Saturday, July 12, 2014

Renungan Hari ke-12: Haruskah Menunggu Batu Yang Dilemparkan?

Alkisah, seorang eksekutif muda memacu mobil Jaguar-nya yang baru. Di tengah perjalanan, dimana banyak mobil diparkir di pinggir jalan, tiba-tiba sebuah batu bata dilemparkan dengan keras ke pintu Jaguar-nya.
Secepat kilat ia menginjak rem dan memutar balik, menuju asal batu itu dilemparkan. Dengan marah ia melompat keluar dari mobil menarik kasar kerah baju anak yang melempar batu bata, dan mendorongnya hingga terbentur sebuah mobil yang diparkir.

“Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan? Perbuatanmu membuatku harus mengeluarkan banyak uang untuk memperbaikinya. Apa maksudmu melakukannya?”

Anak laki-laki itu berbicara takut-takut,”Maaf , Tuan, saya minta maaf. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Saya melemparkannya karena tidak ada yang mau berhenti”


Dengan air mata mentes diwajah dan dagunya, anak itu menunjuk tempat disekitar mobil yang diparkir.
“Itu saudara saya,” katanya. “Dia terguling dari tepi jalan dan jatuh dari kursi rodanya dan saya tidak bisa mengangkatnya.”

Dengan terisak, anak itu memohon pada sang eksekutif muda yang sedang tertegun,”Tolong bantu saya untuk membawanya kembali ke kursi roda. Dia terluka dan dia terlalu berat untuk saya.”

Tanpa banyak kata, sang pemuda menelan amarahnya yang hampir keluar dari tenggorokan. Dengan segera ia mengangkat seorang anak bertubuh besar ke kursi roda, lalu mengeluarkan sapu tangannya untuk menutup luka segar yang menganga di lutut anak itu. Matanya menyiratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Terima kasih dan semoga Allah memberkahi Anda,” kata anak kecil itu penuh syukur.

Yang terjadi kemudian, sang pemuda menghabiskan waktu memandangi anak kecil yang mendorong kursi roda saudaranya menyusuri trotoar menuju rumah mereka. Lalu, ia kembali ke mobilnya dengan langkah yang lambat.

Ia memandangi pintu mobilnya yang penyok dan memutuskan untuk membiarkannya tetap seperti itu tanpa diperbaiki, meski ia punya banyak uang. Ini sebagai pengingat bagi dirinya sendiri bahwa ia terlalu cepat menjalani hidup, sehingga seseorang perlu melemparkan batu untuk mendapatkan perhatiannya.

Sesungguhnya ini pulalah yang Allah lakukan pad akita, ketika kita tidak punya waktu untuk datang pada-Nya dab mendengarkan-Nya, maka Ia perlu melemparkan batu kepada kita. Dan hanya ada dua pilihan untuk kita: datang pada-Nya dan mendengarkan-Nya atau menunggu batu itu dilemparkan pada kita.


Teguran Allah itu memang bisa saja menyakitkan. Tapi, itulah bentuk cinta Allah agar seseorang segera kembali mengenali dirinya dan menegenali Allah. Inilah yang patut kita syukuri bila Allah masih mau menegur kita. Jangan sampai kondisi kita seperti ucapan “Hukuman paling berat atas seseorang adalah bila Allah menjadikan ia lupa akan dirinya sendiri. Sebab, bila seseorang lupa akan dirinya sendiri, maka ia akan terjerumus pada kenistaan, tapi ia merasa telah melakukan kebaikan.” Karena itulah, teguran Allah memang bisa jadi menyakitkan.

(Dari buku "99 Inspirasi Pagi untuk Setiap Muslim")

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....