalbu, di hati manusia.

Mengapa Allah menaungkan iman di dalam organ abstrak yang labil dan mudah sekali berubah? Mengapa tidak diciptakan saja organ statis dan stabil yang melindungi dari hawa nafsu dan hembusan kotor masuk kedalamnya, supaya iman itu aman, sehingga selamatlah kita semua?

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2)

Maka, terjawablah pertanyaan itu. Kalau iman sudah terjaga dalam hamparan organ yang tidak mungkin ditembus oleh rayuan kotor hawa nafsu, lalu untuk apa kita diciptakan di jagat raya ini? Dunia yang penuh sesak oleh segala kesenangan semu dan bujuk rayu sengaja diciptakan untuk menggoda hati kita yang selalu berbolak-balik. Apakah kita bisa bertahan dengan rayuannya yang sering kali melalaikan?

Renungan Hari ke-12: Haruskah Menunggu Batu Yang Dilemparkan?

Alkisah, seorang eksekutif muda memacu mobil Jaguar-nya yang baru. Di tengah perjalanan, dimana banyak mobil diparkir di pinggir jalan, tiba-tiba sebuah batu bata dilemparkan dengan keras ke pintu Jaguar-nya.
Secepat kilat ia menginjak rem dan memutar balik, menuju asal batu itu dilemparkan. Dengan marah ia melompat keluar dari mobil menarik kasar kerah baju anak yang melempar batu bata, dan mendorongnya hingga terbentur sebuah mobil yang diparkir.

“Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan? Perbuatanmu membuatku harus mengeluarkan banyak uang untuk memperbaikinya. Apa maksudmu melakukannya?”

Anak laki-laki itu berbicara takut-takut,”Maaf , Tuan, saya minta maaf. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Saya melemparkannya karena tidak ada yang mau berhenti”

Thursday, July 10, 2014

Note For Us.

Alunan A Thousand Year versi Boyce Avenue memenuhi malam larut ini. Semoga lagu ini bisa meninabobokan aku, membuatku tidur walau hanya sebentar. Aneh karena malam ini mataku tidak mau terpejam padahal seharian ini rasanya melelahkan sekali.

Kupandangi langit-langit kamarku dan entah sudah berapa kali lagu ini dimainkan. Dan aku masih tidak bisa terlelap.

Seribu tahun. Aku belum tahu apa yang akan aku lakukan jika aku benar-benar bisa melewati seribu tahun kehidupanku. Tapi, apakah memang rasanya akan menyenangkan hidup disini selama itu? Sayang sekali ini bukan film Twilight, yang kehidupan tokohnya berjalan sempurna. Ini hidup, dan hidup itu dinamis. Bergerak naik-turun.

Seribu tahun. Mungkin akan terasa sangat lama jika seandainya aku harus menunggu seribu tahun untuk sesuatu. Tapi, jika itu adalah waktu yang terbaik pada saat tahun ke seribu, maka disitulah ia akan terjadi. Segala sesuatu yang terbaik tidak akan salah atau disesali kelak. Dan waktu terbaik itu hanya akan datang pada orang-orang yang siap.

Kita akan telusuri setapak jalan ini. Kita ikuti saja alur cerita hidup kita ini. Kita berjalan, kita tumbuh. Perlahan saja. Biar kita tidak merusak akhir ceritanya.

Maka, aku akan bersiap. Aku akan bersabar. Walau seandainya, itu membutuhkan waktu seribu tahun.

Wednesday, July 9, 2014

Note for Gaza.

Tulisan pendek pagi ini untuk saudara-saudari kita di Gaza. Thanks for twitter, which could provide update informations about what happened out there.

Baru saja saya sibuk scroll timeline twitter, dan tidak hanya penuh dengan berita kemenangan Jerman dan berhasil mempercundangi Brazil di pertandingan Semifinal World Cup 2014. Tapi, timeline saya juga penuh dengan berita tentang penyerangan lagi di bumi Gaza oleh Israel. Rasanya timeline twitter menjadi sangat ironis ketika menyajikan berita gembira dan berita duka di saat yang bersamaan.

