Kebaikan dari hati akan sampai juga ke hati.
Kuawali hari ini dengan mengikuti sebuah seminar kemuslimahan di CCC. Awal yang baik untuk hari libur ini. Saya hanya berharap weekend ini akan produktif dan bermanfaat seperti ini. Cukup lama menunggu hingga acara dimulai membuat saya dan para peserta lain tidak beranjak dari tempat. Ribuan muslimah hadir ditempat ini. Muslimah dari berbagai kalangan dan usia. Mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu-ibu paruh baya, sampai ibu-ibu tua renta juga turut hadir. Sempat juga saya lihat ada seorang ibu tua renta yang buta, tergopoh-gopoh berjalan sambil dituntun oleh para akhwat panitia penyelenggara. Masya Allah. Betapa bersemangatnya para muslimah untuk menimba ilmu disini. Dan saya yakin, mereka tidak hanya berdomisili di kota Makassar saja, tapi juga ada yang datang jauh-jauh dari daerah luar kota Makassar.
Acara masih berlangsung hingga memasuki waktu dhuzur dan saat itu saya harus pulang ditengah-tengah materi.Karena saya harus ke optik di Mall Panakukkang untuk mengambil kacamata baru yang saya sudah pesan kemarin. Iya, kacamata minus saya rusak dan saya sangat membutuhkan itu secepat mungkin, Maka, mengalahlah saya hari ini demi sebuah kacamata. Sayang sekali.
Singkat cerita, setelah selesai mengambil kacamata, saya pun bergegas pulang. Mumpung libur, rencananya saya mau menulis. Lumayan kalau waktu kosong begini dipakai buat menulis. Minimal bisa jadi satu tulisan. Itu fikir saya. Baru saja keluar dari parkiran Mall Panakukkang, baru beberapa meter dari pintu keluar, saya pun melihat pemandangan menarik.
Terlihat seorang pria bule bercengkrama dengan beberapa anak-anak jalanan yang memang biasanya mangkal disekitar situ. Setelah bercengkrama dan mengobrol sebentar, pria itu pun menggamit tangan seorang anak dan mulai berjalan dengan santai. Begitu juga dengan beberapa anak lainnya mengikuti di belakang. Sepertinya pria ini mengajak mereka ke suatu tempat.
Tiba-tiba, hati saya tergelitik setelah melihat hal itu. Saya penasaran. Sangat penasaran. Apa yang sebenarnya pria itu akan lakukan? Pergulatan batin singkat itu membuat saya dilema. Saya hanya punya dua pilihan. Yaitu, berbalik arah mobil saya, mengikuti mereka. Atau jalan terus saja, pulang, tidak peduli, dan membiarkan rasa penasaran menghujam saya dengan banyak pertanyaan yang tidak terjawab, setibanya di rumah. Dan saya tahu kalau saya akan berbalik arah.
Setelah bergegas memarkirkan kembali mobil di emperan toko sekitar situ, saya pun segera mencari kemana pria dan anak-anak itu pergi. Tidak sulit menemukan dia. Dengan tinggi badan semampai, diatas rata-rata tinggi orang indonesia pada umumnya, dia jelas akan terlihat berbeda meskipun dari kejauhan.
"What are you doing?" (tanpa basa-basi pun saya bertanya begitu ke dia)
"Saya mau ajak mereka makan siang di rumah saya"
"You speak indonesian? Kamu bisa bahasa Indonesia?"
(Saya agak takjub. Karena dia bisa berbahasa indonesia dengan sangat lancar dan fasih. Tanpa ada aksen asing disana)
"Iya, saya bisa bahasa indonesia. Saya kuliah S2 disini sudah lama"
(Begitu jawabnya sambil tersenyum ramah. Dan sepertinya dengan pandangan asing. Mungkin karena bingung dan keheranan melihat saya tiba-tiba menghampiri dia)
"Where are you gonna take them? Kemana kamu akan bawa mereka?"
"Ke rumah saya. Dekat sini, kok." (Sambil menunjukkan arah rumahnya)
"Can I join? Saya boleh gabung gak?"
(Entah mengapa saya melontarkan pertanyaan itu. It just comes out, just like that)
"Yeah, sure. Kamu bisa gabung, kalau kamu mau"
Dan disanalah saya. Berada diantara anak-anak jalanan. Beberapa anak sedang berebutan mencuci tangan di kamar mandi. Dan yang lainnya duduk di ruang tamu, mebentuk lingkaran dan mengelilingi pria bule itu yang sedang duduk lesehan ditengah-tengah mereka. Suasana menjadi ramai.
Douglas. Itu namanya. Dia mungkin berumur sekitar 26-27 tahun. Masih muda. Berambut pirang coklat muda dengan senyum lebar khas ala Amerika. Yup, dia berasal dari Amerika Serikat. Tepatnya di kota mana, saya belum tahu. Dia tidak bercerita banyak tadi.
