Thursday, March 23, 2017

#1 Breastfeeding Experience

I almost finish my fourth trimester.

Emangnya ada trimester keempat?

Gak sih, saya aja yang bikin seolah-olah ada sih. Hehehe.

Trimester keempat, buat saya pribadi, adalah masa menyusui. Saatnya mulai lagi dari nol, setelah menjalani proses kehamilan selama 9 bulan lalu melahirkan. Mungkin ibu-ibu lain beruntung bisa melalui proses awal masa menyusuinya dengan tenang, juga mungkin di beberapa waktu kedepan bisa menyusui anaknya dengan less perjuangan. Tanpa mesti susah-susah :(

Lain dengan ibu lainnya yang masa menyusuinya normal-normal saja, lain juga dengan saya dan ibu-ibu lainnya yang mungkin senasib dan seperjuangan dengan saya. Hehehe..

Ini semua bermula ketika saya sudah tidak bisa menyusui Al langsung a.k.a direct breastfeeding. Usia Al sudah hampir 3 bulan, dan selama ini dia minum susu pake botol dot. Sedih? Ya. Jujur, saya sedikit iri dengan para ibu yang masih direct breastfeeding anaknya. In facts, batin ibu dan anak terjalin saat menyusui. Well, my son and i are unlike any other mothers and their children.


Mengapa tidak menyusui langsung?

Sebenarnya kasus anak yang tidak menyusui langsung ke ibunya sudah banyak terjadi jauh sebelum saya. So, it is impossible i am alone with this case. Ada beberapa faktor mengapa anak biasanya tidak menyusui langsung sehingga mengharuskan ia minum ASI atau sufor dari botol dot. Bisa saja karena ASI tidak produksi, maka anak terpaksa minum sufor dari botol dot. Atau karena keadaan bayi yang tongue-ties (yaitu keadaan lidah si bayi tidak normal). 

In my case, Al tidak menyusui langsung karena nipple saya lecet. Dua-duanya. Lecet sejadi-jadinya. Sampai berdarah. Faktor yang menyebabkan seperti itu karena dari awal proses latch on (pelekatan) mulut bayi saat menyusui yang tidak pas. Jadi, hati-hati buat newbie mom, proses menyusui yang baik, damai, tentram dan tenang datang dari proses latch on yang benar. Silahkan banyak baca-baca tentang proses menyusui.

Sudah berbagai cara saya lakukan untuk mengatasi nipple lecet dan berdarah itu serta kulitnya terkelupas dimana-mana, mulai dari nipple nya dikasih ASI, atau obat salep, di kasih air hangat sampai disuruh tetap nyusu pun (konon katanya air liur bayi juga obatnya) sudah saya lakukan. Tapi apa daya tiap diobati, gak lama kemudian Al sudah minta nyusu lagi. Apalagi pada minggu awal Al lahir, kuantitas minumnya bisa 12 kali sehari dengan interval waktu tiap 2 jam sekali. Bayangin aja bu-ibuk? Baru aja nipplenya diobati, mesti dihisap lagi dengan sekuat tenaga sama si bayi demi memenuhi rasa hausnya dia. Jadi seakan-akan nipple yang luka ini gak ada waktu untuk istirahat sejenak. Gak ada waktu buat proses penyembuhannya.

Rasanya? Sakit minta ampuuuuun, kalau orang bilang, kayak pembukaan 8. And indeed, rasanya memang perih tidak terkira. Kebayang gak bayi nangis karena kelaperan tapi di satu sisi saya juga nangis karena udah kerasa perih duluan sebelum menyusui? Mau stop menyusui, tapi rasanya saya berdosa sekali kalau saya menghalangi anak saya sendiri untuk minum ASI saya, padahal ASI saya ada dan tidak ada alasan darurat untuk berhenti menyusui.

Difikir-fikir, banyak ibu-ibu diluar sana yang pengen anaknya dikasih ASI tapi apa daya, mungkin ASI nya kurang sehingga harus terima donor ASI dari ibu lain atau minumkan anaknya dengan susu formula. Lha gue? Syukur alhamdulilah masih produksi ASI tapi gak diminumkan ke anak sendiri? Gak pinter bersyukur banget kan? Hiks.

Dengan motivasi #menyusuidengankeraskepaladansemangatbaja, saya cari cara lain. Bagaimana caranya agar Al tetap bisa minum ASI? Satu-satunya cara adalah memompa ASI terus menerus lalu diminumkan pakai dot. Kalau jaman sekarang, mama yang macem model kayak saya ini namanya "mama eping" a.k.a mama ekslusif pumping. Hahaha..ada ada aja lah. Lagipula, i am gonna do it anyway. Mau gak mau mesti pompa juga kan buat stok ASIP kalau cuti bersalinnya udah selesai?