Pilu rasanya ketika melihat foto anak-anak kecil yang terbujur kaku, setiap hari pasti ada dari mereka meninggal. Disaat bersamaan, baru saja kemarin di sebuah rumah makan cepat saji, saya melihat anak balita yang sangat lucu, sehat, tanpa kekurangan satu anggota tubuh pun. Ketika saya mengingat-ingat lagi, membandingkan anak-anak di Gaza dan di Indonesia, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Alhamdulillah anak-anak disini sedikit lebih beruntung. Tapi, dibalik musibah ada hikmah. Anak-anak disini mungkin baik-baik saja, tapi mereka tidak mendapatkan kesempatan mati syahid seperti anak-anak di tanah Gaza. Menunggu orang tua mereka di gerbang Jannah. Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada saudara-saudari kita di Gaza, dalam menghadapi kezaliman disana. Insya Allah, Allah akan memberikan balasan Jannah untuk mereka yang sedang berjuang di jalan Allah. Mari kita juga sejenak renungkan dan kirimkan doa untuk mereka disana.
Aamiin..

(Ditulis di pagi hari yang tenang. Maaf jika tulisan ini kata-katanya berantakan. Saya hampir kehabisan kata ketika menulis ini)

Tuesday, July 8, 2014

Renungan Hari ke-11: Jemaah Facebookiyah

“Jangan-jangan kita lebih menikmati teriknya siang di bulan Ramadhan hanya untuk ber-facebook ria daripada melakukan aktivitas produktif. Lebih intens update status daripada menyempatkan waktu untuk iktikaf. Kita lebih memilih chatting daripada membaca Al-Qur’an”

Tidak selamanya teknologi selalu membawa kebaikan. Meskipun begitu banyak kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, tetapi begitu banyak pula yang direnggutnya. Meskipun kita sadari bersama bahwa tidak selamanya kita harus bingung akibat teknologi baru yang terus bermunculan. Teknologi itu sesuatu yang netral. Tidak bisa disebut sebagai sumber kebaikan, tetapi tidak bisa juga disebut sumber keburukan. Ibarat sebilah pisau, ia bisa menjadi kebaikan, juga terkadang berdampak keburukan, bergantung siapa yang memegangnya. Kalau bilah pisau itu dipegang oleh perampok, ia akan beralih fungsi menjadi alat pembunuhan, media kejahatan. Tentu berbeda jika pisau itu dipegang oleh ibu kita di dapur untuk mengiris bawang.

Lalu, bagaimana menyikapi facebook atau jejaring sosial yang telah bertaburan di internet?

Renungan Hari ke-10: Cerdas Menghadapi Kaum Peminta

“Jika anda memilih untuk tidak memberi tapi selanjutnya tidak mau melakukan tindakan apapun kepada mereka, ya, sama juga bohong”

Negeri Kaum Peminta, itulah kita. Berdasarkan survey dari sebuah lembaga, jumlah kaum pengemis dan gelandangan semakin bertambah tiap tahunnya. Beberapa daerah, baik provinsi maupun kabupaten, melaporkan bahwa peningkatan jumlah kaum pengemis masih cukup signifikan. Meskipun kita sepenuhnya menyadari, menjadi dilematis ketika kita harus menyorot kehidupan pengemis, namun bukan tidak pantas juga bagi kita untuk mengkritisinya. Pasalnya, “pekerjaan” ini selalu menjadi alternatif menarik bagi yang merasa tidak memiliki keahlian pada pekerjaan yang lebih baik.

Monday, July 7, 2014

Di gelap ini..
Diri menahan pilu serta malu karena telah lupa
Rasanya sudah terlalu lama
Kaki ini telah pergi melanglang buana

Gelap yang ini..
Bulir-bulir air mata basahi sajadah
Getar memohon ampun ucap bibir ini
Adakah Tuhan maafkan aku yang salah?

Gelap yang ini..
Biarkan gelap ini tenggelamkanku
Agar bisa ku peluk Nuur yang ku cari
Agar Tuhan bisa beri aku cahaya-Nya, memelukku.

Sunday, July 6, 2014

Note for Someone

Kalau ada yang berbuat tidak baik dibelakang kita, itu masalah dia.

Yang jadi masalah, kalau kita ikutan seperti itu.

Gak apa-apa kalau dia mau berbuat buruk apa saja dibelakang sana, asal jangan kita yang berbuat seperti itu.

Kita cuma bisa berdoa agar dijauhkan dari segala macam keburukan, baik yang terlihat, maupun yang tidak terlihat.

Keep calm and let Allah do the rest.

