Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat. Kami hanya tahu kalau ada orang-orang yang kita habiskan lebih banyak waktu bersama mereka dibanding dengan yang lainnya. Orang tempat kita bisa minta nyicip jajanan. Orang yang bisa kita tanya "besok ada PR apa?"
Di bangku SMP, sahabat saya ada satu orang. Kami adalah teman sekelas selama dua tahun, tapi pisah kelas pada tahun ketiga. Dua tahun sekelas bersama, sahabat saya adalah orang yang selalu temani saya menunggu jemputan di sekolah, begitu juga sebaliknya. Orang yang rumah kami kebetulan masih satu lingkungan, jadi biasanya saya naik sepeda ke rumahnya. Untuk kerja kelompok, untuk saling pinjam komik, atau sekedar untuk berboncengan sepeda disekitar rumahnya. Curhat tentang gebetan. Atau sekedar duduk saja sambil cerita.
Di bangku SMA, sahabat saya ada tiga orang. Kami bertiga sekelas satu tahun, lalu pisah kelas di tahun kedua dan ketiga. Kami juga ikut satu ekstrakurikuler. Definisi ku tentang sahabat pun mulai berubah saat itu, yaitu orang yang biasa menjadi tempat curhat. About our crush (haha..). Namanya juga anak SMA. Dan juga orang yang paling tahu all of my dark secrets. Walaupun, pertemanan kami tidak intens yang tiap saat selalu bersama karena jarang bertemu, bertemu saat salah satunya mau curhat, atau karena jadwal kelas tambahan kami berbeda. Come on, SMA adalah saat-saat digencet untuk belajar terus menerus. Dan kami hampir tidak ada waktu untuk nongkrong. Mereka seperti kunci atas sebuah peti ku yang isinya masa SMA ku, pijakan kaki ku agar tetap di bumi agar tidak salah arah.
Di bangku kuliah, label sahabat tidak lagi relevan. Karena semakin bertumbuh, semakin saya senang sendiri. Ke mall sendiri, belajar sendiri, lebih memanfaatkan waktu untuk nugas serta tidur siang dan mencoba menulis blog. Ini adalah titik awal saya senang menulis dan kenal dengan blog. Lingkungan sosial ku hanya terdiri dari 4 orang perempuan yang senasib seperantauan saat itu. Sesekali kami hanya makan bersama, mengobrol ngalor ngidul, bergosip. Selebihnya, saya lebih senang sendiri sampai seterusnya.
Lalu, dimana mereka sekarang?
Yah ada yang sama sekali menghilang, never keep in touch. Ada juga yang ketemu sekali-kali saat reunian saja. Ada juga yang sampai sekarang walaupun kami tidak pernah ketemu lagi, because of life, tapi kami masih saling sapa di sosial media, mungkin sekedar saling mengirim ucapan ulang tahun, atau memberi komentar di IG story.
Semoga mereka semua sehat selalu.