Berawal dari kemampuan berbicara Al yang masih tidak sesuai dengan perkembangan bahasa pada anak menurut usianya. Sebelum saya cerita tentang disleksia, saya mau cerita sedikit tentang milestone perkembangan bahasa Al dari waktu ke waktu sampai usia 4 tahun. Karena ini berhubungan dengan diagnosa Al.
Sejak Al balita, mungkin kira-kira usia 6-12 bulan, bisa dibilang Al tidak begitu cerewet. Tidak begitu babbling. Tidak begitu sering mengoceh. Lalu, beranjak pada usia 1-2 tahun, masih belum ada kata berarti yang bisa dia ucapkan. Kalaupun ada yang dia ucapkan, hanyalah sebatas ocehan panjang yang tidak berarti dan tentu tidak dimengerti orang lain. Dan masih saya pun masih belum ngeh kalau ini sudah termasuk speech delay.
Kemudian, pada usia 2-3 tahun, saya baru mulai ngeh dan baru mulai konsultasi ke dokter anak. Itupun karena kebetulan Al lagi vaksin dan bukan konsul karena sengaja membahas speech delay ini. Tapi, saat itu dokter anak bilang kalau Al coba lebih banyak di stimulasi. Lebih sering diajak ngobrol. Lebih sering dibacakan buku. Lebih aktif untuk berkomunikasi dengan Al. Bahkan kalau bisa, Al disekolahkan saja di PAUD biar Al ketemu dengan teman sebayanya dan ada motivasi untuk berbicara. Mendengar itu, rasanya patah hati ya. Saya fikir berarti usaha saya kurang giat.
Singkat cerita, saya sekolahkan Al di PAUD dekat rumah mulai usia 2 tahun 3 bulan. Lebih sering bacakan buku. Lebih sering ajak Al ngobrol sambil main. Setelah 3 bulan mencoba lebih giat, Al mulai sedikit-sedikit bisa komunikasi dan kita orang rumah mengerti. Misalnya, mau minum, dia bilang "mau minum" sambil pakai bahasa isyarat atau nunjuk. Pokoknya, dari usia 1-3 tahun itu sebenarnya Al sudah menunjukkan red flag dalam hal kemampuan bicara. Dan kami masih berfikir masih bisa diperbaiki. And i just kept on denying.
Sampai pada usia hampir 4 tahun, kemampuan berbicara Al semakin lancar, bahasa isyarat sudah mulai berkurang. Tapi entah kenapa pelafalan untuk kosa kata dengan huruf tertentu selalu salah. Misalnya, "bola" menjadi "dola", "kuning" menjadi "tunin", "hewan" menjadi "hiwan". Dan itu selalu konsisten pengucapannya meskipun sudah di koreksi. Dan penyusunan kalimatnya kacau, malah bukan membentuk kalimat utuh. Terkesan ngomong tapi sepotong-potong.
Dan juga ada beberapa hal yang sering menjadi concern selain dari pelafalan. Al juga termasuk anak yang sulit sekali mengerti instruksi. Disuruh apa, dibikinnya apa. Sering lupa. Dan kalau kita ajak ngobrol, kadang dia zone out, bengong, seperti kebingungan lalu dia bahas topik lain. Sering gak nyambung kalau diajak ngobrol.
Cukup banyak hal yang sering terjadi dan cukup mengkhawatirkan. Apalagi di usia 4 tahun, anak sudah bisa bercerita dengan jelas. Tapi, Al 4 tahun belum bisa. Dan kadang masih ada yang belum dimengerti orang lain.
Setelah denying cukup lama, dan mulai cari tahu harus dibawa kemana lagi masalahnya Al ini, akhirnya dapat informasi dari teman kalau sebaiknya saya harus bawa Al ke screening tumbuh kembangnya ke salah satu klinik khusus untuk anak ABK yang sering menangani anak-anak yang alami keterlambatan atau gangguan milestone pada anak. Dan saya bawa Al ke klinik itu. Tujuannya agar Al betul-betul di screening, dicari tahu penyebab masalah speech nya ini, dan dicarikan solusi apa lagi yang harus dilakukan.
No comments:
Post a Comment