(Inspired by my deep-conversation with Sri couple days ago. Hmm Sri has taught me a lot of things)

Renungan Hari ke-9: Getaran Syahadat

Islam selalu memberikan jalan bagi umatnya, dalam melakukan segala aktivitas melalui berbagai cara yang unik. Sepertinya masing-masing syariatnya tidak berhubungan tetapi  setelah diperdalam, kita pun akan semakin mengerti tentang indahnya agama kita. Semuanya saling terkait satu sama lain. Lima panduan, lima pedoman. Berbicara tentang pedoman, kita punya 5 poin yang terbentuk sebagai lima rukun islam. Rukun islam inilah yang menjadi pedoman bagaimana cara untuk mengimplementasikan keislaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Tapi, dari kelima ini, syahadat menjadi poin terpenting dalam Islam. Karena jika baik syahadatnya, memaknai nya dengan baik, maka insya Allah, keempat rukun lainnya dapat dilakukan dengan baik pula.

Sejatinya, syahadat adalah perjanjian kita dengan Allah. Dalam Al-Qur’an telah Allah beritahukan bahwa sebelum seorang manusia dilahirkan, sudah ada perjanjian antara roh manusia dan Allah. Roh ditanya,”Alatsu birabbikum? (Bukankah Aku ini Rabbmu?), Roh menjawab,”Balaa syahidnaa” (Ya benar, kami bersaksi)

Saturday, July 5, 2014

Renungan Hari ke-8: Lu'lu'ul Maknun

“Jangan takut tidak memiliki eksistensi dalam lembar sejarah dunia karena lembar catatan sejarah akhiratmu tidak akan pernah melewatkan manusia-manusia mulia yang mengikhlaskan diri meniti jalan Tuhan”

Seorang Arab kampung datang kepada Muawiyah bin Abi Sofyan dengan pakaian yang sangat kumal. Ternyata karena alasan tiu, Muawiyah pun tidak memedulikan kehadirannya.“Ya Amirul Mukminin,” kata orang Arab Kampung itu. “Bukanlah pakaian yang mengajak anda berbicara tuan! Yang mengajak tuan bicara adalah manusia yang berada di dalam pakaian ini.”

Arab Kampung itu kemudian berbicara panjang lebar tentang berbagai masalah dengan tingkat keilmuan yang tinggi. Tutur kata dan bahasanya indah. Muawiyah tidak menyangka sebelumnya. Usai berbicara, Arab Kampung itu keluar dan pergi meninggalkan istana tanpa meminta suatu apapun. 

Muawiyah pun berkata,”Aku belum pernah melihat seseorang yang pada awalnya sama sekali tidak kuhargai, namun pada akhirnya ia begitu mulia dimataku.”

Lu’lu’ul Maknun. Mungkin banyak dari kita yang tertunduk malu pada mereka. Ketika banyak dari kita yang memburu popularitas, tidak terbersit dalam jiwa mereka untuk dikenal banyak orang dan diketahui jasa-jasa mereka. Mereka tidak tertarik dengan puja-puji dari manusia. Mereka tidak tertarik untuk dikenal oleh banyak manusia. Layaknya sebuah mutiara yang tersembunyi. Mereka hanya ingin dikenal sebagai hamba yang mulia oleh Tuhannya. Hanya merindu untuk segara tidur di atas dipan bertakhtakan emas. Mereka merindu hidup bersama bidadari-bidadari surga bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan. Lu’lu’ul Maknun.

Ada lagi kisah lain dalam buku ini yang dipaparkan penulis, membuat saya sangat malu dan tersentuh. Ada seorang tukang bakso yang memiliki kebiasaan unik. Setiap menerima uang dari pembelinya, ia menyimpan uang itu di tiga tempat. Sebagian di laci gerobaknya, sebagian di dompetnya, dan sisanya di kaleng bekas tempat roti. Ketika ditanya alasannya, jawabannya:

Friday, July 4, 2014

Renungan Hari ke-7: ‘Abidu Haramain

Pemuda itu dikenal di seluruh penjuru Arabia sebagai perampok. Meski masih muda, reputasinya sebagai penjahat kelas sanggup membuat nyali semua orang ciut. Ia tak kenal ampun dengan korban-korbannya. Siapapun yang coba-coba melawan ia tak segan membunuhnya.

