Wednesday, July 2, 2014

Renungan Hari ke-5: Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

“Sungguh aku sangat ingin memerintahkan shalat untuk didirikan, lalu aku perintahkan seorang laki-laki untuk mengimami orang-orang, kemudian aku berangkat bersama beberapa orang laki-laki dengan membawa beberapa ikat kayu bakar kepada orang-orang yang tidak ikut shalat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka dengan api tersebut” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saat berjalan di mal, saat lagi sibuknya menyelesaikan pekerjaan kantor atau lagi sibuk mengerjakan tugas kuliah di kampus, lalu tiba-tiba adzan dikumandangkan. Ada berapa banyak dari kita yang langsung memenuhi panggilan Allah itu? Tuhan sering sekali kita nomor dua-puluh-tujuh-kan. Seolah kita bilang kepada Tuhan, “Maaf Tuhan, saya sedang sibuk. Shalatnya nanti saja, ya?”. Rasanya sangat menyedihkan kalau mengingat-ingat lagi kita masih sering menunda-nunda waktu sholat, padahal Allah tidak pernah sekalipun tidak memperhatikan umat-Nya. Allah sudah berikan banyak sekali nikmat, tapi mengapa untuk menghentikan kegiatan sejenak untuk sholat tepat waktu saja, kita masih tidak bisa?


Kebiasaan menunda shalat, bahkan hingga hingga akhir waktu shalat, dianggap biasa saja. Padahal, pekerjaan tidak bisa dijadikan dalih untuk meninggalkan shalat. Kesibukan bukan alasan yang dibenarkan syariat sehingga kita boleh menangguhkan shalat.

“Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim)

Dengan meninggalkan shalat artinya kita sudah membuat sebuah batas tipis antara kesyirikan dan kekufuran serta membuat keduanya menjadi tidak ada bedanya. Dan keduanya merupakan dosa besar. Na’udzubillah min dzalik.

“Sesungguhnya, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. An-Nisa: 103)

Allah telah mengatur waktu shalat dengan sempurna, sesuai dengan kebutuhan makhluk-Nya. Waktu-waktu shalat itu sangat sempurna dan seimbang karena disaat-saat itulah kita butuh menghadap Allah.

Renungkan kembali, kita sangat kecil dibandingkan Allah. Atasan kita juga kecil sekali. Harta dan pangkat tidak ada apa-apanya dibandingkan Allah. Lalu, untuk apa melanggar Allah Yang Maha Besar hanya demi yang kecil-kecil itu saja?

Renungkan kembali, Cek diri kita masing-masing, siapa yang kita sembah? Pekerjaan, atasan, atau Allah yang lebih kita pentingkan?

Renungkan lagi. Shalatlah dan yakinlah hasil kerjamu akan membuahkan keberhasilan dan lebih berkah. Masihkah Allah kecil dihati kita? Allah tidak disembah pun, Allah tetap menjadi Tuhan. Tapi, apa jadinya manusia bila ia tidak mau menyembah Tuhannya?


Tetaplah berusaha memenuhi panggilan Ilahi untuk melaksanakan shalat bila telah tiba waktunya. Ketika adzan telah berkumandang, sambutlah ia dengan semangat. Berhentilah sejenak dari aktivitasmu. Mulailah berwudhu dan bersiap untuk menghadap Allah.

(Dari Buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....