“Sungguh aku sangat ingin memerintahkan shalat untuk
didirikan, lalu aku perintahkan seorang laki-laki untuk mengimami orang-orang,
kemudian aku berangkat bersama beberapa orang laki-laki dengan membawa beberapa
ikat kayu bakar kepada orang-orang yang tidak ikut shalat, lalu aku bakar
rumah-rumah mereka dengan api tersebut” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat berjalan di mal, saat lagi sibuknya menyelesaikan
pekerjaan kantor atau lagi sibuk mengerjakan tugas kuliah di kampus, lalu
tiba-tiba adzan dikumandangkan. Ada berapa banyak dari kita yang langsung
memenuhi panggilan Allah itu? Tuhan sering sekali kita nomor
dua-puluh-tujuh-kan. Seolah kita bilang kepada Tuhan, “Maaf Tuhan, saya sedang
sibuk. Shalatnya nanti saja, ya?”. Rasanya sangat menyedihkan kalau
mengingat-ingat lagi kita masih sering menunda-nunda waktu sholat, padahal
Allah tidak pernah sekalipun tidak memperhatikan umat-Nya. Allah sudah berikan
banyak sekali nikmat, tapi mengapa untuk menghentikan kegiatan sejenak untuk
sholat tepat waktu saja, kita masih tidak bisa?
Kebiasaan menunda shalat, bahkan hingga hingga akhir waktu
shalat, dianggap biasa saja. Padahal, pekerjaan tidak bisa dijadikan dalih
untuk meninggalkan shalat. Kesibukan bukan alasan yang dibenarkan syariat
sehingga kita boleh menangguhkan shalat.
“Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan
dan kekufuran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim)
Dengan meninggalkan shalat artinya kita sudah membuat sebuah
batas tipis antara kesyirikan dan kekufuran serta membuat keduanya menjadi
tidak ada bedanya. Dan keduanya merupakan dosa besar. Na’udzubillah min dzalik.
“Sesungguhnya, shalat
itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”
(QS. An-Nisa: 103)
Allah telah mengatur waktu shalat dengan sempurna, sesuai
dengan kebutuhan makhluk-Nya. Waktu-waktu shalat itu sangat sempurna dan
seimbang karena disaat-saat itulah kita butuh menghadap Allah.
Renungkan kembali, kita sangat kecil dibandingkan Allah.
Atasan kita juga kecil sekali. Harta dan pangkat tidak ada apa-apanya
dibandingkan Allah. Lalu, untuk apa melanggar Allah Yang Maha Besar hanya demi
yang kecil-kecil itu saja?
Renungkan kembali, Cek diri kita masing-masing, siapa yang
kita sembah? Pekerjaan, atasan, atau Allah yang lebih kita pentingkan?
Renungkan lagi. Shalatlah dan yakinlah hasil kerjamu akan
membuahkan keberhasilan dan lebih berkah. Masihkah Allah kecil dihati kita?
Allah tidak disembah pun, Allah tetap menjadi Tuhan. Tapi, apa jadinya manusia
bila ia tidak mau menyembah Tuhannya?
Tetaplah berusaha memenuhi panggilan Ilahi untuk
melaksanakan shalat bila telah tiba waktunya. Ketika adzan telah berkumandang,
sambutlah ia dengan semangat. Berhentilah sejenak dari aktivitasmu. Mulailah
berwudhu dan bersiap untuk menghadap Allah.
(Dari Buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)
(Dari Buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)
No comments:
Post a Comment