Suatu ketika, ia tertarik dengan seorang gadis. Karena tak mampu menahan gejolak hatinya, dia berencana untuk mengendap masuk ke rumah si Gadis di kala semua penduduk kota terlelap tidur. Namun, belum sempat melancarkan niat jahatnya, pemuda mendengarkan seorang menyenandungkan ayat Al-Qur’an,

Thursday, July 3, 2014

Renungan Hari ke-6: Hidup Itu Singkat, Kawan.

“Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Seorang sahabat bertanya Rasulullah menjawab “Yang paling baik mengingat mati kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut. Itulah orang yang paling cerdas” (HR. Ibnu Majah dan Thabrani)


Hidup gak hanya didunia. Setelah kematian, kita semua akan memasuki kehidupan lain yang jauh berbeda dengan kehidupan dunia, yaitu kehidupan akhirat. Semua amal hanya bisa dikerjakan didunia, sedang “evaluasinya” dilakukan di akhirat. Pokoknya kalau di hidup dunia sebenarnya buat cari bekal kehidupan selanjutya. Cuma sebagai tempat singgah, untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya yang lebih panjang, yang lebih abadi.

Wednesday, July 2, 2014

Renungan Hari ke-5: Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

“Sungguh aku sangat ingin memerintahkan shalat untuk didirikan, lalu aku perintahkan seorang laki-laki untuk mengimami orang-orang, kemudian aku berangkat bersama beberapa orang laki-laki dengan membawa beberapa ikat kayu bakar kepada orang-orang yang tidak ikut shalat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka dengan api tersebut” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saat berjalan di mal, saat lagi sibuknya menyelesaikan pekerjaan kantor atau lagi sibuk mengerjakan tugas kuliah di kampus, lalu tiba-tiba adzan dikumandangkan. Ada berapa banyak dari kita yang langsung memenuhi panggilan Allah itu? Tuhan sering sekali kita nomor dua-puluh-tujuh-kan. Seolah kita bilang kepada Tuhan, “Maaf Tuhan, saya sedang sibuk. Shalatnya nanti saja, ya?”. Rasanya sangat menyedihkan kalau mengingat-ingat lagi kita masih sering menunda-nunda waktu sholat, padahal Allah tidak pernah sekalipun tidak memperhatikan umat-Nya. Allah sudah berikan banyak sekali nikmat, tapi mengapa untuk menghentikan kegiatan sejenak untuk sholat tepat waktu saja, kita masih tidak bisa?

Tuesday, July 1, 2014

Renungan Hari ke-4: The Miracle of Fasting

“Berpuasalah kalian, niscaya kalian sehat” (HR. Ibnu Al-Sunni dan Abu Nu’aim)

Mungkin kita belum pernah mau mempelajari kenapa berpuasa itu menyehatkan. Tidak hanya puasa saja, mengenai amalan-amalan lainnya kita juga sebenarnya masih belum memahami kenapa kita diperintahkan untuk melakukan sebuah amalan. Walaupun perintah Allah maupun sunnah Rasulullah itu pasti benar, tapi dengan kita lebih tahu tentang makna dan manfaat ibadah yang diperintahkan Allah kepada kita, Insya Allah akan semakin menguatkan dan memantapkan untuk menjalani ibadah tersebut.Sudah ada penelitian yang dilakukan umat manusia untuk membuktikan bahwa puasa itu menyehatkan fisik, psikis, sosial dan spiritual.

Monday, June 30, 2014

Note For Someone

It's been a month.
And i still can't figure it out why this could happened.
It is fine.
Glad to know what we are right now.
In the very first beginning, i know this won't be easy as i thought.
I am too afraid for letting myself go for a new beginning
And there're too many things that you didn't know, could be problems someday.
But, now i am ready fighting for it, as long as i can.
As long as we both want it.

(Just typing some words. Sorry, I just can't help myself to not write something tonight)

Indomie Selera Kita

Gue bakal kangen banget momen kayak gini, hari ini bareng Adit. Adik gue. Benar apa kata orang, bahagia itu sederhana. Dan buat gue malam ini, bahagia ketika gue kembali bisa melakukan aktivitas kesukaan gue bareng Adit. Masak indomie di dapur sambil ngobrol. Hahaha..