So, here's my plan A. Tiap udah hampir tiba waktu minumnya Al, saya akan mulai pumping. Jadi, pas Al udah mau minum, tinggal diminum deh. Trus nanti hasil pumpingnya bagi dua dengan kebutuhan minumnya Al dan stok ASIP. 

Apakah cara ini berjalan lancar-lancar saja? Ternyata tidak, pemirsaaaaaa. Perjuanganku ternyata baru saja dimulai. 

Jadi mama eping itu ternyata gak segampang yang saya fikirku. Saya fikir sekali saya pompa, bisa dapat banyak ASI. Tapi, boro-boro banyak, sekalinya cuma dapat 30ml, mentok cuma sampai 60 ml. Huaaaaaa...gimana mau nyetok ini kalau cuma segini? Cuma cukup buat Al sekali minum ini mah. Pengen nangis kejer rasanya.

Sempat pengen menyerah, ya udahlah ya. Kalau gak ada stok ASIP pas ngantor ya kasih Al sufor aja lah. Toh sufor juga bukan racun. Banyak ibu yang dilema nya sama kayak gue. Walaupun dalam lubuk hati terdalam gue tahu banget kalau gak rela pokoknya. Biar bagaimanapun ASI, masih lebih baik daripada susu formula. Makanya, saya rasanya gak rela kalau mesti menyerah sekarang. Terlalu cepat. Tapi, belum terlambat untuk cari tahu, mumpung Al juga minumnya masih sedikit dengan usianya yang masih belum sebulan. Waktu itu cuma minum 30 - 60 mL skali minum. Jadi, memang waktu itu ASI saya pas-pasan banget. Pumping, langsung habis.

Setelah cari tahu sana-sini, browsing, baca-baca pengalaman ibu-ibu lain, sempat mupeng banget liat foto-foto ASI ibu-ibu lain di instagram. Yang bisa melimpah ruah sampai 1 kulkas bisa penuh. Akhirnya, saya tahu kuncinya. 

Dari berbagai informasi, saya menyimpulkan bahwa prinsip ASI adalah demand dan supply. Apabila ada permintaan (demand), maka tubuh kita akan memproduksi supply ASI untuk mencukupi permintaan tersebut.Isapan bayi saat menyusu menyebabkan sinyal-sinyal dikirimkan ke kelenjar hipotalamus di otak untuk menghasilkan hormon prolaktin yang kemudian beredar di dalam darah. Alveoli adalah sel-sel yang memproduksi ASI. Di dalamnya terdapat lactocytes yang merupakan area penerima hormon prolaktin serta menstimulasi pembentukan ASI. Alveolus adalah kumpulan dari beberapa alveoli. Ketika alveolus penuh oleh ASI karena bayi tidak menyusu, maka prolaktin tidak dapat memasuki lactocytes akibatnya produksi ASI akan menurun (sumber: http://theurbanmama.com/articles/hormon-prolaktin-dan-oksitosin.html

Jadi, semakin sering bayi menyusui maka produksi ASI semakin banyak seiring dengan perkembangan bayi yang berbanding lurus dengan jumlah kebutuhan minumnya per sekali sesi menyusui. Tapi, dalam kasus kali ini, kita ganti bayi dengan alat breastpump. Semakin sering di pump, maka tubuh akan terus menerus memproduksi ASI. 

Tapi, namanya gak ada yang instan, usaha untuk memperbanyak ASI ini perlu dilakukan terus menerus sampai hasilnya kelihatan, sampai ASI nya banyak pokoknya. Untuk yang masih direct breastfeeding, usahakan bayinya menyusui tiap dua jam. Biasanya bayi newborn emang lapar tiap dua jam sih. Ada lho bayi yang malas menyusu karena dibiarin bobo terus sama mama nya. Usahakan dibangunkan saja kalau sudah waktunya jam menyusu. Seharusnya gak ada masalah kalau misalnya mau memperbanyak ASI untuk kebutuhan stok. Karena tubuh mama nya otomatis akan menerima sinyal bahwa bayi ini masih butuh ASI.

Bagaimana dengan yang mama eping? 

Pada prinsipnya sama, hanya saja kita ganti bayinya dengan alat breastpump. Semakin sering kita pumping, tubuh juga akan menerima sinyal kalau ada bayi yang masih butuh ASI. Semakin cepat kita kosongkan PD nya, semakin cepat pula ia terisi.

