Friday, March 31, 2017

#2 Breastfeeding Experience

Banyak cara seorang Ibu bisa mengasihi anaknya. Memberikan quality time, memperhatikan asupan gizi yang ia makan, memperhatikan perkembangan tubuhnya, dan lain-lain. Masing-masing ibu punya cara yang berbeda pula untuk mengasuh anaknya. I also convinced myself everytime that we, the mothers, are different. Because, we are, of course, totally different person. Tapi, hanya satu hal yang membedakan para ibu: mereka pasti berusaha yang terbaik untuk anaknya. Apapun itu.


Urusan susu-menyusui ini lagi-lagi suka dibanding-bandingkan. Gerah banget gak sih bacanya? Ada yang banding-bandingkan antara bayi ASI dan bayi sufor (susu formula). Padahal, gak semua keadaan ibu dan bayi sama. Semoga perbandingan ini gak bikin ibu-ibu lainnya gerah dan memaksakan ASI karena alasan yang gak jelas apalagi karena gengsi, tanpa memikirkan keadaan bayi seperti kasus INI. Kita ibunya, maka kita tahu apa yang anak kita butuhkan. 

Karena ada ASI, tapi bukan berarti susu formula itu tidak baik ya. Tetap baik, dan sangat berguna untuk mama-mama yang berada dalam keadaan mendesak. Misalnya, ASI nya kurang sehingga menyebabkan bayinya dehidrasi. Bayi dehidrasi itu berbahaya lho, bayi bisa aja tau-tau meninggal. Karena ya kalau bukan melalui pemeriksaan medis, bayi gak akan ketahuan kalau dehidrasi. Nangis aja mungkin lemah, karena gak ada tenaga untuk (boro-boro) nangis, apalagi yang lain. Seperti pada kasus INI. Ngeri dan sedih sekali bacanya.Jadi, susu formula itu tetap baik ya selama tujuannya untuk menyambung hidup si bayi.

Saya pun, menjadikan susu formula sebagai Plan Z. Artinya apa? Saya perlu cari rencana lain untuk tetap memberikan ASI walaupun tidak direct karena sesuatu sebab (baca lagi: #1 Breastfeeding Experience). Jika rencana A, B, C dst, nya gagal, then i will use my plan Z. I was a stubborn mommy. So, i didn't give up easily.

Exclusive pumping (eping) jadi satu-satunya harapan saya dan Al. So, i pump, pump, and pump. Yang awalnya hasilnya masih sedikit, lama kelamaan menjadi banyak. Seiring dengan berjalannya waktu, kemauan, plus komitmen.

Apa yang saya lakukan pertama kali?

Pertama, saya mesti komitmen dulu. Kalau saya pengen kasih ASI ke Al, saya mesti komitmen untuk terus belajar dan apply ilmunya dengan konsisten.

Dulu, rasanya ini susah sekali. Saya mesti bagi waktu lagi menjadi tiga. Untuk diri sendiri, bayi dan pumping. Kebayang dulu rasanya masih chaos. Waktu 24 jam rasanya gak cukup. Pumping sering telat karena kebiasaan menunda. Badan kelelahan. Dan butuh waktu yang lama sampai akhirnya saya sadar, kalau gak konsisten, saya gak bakal bisa produksi ASI banyak. 

Padahal, ASI itu kan semakin banyak "demand", semakin banyak "supply" nya (baca lagi: #1 Breastfeeding Experience). Kalau males-malesan pumping mana AL udah gak nyusu langsung, ya, kapan ASI nya banyak? Kapan bisa nyetok? Kalau cuti selesai, Al mau dikasih minum apa kalau gak ada stok ASI? Tanyakan pada rumput yang bergoyaaaaanggg...

Bagaimana caranya Exclusive Pumping?

Hal yang harus sangat diperhatikan oleh ibu adalah waktu. Mama harus tahu kapan jam minum susu anaknya dan berapa volume ASInya (ini seharusnya bertambah dari waktu ke waktu seiring bertambahnya usia bayi).
Misalnya kalau bayi dikasih ASI nya 60 mL, biasanya tiap 2 jam dia lapar lagi. Kalau dikasih 30 mL, tiap sejam lapar lagi. Kalau dikasih 100 mL, biasanya 3 jam. Jadi, itu semua tergantung kebiasaan bayinya. Kalau jam-jamnya sudah hafal, kita pun tahu kapan harus pumping. Kita bisa atur lagi jadwal pumpingnya.

Berapa kali sehari mesti pumping?

