Sunday, June 29, 2014

MIKA

Saya fikir film Mika ini akan menjadi film yang sangat biasa dan agak membosankan. Jujur saja, itu karena tahu aktrisnya si Velove Vexia. Soalnya, saya tidak pernah lihat bagaimana akting Velove di layar lebar. Apa mungkin karena saya ketinggalan berita atau apa, tapi memang Velove ini baru main di satu judul film layar lebar ini, kan? Please correct me if i am wrong. Harus saya katakan, kalau usaha Velove untuk memerankan Indi, seorang perempuan belia yang masih polos penderita Skoliosis, diperankan cukup baik. Film ini juga tertolong dengan akting ciamik Vino G. Bastian. Saya rasa karena sudah punya jam terbang cukup banyak, main pada beberapa judul film layar lebar, Vino cukup sukses memerankan sebagai penderita HIV-AIDS, Mika, dalam film ini. 

Cerita film Mika ini diadaptasi dari buku "Waktu Aku Sama Mika" oleh Indi yang menceritakan tentang kisah cinta antara Indi dan Mika. Konflik cerita dimulai ketika hubungan Indi dan Mika ditentang oleh kedua orang tua Indi karena mereka takut kalau Indi bisa tertular penyakit HIV-AIDS dari Mika. Tapi, ini bukan hanya soal itu, tapi tentang bagaimana kau menerima seseorang dengan segala kekurangannya. Mungkin ini bagian tersulit dari tiap manusia yang secara naluriah menuntut kesempurnaan karena adanya ketidaksempurnaan itu dalam dirinya sendiri. Terlepas dari prinsip kalau kita tidak bisa membuat orang lain menjadi seperti apa yang kita mau. Itu sudah menjadi urusan diri sendiri, bagaimana sikap kita menerima kekurangan orang lain. Itu sebabnya ada quote kurang lebih maknanya seperti ini, "Ketidaksempurnaan justru akan melengkapi kekurangan dengan sempurna". Logic enough, right? 

Dibandingkan dengan bukunya, saya lebih suka filmnya. Meskipun disepanjang film agak sedikit terganggu dengan rambut gondrongnya si Vino, mungkin itu hanya salah satu usaha Vino untuk menguatkan karakter Mika, si mantan pecandu narkoba juga. Tapi , mungkin karena Vino punya hobi main film dengan dandanan kucel begitu. Habis disetiap filmnya, style-nya selalu berantakan. Mas Vino gak pernah cukur rambut sih. Heu..

Kembali ke filmnya. Saya suka sekali dengan adegan waktu Mika gendong Indi buat lomba lari saat jam pelajaran olahraga di sekolah. Dulu, waktu saya baca bukunya, hati saya meleleh. Romantis. Dan film ini berhasil memvisualisasikan adegan tersebut jadi bagus banget. Hati saya meleleh lagi ^^

Ada beberapa poin yang membuat saya kurang begitu suka dengan film ini. Saya tidak suka ketika film ini membuat Indi begitu dikucilkan di kehidupan sosialnya. Hanya karena dia punya skoliosis dan pakai brace kemana-mana. Dan ada beberapa dialog yang sangat mengecilkan Indi dalam film itu. Saya rasa sosial juga tidak berlebihan seperti itu menghadapi para penderita skoliosis. Buktinya, teman-teman skolioser lainnya menjalani kehidupan seperti biasa. Menjalani aktivitas yang sama dengan mereka. Berinteraksi sepeti biasa tanpa ada terdengar ejekan orang-orang tentang skoliosis ini. Apalagi dibully orang lain. Tidak ada. Dan alhamdulillah, saya bersyukur karena selama ini sudah dikelilingi dengan orang-orang baik, dan bukan seperti para tokoh antagonis dalam film Mika ini ^^

2 comments:

  1. Replies
    1. iya sudah saya nonton dan memang lebih bagus filmnya daripada bukunya :)

      Delete

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....