Jadi oke, saya coba caranya. Tiap dua jam saya pumping. Bahkan, hampir tiap jam. Sekali pumping butuh waktu 30 menit, dengan 15 menit per PD kalau single-pump. Berarti sehari saya bisa pump 7- 8 kali per hari. Seakan-akan saya "ciptakan" situasinya bahwa bayinya cepat lapar, jadi tubuh saya dipaksa untuk produksi ASI nya. Biar makin cepat kosong, makin cepat pula terisi.

Akhirnya, lama kelamaan ASI sudah mulai banyak. Kelihatan dari hasilnya yang awalnya sekali pump cuma 30 - 60 mL, akhirnya bisa sampai 60 - 100 mL per sekali pump, setelah coba rutin pump secara terus-menerus dan konsisten dengan jadwalnya yatiu tiap 2 jam. Thanks to ilmu ibu-ibu di instagram yang ikhlas sharing pengalaman jadi bisa kita contohi juga. Jadi ibu menyusui, mau itu yang direct mau pun yang eping, wajib yang namanya konsisten. Buat yang mama eping, gak harus tiap 2 jam, karena jujur aja, pump tiap 2 jam itu bikin kebas walaupun hasilnya sepadan. Yang penting teratur dan jadwal pump maksimal 3 jam sekali. 

Apa kabar dengan nipple yang lecet? Setelah sembuh, lukanya agak mendingan, saya coba direct BF lagi ke bayi. Sayang banget, dia udah gak mau. Pengennya nge-dot aja. Salah satu kesalahan pertama saya adalah terlalu dini mengenalkan dot. Seharusnya pake cup feeder dulu atau sendok. Jadi, fix banget lah, saya jadi mama eping, selama 2 tahun masa menyusui ini. It is gonna happen eventually.

Enak gak sih jadi mama eping?

Sempat ada yang komen begini, "enak dong lo ya, cuma nge-pump. Kalau anak lo nyusu bisa digantiin orang lain. Kan cuma pake dot. Lagipula, lo juga gak mesti bangun tengah malam kan buat nyusuin anak? Beda kayak gue yang mesti bangun tengah malem buat menyusui karena gak ada yang bisa ganttin.."

Kalau ada yang kayak gini, biasanya saya senyumin aja. Ya capek aja kalau mesti jelasin lagi dan lagi. Mau yang pumping terus-terusan sama yang menyusui langsung, bahkan yang kasih sufor pun, ada suka duka nya. Jangan kira yang mama eping atau mama sufor, gak selalu bangun tengah malam ya. Hahaha. Bangun kok. Malah mesti bangun lebih cepat dari jadwal minum bayinya. Ya buat apa lagi kalau bukan untuk pumping untuk stok minumnya atau bikinin sufornya. Gak ada yang lebih enak dan gampang kok. Masing-masing ada tantangannya.

Misalnya sukanya ibu menyusui langsung itu bisa jadi quality time antara anak dan ibunya, apalagi yang working mom. Saat menyusui ini lah yang jadi momen berharga skin-to-skin, saatnya menjalin batin satu sama lain. Tapi, yang eping atau sufor gak bisa, karena paling bisa pake dot. Tapi, dukanya ya si ibu mesti siaga dini hari ketika bayi udah mulai haus lagi. Kalau eping atau sufor, ya bisa sih ibunya bangun dini hari juga, tapi bisa juga digantikan suami atau keluarga dekat lainnya untuk menyusui si bayi.

Contoh lain, sukanya yang menyusui langsung itu praktis. Bayi haus, tinggal angkat baju, ASI bisa langsung minum, fresh. Kapanpun dan dimanapun. Lah kalau yang eping dan sufor, ya ribet. Mesti cuci, steril dot, trus kalau mau minum siapin dotnya dulu, tuang ASI atau bikin sufornya dulu, hangetin, baru bisa diminum. Apalagi ASI perah dan sufor ada jam basinya jadi mama nya mesti tau betul jadwal minum anaknya. Biar gak kepepet tapi gak terlalu lama juga. 
 
Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk direct BF gak ada sama sekali. Ya iyalah. Hahaha. Tapi, kalau eping dan sufor, ya mesti disiapkan lagi biaya tambahan, entah untuk susu formulanya, dot nya, breastpump yang bagus dan cocok atau plastik ASI untuk menampung ASI hasil pumpingnya.

Jadi gitu ya, gak ada yang enak-enak aja kan? Masing-masing ada suka dan dukanya. Nanti saya bakal share lebih jelas lagi bagaimana caranya menjadi mama eping berdasarkan ilmu otodidak dari ibu-ibu yang lain. Hihi..

Salam,

#PejuangASI

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....