Waktu awal-awal eping, saya pumping tiap dua jam. Bahkan, tiap jam. Kadang tiap Al habis minum, saya langsung pumping lagi. Stress? Iya, banget. Rasanya yang saya lakukan di rumah selama hamil, hanya pump, pump dan pump. Saya stress karena ASI masih pas-pasan, dan cuti hamil sudah hampir habis.

Tapi, lama kelamaan ASI saya bisa jadi banyak. Yang awalnya cuma 30-60 mL hasilnya, lalu nambah lagi jadi 60 - 100 mL, lalu nambah lagi 100 - 150 mL, bahkan kalau lagi penuh-penuhnya, bisa sampai 200 mL.
Alhamdulillah banget Tuhan kasih kemampuan untuk bisa kasih Al ASI sebanyak itu. Mungkin gak melimpah ruah kayak ibu-ibu lain. Walaupun pengen bisa penuhin 1 freezer biar cukup sampai 2 tahun, kayak ibu yang lainnya.Tapi, ya udah deh yang penting cukup untuk tiap Al minum, saya sudah bersyukur banget. Bahagia.

Setelah hasil pumping agak banyak, baru saya bisa stok ASIP. Waktu itu mungkin H-2 minggu sebelum masuk kantor baru saya bisa tabung ASIP sedikit demi sedikit. Yang awalnya, masih nabung 1 kantong 100 mL per 3 hari, sekarang bisa save 1 kantong 150 mL atau lebih untuk stok ASIP, per 3 hari. Sudah hampir tiga bulan coba nabung, sekarang malah bingung semua ASIP nya mau disimpan dimana lagi >_<

Bagaimana manajemen ASIP nya?

Mau yang nyusu langsung ataupun yang eping, semua manajemen nya sama. Setelah belajar sana-sini, dengan para ibu senior di instagram (ternyata ada gunanya saya hape-hapean di waktu senggang hahaha..). Untukyang direct BF, mestinya gampang saja. Berapapun yang tidak dihisap bayi pada hari itu, langsung saja dijadikan stok ASIP. Tapi, buat yang eping, hasil perahan tanggal kemarin diminumkan pada esok harinya. Begitu juga hasil perahan besok, diminumkan pada lusanya. Dan seterusnya. ASIP ini bisa disimpan di kulkas bawah dulu, bisa langsung di freezer.

Berdasarkan browsing sana sini, ASIP itu punya tingkatan berdasarkan kualitasnya, yaitu:
1. ASI fresh (yang baru diperah)
2. ASI dingin (yang disimpan di kulkas bawah)
3. ASI beku (yang disimpan di freezer)

Jadi, kalau saya pribadi, ASIP saya tidak buru-buru disimpan di freezer. Biasanya saya simpan dulu di kulkas bawah semuanya selama 3-5 hari, baru saya simpan di freezer berdasarkan tanggalnya yang mana duluan. Misalnya, saya pumping tanggal 1, diminumkan di tanggal 2. Ada sisa ASIP tanggal 1, saya simpan dulu di kulkas bawah. Trus, pumping tanggal 2, diminumkan di tanggal 3. Ada sisa ASIP tanggal 2, saya simpan lagi. Di tanggal 4, kalau sampai ASIP tanggal 1 belum diminum juga, baru saya pindahkan ke freezer. Begitu juga dengan ASIP tanggal 2, kalau belum diminum juga sampai tanggal 6, baru dipindahkan ke freezer juga. Dan seterusnya. Dengan cara ini, saya maunya Al bisa dapat ASI dengan kualitas yang..yah gak terlalu rendah juga. Makanya saya gak buru-buru simpan ASIP di freezer.

Mungkin itu sebabnya jadi ibu itu mesti kuat. Komitmen. Konsisten. But, still knowing our capability. Jangan terlalu memaksakan sesuatu, jika tidak bisa. Tapi, kita wajib mencoba dan terus belajar. Begitu juga dengan menyusui. Apapun metode dan caranya, tetap ia seorang ibu yang hanya mau mengusahakan yang terbaik. Oleh sebab itu, ada #PejuangASI, karena ya emang berjuang. Mulai dari menyusui dengan kesakitan, belom lagi ASI sedikit, PD tersumbat, PR buat nyetok untuk working-moms dan masih banyak lagi lah masalah-masalah yang harus dihadapi dengan sabar dan berproses.

Sekian sharing kali ini. Semoga bermanfaat :)

Salam

#PejuangASI

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....