Acara makan-makan ini diawali dengan sepatah dua kata dari Douglas. Kalau dia merasa sangat berterima kasih sekali karena anak-anak ini mau datang ke rumahnya yang sederhana itu. Lalu, dia juga bilang kalau ini akan menjadi pertemuan terakhir dengan mereka karena besok pagi, Douglas harus pulang ke Amerika. Dia juga sempat bilang menyadarkan anak-anak ini, kalau mereka itu luar biasa. Mereka harus tetap semangat. Anak-anak pun hanya mendengar dengan tenang. Saya juga sempat bertanya kepada beberapa anak, apakah mereka ada yang mengenal Douglas. Katanya, mereka biasanya kesini, memenuhi ajakan makan siang Douglas sebulan sekali. Orang-orang disekitar rumah ini juga mengenal Douglas. Pantas saja, tadi beberapa orang menyapa dia sewaktu kami semua berjalan kaki menuju rumahnya.
Di rumah itu tidak hanya Douglas, ada juga dua orang temannya yang membantu. Mereka bernama Cedric dan Richard. Keduanya adalah warga berkebangsaan Prancis dan menetap di Indonesia untuk bekerja. Setelah berdoa bersama, Douglas pun bangkit dari duduknya dan mulai menyiapkan makanan. Nasi Goreng adalah menu kami siang ini. Sederhana. Dengan beberapa piring dan sendok seadanya. Saya pun membantu Douglas membantu menyiapkan, menyendokkan nasi goreng ke piring dan mengantarkan ke anak-anak itu. Sambil sesekali mengobrol dengan Cedric dan Richard. Hanya sekedar berusaha untuk bersikap ramah.
Tak lama setelah anak-anak ini mulai makan, datang tamu lainnya. Mas Anhar beserta istri dan anaknya. Oh, ada orang indonesia juga. Mas Anhar ini adalah seorang guru bahasa indonesia dari sebuah learning center, tempat belajar bahasa indonesia khusus untuk para pendatang luar negeri yang berencana akan menetap di Indonesia.
Saya, Mas Anhar serta istrinya banyak bercerita. Terutama tentang tiga orang bule ini. Mereka bilang kalau ketiga pria ini adalah muridnya. Dan kegiatan sosial semacam ini sudah biasa untuk mereka. Dan acara makan-makan oleh Douglas ini hanya sebagian kecil dari kegiatan mereka. Bahkan, ini pun juga memang inisiatif Douglas sendiri untuk mengadakan acara ini dirumahnya, sebulan sekali. Biasanya Mas Anhar dan murid-murid bule nya mengunjungi panti asuhan, mengadakan seminar internasional dan melakukan kegiatan sosial lainnya. Mas Anhar juga bilang bahwa bukan hanya acara komunitas ini saja, biasanya mereka juga turut ikut gathering di acara-acara keluarga Mas Anhar. Menarik.
Anak-anak ini makan dengan lahap. Ya Allah, ternyata banyak sekali orang yang masih belum seberuntung saya. Anak-anak juga tidak sungkan untuk menambah nasi goreng. Mungkin sudah biasa. Douglas terlihat akrab dengan anak-anak ini. I see a very nice and humble man. mas Anhar, istrinya, Cedric dan Richard terlihat ramah dengan anak-anak itu. Mengharukan.
Sayang sekali, saya tidak bisa berlama-lama ditempat itu. Saya memutuskan untuk pulang. Setidaknya rasa penasaran saya terjawab. Kami semua juga sempat berfoto-foto. Ini bisa menjadi kenangan, kalau saya pernah bertemu dengan orang-orang luar biasa ini.
"What's your name again?"
"Arsy."
"Nice to meet you, Arsy"
"Nice to meet you, too, Douglas. And have a nice trip tomorrow. Saya pulang dulu"
"Bye, Arsy. Terima kasih sudah ikut membantu. Padahal kita baru ketemu"
"It's OK" (sambil tersenyum ramah dan bersalaman dengan mereka semua, saya pun pamit.)
It was an incredible experience for today. Saya sangat terharu sekaligus malu melihat kebaikan Douglas hari ini. Dia yang bukan warga sini, sangat asing untuk banyak orang, mau menggandeng langsung anak-anak jalanan, yang tidak mampu, seperti apa yang saya lihat hari ini. Betapa dia ternyata sudah berusaha untuk berkontribusi dan tidak sekedar menumpang di negara ini. Diawali dengan lingkungan di sekitar rumahnya. I don't know how, tapi saya bisa lihat ketulusan disana. Bagaimana dengan kita? Siapkah kamu turut bermanfaat untuk orang banyak, seperti Douglas?
Kebaikan dari hati memang akan langsung sampai ke hati. Kindness can connect you with people, no matter who you are and what you do.
Kebaikan dari hati memang akan langsung sampai ke hati. Kindness can connect you with people, no matter who you are and what you do.
No comments:
Post a Comment