“Jangan-jangan kita lebih menikmati teriknya siang di bulan
Ramadhan hanya untuk ber-facebook ria daripada melakukan aktivitas produktif.
Lebih intens update status daripada menyempatkan waktu untuk iktikaf. Kita lebih
memilih chatting daripada membaca Al-Qur’an”
Tidak selamanya teknologi selalu membawa kebaikan. Meskipun
begitu banyak kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, tetapi begitu banyak
pula yang direnggutnya. Meskipun kita sadari bersama bahwa tidak selamanya kita
harus bingung akibat teknologi baru yang terus bermunculan. Teknologi itu
sesuatu yang netral. Tidak bisa disebut sebagai sumber kebaikan, tetapi tidak
bisa juga disebut sumber keburukan. Ibarat sebilah pisau, ia bisa menjadi
kebaikan, juga terkadang berdampak keburukan, bergantung siapa yang
memegangnya. Kalau bilah pisau itu dipegang oleh perampok, ia akan beralih
fungsi menjadi alat pembunuhan, media kejahatan. Tentu berbeda jika pisau itu
dipegang oleh ibu kita di dapur untuk mengiris bawang.
Lalu, bagaimana menyikapi facebook atau jejaring sosial yang
telah bertaburan di internet?
Selama ini mungkin banyak pihak yang merasa keberadaan
Facebook mengkhawatirkan karena banyaknya penyalahgunaan serta banyaknya tabu
agama yang dilanggar oleh beberapa pengguna facebook. Beberapa diantaranya
adalah bahwa Facebook sering digunakan sebagai sarana untuk bergosip, nge-game,
mengedarkan video mesum, chatting membicarakan hal yang tidak bermanfaat,
lihat-lihat foto lawan jenis, atau menulis status-status tidak penting yang
hanya akan membuang waktu saja. Dan untuk beberapa kasus, memang hal itu
terjadi.
Tapi, tentu saja kita juga tidak bijak jika mengatakan bahwa
semua pengguna Facebook pasti melakukan kemaksiatan dan kemungkaran seperti
yang disebutkan diatas. Karena selama ini begitu banyak manfaat yang bisa
diambil dari Facebook. Facebook menjadi penghubung kawan yang sudah lama tidak
berjumpa. Facebook bisa menambah saudara, membentuk komunitas sesuai minat,
menyambung tali silahturahmi, mempermudah bisnis, meng-update
informasi-informasi terbaru, bahkan sering kali digunakan sebagai sarana
dakwah.
Ber-Facebook dengan Cerdas
Terlepas dari status dasarnya yaitu halal, namun tidak
menutup kemungkinan aktivitas kita dalam mengelola Facebook muncul potensi kemaksiatan.
Maka, kehati-hatian harus tetap menjadi pegangan. Berikut adalah tips agar
Facebook tidak menjadi mudarat.
Pertama, luruskan niat. Awali dengan niatan-niatan mulia
yang tidak menjauhkan kita dari keridhaan Allah. Misalnya, niat berdakwah, meningkatkan
ukhuwah, menambah teman dan jaringan, menambah pengetahuan, menabur inspirasi,
dan lain-lain.
Kedua, pastikan yang kita tulis dalam akun Facebook tidak
ada kebohongan sama sekali. Tidak ada toleransi untuk kedustaan. Misalnya,
dusta dalam profil atau menceritakan sesuatu yang tidak dialami dalam status.
Ketiga, penggunaan Facebook sebaiknya dilakukan seefektif
mungkin. Jangan berlebihan. Bahkan, jika itu membuat lalai dari ibadah atau
menurunkan prestasi kerja dan produktivitas, maka dengan sendirinya Facebook
akan menjadi musuh berbahaya yang mengancam masa depan kita di dunia akhirat.
Semoga tulisan ini menjadi tamparan keras untuk saya, untuk
kita, agar tidak lagi menggunakan teknologi secara berlebihan dan jejaring sosial untuk saling
menghujat, saling membuka aib orang lain, saling memberikan energi negative,
dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.
(Dari Buku "Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku" oleh Ahmad Rifa'i Rif'an)
No comments:
Post a Comment