Wednesday, January 2, 2019

#3 Thought: 2018 to 2019

I haven't made my own resolutions for 2019. Tapi, sepertinya resolusiku di tahun 2019 tidaklah muluk. Yang pada intinya, saya ingin 2019 kembali menjadi tahun titik balik. Lebih rajin dan lebih bersyukur. Salah satunya adalah mengisi blog ini minimal sebulan sekali. Tidak muluk. Hahaha..

Kembali pada setahun lalu.
Ada ulang tahun pertama Al, yang berdekatan dengan tanggal 1. Vibe nya masih terasa hingga tanggal 1. Karena saya punya memori sendiri tentang Al di malam tahun baru. Setiap malam pergantian tahun, saya selalu ingat dengan malam pertama kami saat saya akhirnya sudah bisa sekamar dengan Al. Setelah seharian saya harus pemulihan di ruangan lain setelah menjalani operasi sesar. Lalu, pada tanggal 31 Desember 2016, Al dibawa ke kamar dalam keadaan sudah mandi. Harum. Lebih harum daripada saat ia keluar dari rahim. Bau baby-cologne menyelimuti badannya yang mungil. memberi sedikit 'surga' untuk yang menciumnya. And a whole heaven, for me. Sampai pada malam harinya, menjelang detik-detik pergantian tahun. Tepat tengah malam, poop pertama Al akhirnya keluar. Hanya ada saya dan papanya yang di kamar, dan kami tidak tahu cara mengganti popok. Tidak ada orang tua kami yang nginap malam itu. Dengan sangat terpaksa, saya harus bangun dengan keadaan luka bekas operasi masih sangat sakit. Kami berdua mengganti popok dengan kewalahan karena Al menangis dan berteriak. Malam tahun baru kami semakin ramai dengan adanya suara petasan dan kembang api diluar sana. I always remember that memory every new year's eve.

Lalu, menjelang akhir tahun, disaat kerjaan saya mulai bisa terorganisir dengan baik, i did my job so well. I mean really good, kinda start to love it actually. Dan punya rekan kerja yang bersahabat, kooperatif, dan punya energi positif. Bikin hari-hari dikantor semakin baik dijalani. Disaat saya sudah mulai aware bahwa saya berada di zona nyaman dan mulai bertanya "apa semuanya akan seperti ini?" Sampai terbitlah SK Mutasi. Untuk saya dan suami. Hanya jeda 2 bulan setelah suami mutasi, saya juga ikut mengalami.

Entah bisa menyebutnya sebagai firasat, tapi seringnya muncul pertanyaan tentang apakah saya sendiri akan keluar dari zona nyaman, sepertinya menjadi isyarat Tuhan kalau saya pada akhirnya harus keluar dari zona nyaman. Bukan hal yang mudah, karena ini mutasi pertama setelah 4 tahun lebih bekerja di kantor lama. All my up and down, many things, happened and be my lessons. I saw my seniors, my partners, worked and learned about it. I knew many people there. Dan pindah ke tempat baru, saya harus memulai itu semua dari awal lagi. Mulai memilah apa yang bisa kubawa dari tempat lama ke tempat baru. Tidak muluk untuk langsung membawa perubahan ditempat baru, tapi minimal untuk diri sendiri saja. Dan mencoba beradaptasi dengan ritme kerja serta orang-orang yang ada dilingkungan kerja baru. Mulai belajar lagi, sesuatu yang baru. Mengenal orang baru. Dan mulai mengeliminasi apa yang menjadi prioritas setiap harinya di tempat itu. 

Sebuah keputusan kantor yang mengubah hidup saya dan suami berubah juga. Tidak main-main, kami langsung terpisah pulau. Tidak mudah untuk kami berdua. Dan hal ini akan terjadi beberapa tahun lagi, lalu seterusnya dan seterusnya hingga mungkin kami pensiun. Kami tahu hari ini akan datang, cepat atau lambat. Kami siap, tapi tidak sesiap yang kami kira. Banyak hal-hal yang perlu kami perbarui, dan mencoba beradaptasi dengan keadaan berjarak seperti ini. Banyak hal-hal dari diri satu sama lain yang lebih ter-explore ketika kami berjauhan. Kami banyak bersabar. Dan banyak belajar.

Tahun 2018 seolah-olah menjadi pelajaran besar untuk saya secara pribadi. Di awal tahun ini, saya mulai mendaftar kembali hal-hal apa yang harus saya buang, dan apa yang harus saya syukuri. Yang terpenting dari semua resolusi saya tahun ini adalah buang energi negatif, banyak berdoa untuk segalanya dan perbanyak rasa syukur. Walaupun ada cita-cita kami yang belum bisa tercapai, tapi saya percaya bahwa Tuhan persiapkan segala sesuatunya apa yang menurutNya terbaik untuk kami, di waktu yang tepat. 2018 had done a great job.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....