Hai. It's me again. Saya juga tidak yakin dengan penggunaan kata "again" atau "lagi" disini, mengingat saya tidak pernah menulis selama kurang lebih 6 bulan. Waktu yang cukup lama, mengingat juga, pada beberapa bulan sebelumnya, pada tahun lalu, saya adalah orang yang cukup aktif dalam menumbang minimal satu tulisan untuk blog ini (ya iyalah..yang punya blog ini kan, elu, non). Hehehe. Apa yang terjadi? Percayalah, saya juga turut mempertanyakan itu selama beberapa bulan ini.
Mengapa saya tidak lagi menulis? Tidak, bukan karena lupa. Karena ini sudah menjadi bagian dari kesadaran diri saya sepenuhnya. Tanpa rekayasa, tanpa paksaan. Alam sadar dan bawah sadar sudah mematri untuk menetapkan bahwa menulis sudah menjadi "sesuatu" didalam sini. Mungkin agak berlebihan buat orang lain, minimal saya sendiri yang berpendapat seperti itu. Singkat, saya tidak mungkin lupa dengan menulis. Lalu, apa saja yang sudah terjadi?
Beberapa bulan yang lalu, sebelum saya mulai untuk istirahat sejenak dari menulis, sudah ada dua buku antalogi saya bersama dengan para penulis pemula lainnya dari "Fresh Author". Saya akan cerita sedikit tentang apa sih "Fresh Author"? Fresh Author (FA) adalah sekelompok alumni kursus kepenulisan yang didirikan dan dimbimbing langsung oleh salah satu penulis kondang dan buku-bukunya sudah berkali-kali menjadi Best Seller di toko-toko buku manapun, Ahmad Rifa'i Rif'an. Saya juga penggemar buku-buku beliau. Beliau juga merupakan salah satu role model saya dalam menulis. Grup FA punya tujuan yang positif banget. Selain untuk menjalin silaturrahmi (tentunya obrolan nya tetap yang serius dan tidak berlebihan walaupun bercampur), juga sebagai wadah dalam sharing ilmu menulis dan entrepreneur. Tapi, jujur saja, saya bisanya cuma jadi "silent reader". Habisnya gak tau mau share apaan, ilmu masih seiprit.
Iya, jadi ceritanya tahun lalu udah bersumbangsih satu tulisan dalam buku antalogi. Entah kenapa setelah dua buku ini terbit, saya merasa puas. Puas banget. Dan rasa kepuasan yang datang terlalu cepat ini mempengaruhi semangat dalam menulis. Syukur kalau makin giat, eh ini malah bikin semangat turun. Entahlah. Dan disaat yang bersamaan, saya juga makin tidak percaya diri. Serius. Karena mindernya udah overdosis. I am still not sure about this, tapi semakin gue melihat dua buku itu, semakin gue mempertanyakan "pantas gak sih tulisan ini dibukukan sama dengan tulisan dari penulis lain yang punya lebih banyak pengalaman itu?". Bukannya gue pengen buku ini dibaca semua orang, justru gue tambah gak mau kalau orang-orang tau. Aneh ya? Egois ya? Walaupun gue sedikit bangga dan puas karena salah satu impian saya setidaknya mendekati kenyataan. Tapi, justu karena gue puas, makanya gue seperti ada diatas awan. Enggan lagi mau turun. Enggan lagi untuk memulai tulisan baru. Bahkan, untuk blog ini.
Selama "istirahat", saya juga akhirnya tahu bahwa menulis butuh integritas. Karena banyak hal yang terjadi selama beberapa bulan, konsistensi menulis yang sering saya hafalkan untuk diri sendiri perlahan-lahan menurun. Sibuk yang lain, bukan berarti harus berhenti sama sekali menulis. Minimal untuk blog ini. Saya juga tidak mau menyalahkan kesibukan pekerjaan dan segala macam kenapa sih saya gak menulis lagi. Tapi, percayalah, kamu dan tulisan-tulisan mu butuh integritas. Butuh selaras. Butuh konsistensi. Selebihnya, kamu gak butuh apa-apa lagi. Emang sih gue siapa mau ngomongin konsistensi sedangkan gue aja belum selesai. Tapi, setidaknya itu yang gue pelajari belakangan ini.
Sekian dulu tulisan pertama setelah 6 bulan ini. Sekian dulu tulisan pertama di tahun 2016. Kapan-kapan kita cerita lagi :)
No comments:
Post a Comment