Islam selalu memberikan jalan bagi umatnya, dalam melakukan
segala aktivitas melalui berbagai cara yang unik. Sepertinya masing-masing
syariatnya tidak berhubungan tetapi
setelah diperdalam, kita pun akan semakin mengerti tentang indahnya
agama kita. Semuanya saling terkait satu sama lain. Lima panduan, lima pedoman.
Berbicara tentang pedoman, kita punya 5 poin yang terbentuk sebagai lima rukun
islam. Rukun islam inilah yang menjadi pedoman bagaimana cara untuk
mengimplementasikan keislaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan
Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Tapi, dari kelima ini, syahadat
menjadi poin terpenting dalam Islam. Karena jika baik syahadatnya, memaknai nya
dengan baik, maka insya Allah, keempat rukun lainnya dapat dilakukan dengan
baik pula.
Sejatinya, syahadat adalah perjanjian kita dengan Allah.
Dalam Al-Qur’an telah Allah beritahukan bahwa sebelum seorang manusia
dilahirkan, sudah ada perjanjian antara roh manusia dan Allah. Roh
ditanya,”Alatsu birabbikum? (Bukankah Aku ini Rabbmu?), Roh menjawab,”Balaa
syahidnaa” (Ya benar, kami bersaksi)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhdapa jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi” (QS. Al-A’raf (7): 172)
Mari kita renungi kembali syahadat kita. Sudahkah syahadat
yang kita ucapkan benar-benar jujur? Mari kita yakini bahwa Dia-lah yang paling
penting, yang utama, paling kita cintai, ujung dari segala tujuan hidup.
Jadikan getaran syahadat sebagai panduan kita melaksanakan tugas sebagai
anggota masyarakat dan abdi bangsa. Jika ada tugas yang menuntut kita untuk
melakukan dosa, ingatlah syahadatmu. Lebih takut mana melanggar larangan Allah
atau resiko kerja yang paling-paling dipecat? Jika ada peluang korupsi, cobalah
ingat siapa tuhanmu: uang atau Allah? Jika timbul niat untuk zalim, ingatlah
syahadatmu. Begitu seterusnya.
(Dari Buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)
(Dari Buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)
No comments:
Post a Comment