Seorang anak di sebuah sekolah dasar memanjatkan doa di sepertiga malam terakhirnya.
"Tuhan, Engkau kan tahu kalau ujian Bahasa Inggrisku hari ini dapat jelek. Tapi aku tetap bersyukur Tuhan, karena waktu ujian aku tidak sekalipun mencontek, meskipun teman-temanku yang lain melakukannya."
"Tuhan, tadi pagi waktu berangkat ke sekolah aku diberi ibu bekal sepotong kue dan sebotol air. Kata ibu, sekarang sedang paceklik, jadi hanya itu yang bisa kubawa agar di sekolah tidak perlu jajan di kantin. Terima kasih kuenya, Tuhan. Di jalan aku melihat pengemis yang kelaparan. Lalu aku berikan kue itu kepadanya. Tahu-tahu saja laparku hilang ketika melihat pengemis itu tersenyum."
"Tuhan, lihatlah, ini sepatu terakhirku. Mungkin aku harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau kan tahu sepatu ini sudah rusak berat. Tapi tidak apa-apa, paling tidak aku masih bisa pergi ke sekolah. Tetanggaku bilang orang-orang sedang gagal panen, sehingga teman-temanku banyak yang terpaksa berhenti sekolah. Tolong bantu mereka Tuhan supaya bisa sekolah lagi."
"O..ia Tuhan, semalam ibu memukulku. Mungkin karena aku nakal. Memang agak sakit. Tapi pasti sakitnya segera hilang, karena kuyakin Engkau akan menyembuhkannya. Yang penting aku masih punya seorang ibu. Jadi, kumohon Tuhan, jangan Engkau marahi ibuku yah? Mungkin ibu sedang lelah saja dan panik memikirkan kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolahku."
"Terakhir Tuhan, sepertinya aku sedang jatuh cinta. Di kelasku ada seorang pria yang sangat pintar, tampan, dan baik. Menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku? Tapi apa pun yang terjadi, yang aku tahu Engkau tetap menyukaiku. Terima kasih, Tuhan."
Doa diatas saya kutip dari sebuah buku. Saya tidak perlu mempertanyakan apakah doa tadi nyata atau tidak. Apakah memang ada seorang anak yang betul-betul memanjatkan doa seperti itu. Pertama saya membaca, dan hingga sekarang saya mengetik ulang lagi, saya masih terharu. Juga malu. Apakah anda tidak merasa seperti itu? Terbayang kalau kita manusia saja bisa tersentuh ketika membaca doa tadi, bagaimana dengan Tuhan yang mendengarnya langsung dari hambaNya?
Kalau lebih diteliti lagi, doa tadi sangat menunjukkan betapa besarnya rasa syukurnya si anak terhadap hidupnya. Sekalipun ketika dia sedang berdoa. Maksudnya? Begini, manusia sering mengidentikkan doa dengan kesusahan, kesengsaraan. Setiap ada gundah, kita adukan lewat doa. Setiap ada sedih, kita tuangkan ia dalam doa. Setiap ada kebutuhan, kita meminta dengan doa. Salahkah? Tentu itu tidak salah. Karena doa adalah bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan kita dalam mengatasi segala persoalan hidup tanpa pertolongan Allah. Merupakan kesombongan seorang manusia jika ia tidak mau meminta kepada Tuhannya.
Tapi, mari amati lagi doa yang sering kita panjatkan kepada Tuhan. Seolah-olah kita menyuruh Tuhan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Misalnya, "Ya Allah, sembuhkanlah hamba dari sakit..", "Ya Allah, mudahkanlah rezeki hamba..", atau "Ya Allah, pertemukanlah hamba dengan jodoh hamba..". Kita seakan-akan menyuruh Tuhan. Tapi, apakah Tuhan marah? Tidak, itulah salah satu tanda kasih sayang Allah kepada kita. Dengan lisan doa kita seperti kalimat perintah itu pun tidak dilarang olehNya. Karena ketika kalimat seperti itu kita ucapkan dalam doa, kalimat itu bukan lagi menjadi sebuah "perintah". Pilihan kata itu adalah bahasa awam manusia untuk memohon kepada Tuhannya.
Kita sering meminta ini-itu dalam doa. Tapi, apakah ada salahnya kalau kita sejenak menyisakan sabait dua bait ungkapan syukur dalam doa kita? Berdoa seperti doa diawal tulisan ini? Saya fikir tidak salah, bukan? Justru menurut saya, ini akan menjadi sugesti yang akan kembali lagi ke diri kita. Sugesti kalau akan ada hal-hal baik lainnya akan kita temui, lebih baik daripada masalah apa yang kita adukan dalam doa hari ini. Kita jadi lebih sering lagi mengingat hal-hal baik dan bersyukur atas hal itu.
Dalam buku The Secret tertulis dengan jelas tentang anjuran syukur, "Bayangkanlah harapan-harapan anda dengan penuh rasa syukur, seakan-akan Anda sudah menerimanya. Dengan demikian, anda akan menerimanya segera".
Selama ini, kebiasaan kita adalah bersyukur setelah menerima nikmat. Kita gampang mengucapkan Hamdalah ketika doa kita terkabul. Bersyukur ketika rezeki datang. Padahal, syukur itu mengundang nikmat. Jika selama ini urutan yang kita lakukan adalah:
Berdoa kepada Tuhan >> Doa kita dikabulkan >> Baru bersyukur
Mulai sekarang, mari logikanya kita balik:
Bersyukur dulu >> Berdoa kepada Tuhan >> Doa kita dikabulkan
Jadi, kita tidak semerta-merta hanya berdoa untuk meminta, meminta, dan meminta terus dan kita lupa untuk bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Hehe.. Padahal, kita mungkin sudah menerima banyak dari Allah. Kita hanya tidak sadari itu.
"Siapa tidak mensyukuri nikmat, berarti menginginkan hilangnya. Siapa mensyukurinya, berarti telah secara kuat mengikatnya." (Al-Hikam, Ibn Athaillah)
No comments:
Post a Comment