Biasa banget kan? Tapi, buat gue justru ini yang kadang bikin kita dekat di rumah. Secara ya, kalau sehari-hari gue sama dia sama-sama sibuk. Dia sekolah, gue kerja. Dua-duanya pergi bareng pas pagi banget, pulangnya sendiri-sendiri. Dia pulangnya sore, gue malam. Sampai rumah paling say hello bentar, trus kita di kamar masing-masing istirahat. Weekend, dia paling..yaa tidur. 

Renungan Hari ke-3: Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku.

Kepada Yang Terhormat
Saudara Fulan

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Saudara Fulan, dengan ini saya beri tahukan kepada Saudara, bahwa saya ditugaskan oleh Allah untuk menjemput roh Anda pada tanggal 8 Syawal tahun ini, sehingga Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir bagi Saudara. Harap dipergunakan sebaik-baiknya. Demikian pemberitahuan dari saya. Kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Tertanda,
Malaikat Maut

-Izrail-

Saya merinding waktu baca surat ini dalam bukunya ini. Bayangkan saja kalau Izrail mengirim surat seperti itu ke kita. Pasti dan yakin saja, semangat beribadah langsung menuju puncak tertingginya. Mungkin kita bakal rajin sholat tepat waktu, rajin melaksanakan sholat tahajud, sibuk ber-qiyamullail, tidak mau lagi mengeluh beratnya menjalankan ibadah puasa pada siang hari. Kita akan rajin mengisi waktu dengan berdzikir dan membaca Al-Qur’an. Merenungi ayat-ayat-Nya. Kemudian, kita jadi menginfakkan semua yang bisa kita infakkan. Kita akan mendatangi orang-orang yang sudah kita zalimi, meminta maaf pada mereka dan mengakui segala kesalahan kita pada mereka. Pokoknya, kalau surat ini beneran ada ditangan kita, tidak akan ada lagi waktu sia-sia habis terbuang percuma karena melakukan kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat.

Sunday, June 29, 2014

Renungan Hari ke-2: Selamat Datang, Ramadhan.

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka” (HR. Ahmad)

Ada tiga hikmah yang bisa diambil dari sebuah pertanyaan “mengapa Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun ini?”. Pertama, bisa jadi karena kita diberi kesempatan untuk membersihkan tumpukan dosa. Kedua, mungkin karena kita diberi kesempatan untuk menjadikan Ramadhan sebagai momen mempertinggi derajat kita di akhirat kelak. Ketiga, boleh jadi Ramadhan ini justru hanya menjadi kesempatan lain untuk kita terjerumus dalam jurang dosa lebih dalam. Na’udzubillah min dzalik. Tapi, tetaplah optimis bahwa Ramadhan adalah untuk dua kemungkinan pertama tadi. Insya Allah, potensi kemudharatan di Bulan Ramadhan lebih kecil daripada potensi kemaslahatannya.

Ramadhan itu laksana tamu agung yang dikaruniakan Allah untuk seluruh umat muslim. Karena jelas sekali Ramadhan penuh dengan berkah dan kebaikan. Maka, sudah sepantasnya Ramadhan disambut dengan kebahagiaan. Ucapkan tahmid dan syukuri usia karena masih beruntung karena bertemu lagi dengan Ramadhan.

“Seandainya setiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Bulan Ramadhan, maka umatku akan berharap seandainya setahun itu Bulan Ramadhan” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Renungan Hari ke-1: Sudah Siapkah Kamu?

“Layaknya seorang pengelana bijak, sebelum berangkat berkelana ia pasti akan mempersiapkan segala bekal yang diperlukan dalam perjalanannya. Begitu juga dengan seorang muslim, saat ia akan berkelana melintasi Ramadhan, segala bekal harus dipersiapkan dengan baik”

Seharusnya saya menulis ini kemarin, sebelum hari pertama Bulan Ramadhan dimulai. Berhubung ini karena renungan pertama tentang bekal dan notabenenya segala sesuatu yang berhubungan dengan perbekalan adalah hal pertama yang harus disiapkan sebelum menempuh sebuah perjalanan. Tapi, lebih baik terlambat saya tuliskan daripada tidak sama sekali. Hehe..

Berbicara tentang perbekalan untuk menjalani Bulan Ramadhan, apa yang sudah dipersiapkan? Banyak quote bertebaran “Siapkan diri untuk Bulan Ramadhan” tapi nyatanya kita sendiri masih belum tahu kita harus mempersiapkan apa. Lalu, untuk apa kita mempersiapkan bekal ini?

