Alunan A Thousand Year versi Boyce Avenue memenuhi malam larut ini. Semoga lagu ini bisa meninabobokan aku, membuatku tidur walau hanya sebentar. Aneh karena malam ini mataku tidak mau terpejam padahal seharian ini rasanya melelahkan sekali.
Kupandangi langit-langit kamarku dan entah sudah berapa kali lagu ini dimainkan. Dan aku masih tidak bisa terlelap.
Seribu tahun. Aku belum tahu apa yang akan aku lakukan jika aku benar-benar bisa melewati seribu tahun kehidupanku. Tapi, apakah memang rasanya akan menyenangkan hidup disini selama itu? Sayang sekali ini bukan film Twilight, yang kehidupan tokohnya berjalan sempurna. Ini hidup, dan hidup itu dinamis. Bergerak naik-turun.
Seribu tahun. Mungkin akan terasa sangat lama jika seandainya aku harus menunggu seribu tahun untuk sesuatu. Tapi, jika itu adalah waktu yang terbaik pada saat tahun ke seribu, maka disitulah ia akan terjadi. Segala sesuatu yang terbaik tidak akan salah atau disesali kelak. Dan waktu terbaik itu hanya akan datang pada orang-orang yang siap.
Kita akan telusuri setapak jalan ini. Kita ikuti saja alur cerita hidup kita ini. Kita berjalan, kita tumbuh. Perlahan saja. Biar kita tidak merusak akhir ceritanya.
Maka, aku akan bersiap. Aku akan bersabar. Walau seandainya, itu membutuhkan waktu seribu tahun.
No comments:
Post a Comment