Saturday, September 28, 2013

#2 Intermezzo (Eps. Jakarta)

Disney Channel masih saja menayangkan kartun. Padahal sekarang sudah jam 22.27. Anak kecil mana yang masih bisa  nonton jam begini? Kecuali remaja yang desperate karena mencari tontonan TV yang bagus malam ini, padahal acaranya begitu-begitu saja, Disney Channel jadi pelarian bagus malam ini. Siapa tahu saya bisa mimpi yang warna-warni. Dikelilingi animasi-animasi. Ah, benar-benar putus asa sekali dengan acara TV negara sendiri.

Hari yang absurd, (aneh, saya suka sekali pakai kata absurd. Mungkin karena semua terasa menggelikan di mata saya. Menggelikan dan "menggelikan". Beda. Dan saya mempunyai dua persepsi itu di semua hal). Dimulai dengan siang yang panjang. Berkutat dengan kemacetan ibukota. Membuat saya cukup bersyukur dengan kemacetan di Makassar. Entah apa yang membuatnya beda, padahal sama-sama terjebak di tengah jalan beserta ribuan kendaraan lain, panas, cuma yang membedakan adalah jalan tol di makassar tidak pernah macet. Itu saja. Tapi, lain kali saja kita bahas tentang macet. Terlalu banyak hal-hal yang sebenarnya paling basic, yang menjadi akar masalahnya, yang harus dicerna dulu lalu ke penyelesaiannya. Terlalu panjang.



Siang dilanjutkan dengan bertemu (lagi) dengan sekumpulan orang. Ribuan. Calon mitra kerja. Ada orang yang senang sekali bertemu dengan teman-teman seperjuangannya semasa kuliah. Ada yang senang karena bertemu dengan teman baru, mungkin akrab di dunia maya dan baru sekali ini bertemu. Ada yang ketemu kekasih hati yang sudah dipisahkan beribu-ribu kilometer jarak. Yang gondok ketemu orang yang dibenci, juga ada. Yang pura-pura tidak kenal padahal sebenarnya sangat kenal, juga ada. Beberapa. Lucu sekali yang tipe terakhir ini. Kenapa orang-orang ini mau saja tidak saling menyapa, saling menghindar, seolah tidak pernah saling mengenal, tapi sungguh mereka sebenarnya tahu, mereka sangat saling mengenal satu sama lain? Seperti tidak pernah ingat kebaikan orang lain saja. Seperti musuh saja. "Menggelikan" ,menurut saya. Bukan masalah kebaikannya, tapi sikap yang acuh itu. Sikap pura-pura tidak kenal. Tapi, selalu ada alasan dibalik kata "pura-pura". Kalau tidak ada alasan, kalau sebenarnya tidak ada apa-apa, kenapa harus pura-pura, kan? Got it? No? Baik, saya juga sebenarnya tidak mengerti apa yang saya tulis ini. Tapi, siapa yang peduli? Saya juga tidak terlalu mau memikirkan itu.

Ada juga beberapa orang yang berharap bertemu walau hanya saling menyapa, tapi jangankan menyapa, bahkan melihat punggungnya saja tidak. Ini bisa saja karena Allah tidak mengizinkan dulu. Kenapa saya katakan tetap ada campur tangan Tuhan? Karena saya ,secara pribadi, percaya bahwa tidak ada yang namanya suatu kebetulan. Semua sudah teratur sesuai apa yang digariskan. Bahkan saya menulis ini juga, sudah Dia tentukan. Anda membaca tulisan ini juga bukan kebetulan. Dan bukan kebetulan juga, kedua orang ini sudah ada di tempat yang sama, hanya terpisah beberapa meter, tapi tetap saja tidak bertemu. Sekali lagi, itu sudah digariskan olehNya. Entah apa tujuannya, tapi selalu ada rencanaNya disetiap ketentuanNya. I don't know maybe today was not the right time. Mungkin lain kali. Di lain tempat. Di lain kondisi. Yang lebih baik, yang lebih tepat. Insya Allah. Siapa yang tahu.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....