Mari kita bicara tentang tujuannya dahulu. Jelas, untuk berkelana meniti sebuah perjalanan dengan baik, total, lancar serta bebas hambatan, kita butuh persiapan. Termasuk untuk menjalani hari-hari Bulan Ramadhan. Agar hari-hari di Bulan Ramadhan menjadi penuh akan amal, bukan malah menambah dosa. Perjalanan ini bisa menjadi nyaman serta penuh kekhusyukan. Dan akhirnya bisa menjadikan momen Bulan Ramadhan sebagai momen terindah untuk mendekat kepada Allah. Ah membayangkan saja rasanya sudah indah banget, kan? ^^

Apa yang perlu dipersiapkan?

Satu Tulisan, Untuk Satu Hari, Untuk Bulan Ramadhan.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Insya Allah, selama bulan Ramadhan saya bakal menulis satu tulisan renungan untuk satu hari. Referensinya dari buku-buku bacaan sendiri yang isinya semoga bisa bermanfaat untuk dituliskan dan dibagikan kembali. Karena kebetulan saya terinspirasi dengan salah satu buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" karya Ahmad Rifa'i Rif'an. Bukunya bagus dan ringan untuk dibaca. Dan banyak hal penting yang ingin saya bagi dari buku ini. Baik itu sebagai pengingat untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Jadi, mungkin sebagian besar tulisan akan merujuk pada buku itu. Karena temanya juga sesuai dengan Bulan Ramadhan. Tapi, tidak menutup kemungkinan saya juga bakal mengambil rujukan dari buku lain. Pokoknya doain aja deh biar saya istiqomah tetap menulis satu tulisan ini untuk satu hari di Bulan Ramadhan ini ^^


Note For Someone.

Please, do not act, say or behave, something like there's problem between both of us when actually there's not. It is hurt for me who completely didn't understand anything what you are thinking.

Please, if you have something to say, say it out loud in front of me. I am not the one, who can understand what it is in your mind, like God always do. I am sorry if i wasn't that perfect as you wish. Or perfect as anyone else. But as your information, i am just human. Completely imperfect. You are free to choose leaving or staying, if you no longer can't accept my imperfection.

Sorry for being rude and saying this.

MIKA

Saya fikir film Mika ini akan menjadi film yang sangat biasa dan agak membosankan. Jujur saja, itu karena tahu aktrisnya si Velove Vexia. Soalnya, saya tidak pernah lihat bagaimana akting Velove di layar lebar. Apa mungkin karena saya ketinggalan berita atau apa, tapi memang Velove ini baru main di satu judul film layar lebar ini, kan? Please correct me if i am wrong. Harus saya katakan, kalau usaha Velove untuk memerankan Indi, seorang perempuan belia yang masih polos penderita Skoliosis, diperankan cukup baik. Film ini juga tertolong dengan akting ciamik Vino G. Bastian. Saya rasa karena sudah punya jam terbang cukup banyak, main pada beberapa judul film layar lebar, Vino cukup sukses memerankan sebagai penderita HIV-AIDS, Mika, dalam film ini. 

Saturday, June 28, 2014

Kufikir senjaku akan sama.
Jingga bertebar diatas sana .
Bias cahayanya lewat kaca.
Tapi, bersamamu akan membuatnya berbeda.


Wherever you are

I’m telling you
I softly whisper
Tonight tonight
You are my angel

— Aku katakan padamu —
— Aku berbisik pelan —
— Malam ini… malam ini —
— Kau malaikatku —

Aishiteru yo
Futari wa hitotsu ni
Tonight… tonight…
I just say…

— Aku mencintaimu —
— Berdua menjadi satu —
— Malam ini… Malam ini —
— Aku hanya bilang… —

Thursday, June 26, 2014

Kenapa Ya?

Ada 10 pertanyaan yang lagi gue fikirin selama gue..hmm..kurang lebih sudah sejam bengong di mall menunggu bapak sama ibuk. Sebelumnya maaf yaa kalau ada yang tersinggung. Ini benar-benar murni hasil observasi langsung disini. So, here they are..

1. Kenapa kalau cewek lagi ngobrol, pasti ribut banget? | eh gak juga..cowok juga ding.

2. Kenapa kalau cowok lagi ngobrol, suka bilang "bro.." di tiap akhir kalimatnya? "Begini lho, bro..", "mau kemana, bro?", "eh cewek yang itu cantik, bro.." | pusing gak sih dengerin nya?

