Sebab, keimanan manusia tidak diciptakan untuk ditahan dalam
tempurung baja yang terkunci rapat dan aman. Iman diciptakan oleh Allah dan
ditempatkan ke dalam organ yang tidak statis. Ia justru bernaung di hamparan
organ yang mudah berubah, bolak-balik, naik turun, yaitu di dalam kalbu, di
hati manusia.
Mengapa Allah menaungkan iman di dalam organ abstrak yang
labil dan mudah sekali berubah? Mengapa tidak diciptakan saja organ statis dan
stabil yang melindungi dari hawa nafsu dan hembusan kotor masuk kedalamnya,
supaya iman itu aman, sehingga selamatlah kita semua?
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS.
Al-Ankabut: 2)
Maka, terjawablah pertanyaan itu. Kalau iman sudah terjaga
dalam hamparan organ yang tidak mungkin ditembus oleh rayuan kotor hawa nafsu,
lalu untuk apa kita diciptakan di jagat raya ini? Dunia yang penuh sesak oleh
segala kesenangan semu dan bujuk rayu sengaja diciptakan untuk menggoda hati
kita yang selalu berbolak-balik. Apakah kita bisa bertahan dengan rayuannya
yang sering kali melalaikan?
Kita sering salah mengerti, banyak yang salah memahami dalam
menyikapi dunia. Padahal relasi yang terjadi antara ujian dan sesuatu yang
diuji adalah bukanlah menghindari, memisahkan, atau menjauhi. Sebab, dunia itu
diciptakan sebagai mazra’atul akhirat, ladang untuk kehidupan akhirat. Ia
ladang, maka tanamilah benih kemuliaan. Ia sawah, maka jangan biarkan ia
tandus. Suburkan dengan takwa.
Sebenarnya, segalanya bergantung sikap kita, ingin
senang-senang didunia? Silakan. Tetapi ingat, Allah sudah lebih dulu menyiapkan
jawaban terhadap alternative yang bakal kita pilih.
Tuhan itu Rahman, Maha Pengasih. Jika anda mau berusaha
keras, insya Allah Ia akan memberikan apa yang anda inginkan. Siapapun anda;
mau beriman atau tidak, mau bertakwa atau tidak, kafir atau ateis, siapapun
anda, siapapun saya, siapapun mereka.
“Barangsiapa yang mengkehendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan” (QS. Al-Huud:
15)
Tetapi, Allah juga memiliki sifat Rahim, Maha Penyayang.
Tidak semua orang disayang oleh Allah. Ia hanya memberikan kasih sayang-Nya
bagi hamba-hamba yang mendamba ridha-Nya dan berjalan dijalan takwa. Jibril
pernah mengatakan kepada Rasulullah, silakan kau cari dunia, silakan kau menikmatinya,
tetapi ingatlah, suatu saat engkau akan mati. Sedangkan bagi mereka yang hanya
mengharap kesenangan dunia, firman Allah berlanjut:
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-Huud: 16)
(Dari buku "Izaril Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)
No comments:
Post a Comment