3. Kenapa donat j.co itu enak banget? Mereka pake resep apa ya sampai orang rela antri kayak ada sembako?

4. Kenapa anak remaja jaman sekarang, masih senang lempar poni? Kalau poni nya ganggu, mas/mbak, jepit aja bisa kaliik. Atau rambutnya disir rapi. Atau sekalian gak usah pake poni juga bisa.

5. Kenapa ya orang yang pacaran lagi jalan berduaan, jalannya pelan trus jalan ditengah lagi? Jalannya dipinggir kek. Rasanya serba salah aja kalau lagi jalan dibelakang mereka ("._.)

6. Kenapa ya cowok suka pake baju kaos berkerah V? Ntar masuk angin lho, mas..

7. Kenapa ya cewek suka pake hotpants ke mall? Ntar masuk.angin lho, mbak..

8. Kenapa ya gue masih (baru saja) lihat ibu-ibu sekitar umur 50an, pake baju yang gak ada lengannya? Ntar masuk angin lho, mbak..eh salah..mbah..*salim*

9. Kenapa ya kita sekarang lebih sering ngobrol dengan gadget daripada dengan manusia? Apa kita sudah sebodoh ini dibajak sama teknologi? *ngaca* *sigh*

10. Kenapa ya belakangan ini gue suka nulis tulisan yang gak jelas gini? Bingung juga sih.

P.s: kalau ada yang mau jawab pertanyaan diatas atau protes mungkin, atau yang mau mengklarifikasi, komen aja tuh dibawah. Tapi, kalau gak bisa, yaudahlah yaa. Mungkin kamu terlalu normal. Maaf lho. Eh atau gue yang..ahsudahlah.

Sunday, June 1, 2014

I don't even know myself at all
I thought I would be happy by now
The more I try to push it
I realize – gotta let go of control

Gotta let it happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen
So let it happen

It's just a spark
But it's enough to keep me going
And when it's dark out, no one's around
It keeps glowing

Every night I try my best to dream
Tomorrow makes it better
Then I wake up to the cold reality
And not a thing is changed

But it will happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen

It's just a spark
But it's enough to keep me going
And when it's dark out, no one's around
It keeps glowing

It's just a spark
But it's enough to keep me going
And when it's dark out, no one's around
It keeps glowing

And the salt in my wounds isn't burning anymore than it used to
It's not that I don't feel the pain, it's just I'm not afraid of hurting anymore
And the blood in these veins isn't pumping any less than it ever has
And that's the hope I have, the only thing I know that's keeping me alive

Alive

Gotta let it happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen

Gotta let it happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen
Gotta let it happen

It's just a spark
But it's enough to keep me going
(So if I let go of control now, I can be strong)
And when it's dark out, no one's around
It keeps glowing

It's just a spark
But it's enough to keep me going
(So if I keep my eyes closed, with the blind hope)
And when it's dark out, no one's around
It keeps glowing

(Last Hope - Paramore)

Thursday, May 29, 2014

The Liebster Award

Berawal dari sebuah postingan blog seorang teman, gue juga tertarik untuk menulis hal yang sama. Yang ternyata ini juga karena postingan si dhira di blognya. Yaampuuuuuuun..ketinggalan banget gue baca blog nya si Dhira. Baru tau, habis jarang blog walking lagi. Blog sendiri aja sudah mulai jarang update.


Sebelum kita menulis, pertama, mari kita ucapkan terima kasih kepada Dhira dan Aas yang sudah memberikan inspirasi menarik untuk dicoba disaat gue emang lagi lebih sering bengong depan entri blog daripada depan aplikasi SIDJP di kantor (if you know what i mean..)


Oke. Mari kita mulai..


Ternyata sebelum mulai, ada peraturannya. Here they are:

1. Post award ke blog kamu
2. Sampaikan terima kasih kepada blogger yang sudah memperkenalkan award ini dan link back ke bloggnya
3. Share 11 hal tentang kamu
4. Jawab 11 pertanyaan yang diberikan kepada kamu
5. Pilih 11 blogger lainnya dan kasih mereka 11 pertanyaan yang kamu mau

And here I go. In 3..2..1..

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....