Di bulan ke sepuluh ini, Al punya pengalaman baru. Kali ini, Waldan ke Yogya!
Setelah persiapan yang butuh dua minggu, akhirnya tiba waktu Al melihat dunia yang lebih luas lagi daripada rumahnya. Alhamdulillah, ada rezeki dan waktu, so i thought, why not? Mumpung masih bisa cuti sebelum akhir tahun waktunya cuti-cutian dilarang. Hehe..
Panjang banget lah kalau dijelasin satu-persatu bagaimana persiapannya. Jadi, nanti saja ya kita bahas. Duh, utang nulis saya nambah dong? *ngomong sama diri sendiri*
Jadi, sekarang mau cerita apa?
Sekarang pengen cerita bagaimana hari-hari Al dan kami selama di Yogyakarta. So, here it is..
Hari Pertama
Jujur saja, perasaan saya saat akan berangkat gak karuan. Deg deg-an. Soalnya, ini baru pertama kalinya saya bawa bayi naik pesawat. Saya gagap sekali soal persiapan Al naik pesawat. Gak tahu apa-apa. Belum tahu nanti harus ngapain. Belum tahu apa-apa selain apa yang saya baca saja di Google. Saya baca banyak pengalaman ibu-ibu yang pernah bawa bayi naik pesawat. Mulai dari ibu yang bayinya usia 3 bulan, 6 bulan, pokoknya yang masih di bawah 1 tahun. Mulai dari ibu yang rutenya internasional kayak Sydney-Jakarta maupun yang domestik kayak Jakarta-Lampung. Jadi, saya membaca, saya menyeleksi, lalu saya memilih mana kira-kira yang pas untuk saya lakukan dan dicocokkan dengan kondisi saya. Artinya yang saya gak bakal ribet dan berat untuk melakukannya.
Awalnya, saya niat bakal nyusuin Al saat pesawat take-off karena katanya, di saat pesawat take-off dan landing lah, saat rawan untuk anak-anak. Biasanya mereka akan rewel karena tidak nyaman dengan telinganya. Tapi, ternyata niat itu hanya akan jadi niat karena Al TIDAK mau nyusu. Baru ingat kalau sejam sebelum di pesawat, Al baru selesai makan di terminal bandara tadi. Pantesan laaaaah..
Ya Tuhan, saya sedikit panik. Bagaimana kalau Al rewel, sedangkan waktu take-off sudah dekat. Mana Al gak tidur pula. Padahal ngarepnya waktu take-off ya cuma itu, kalau gak nyusu ya tidur aja. Padahal...zonk abis lah saya di pesawat.
Eh tapi pas pesawatnya udah terbang, dia ternyata nyantai-nyantai aja. Sibuk ngomong sendiri. Gak nangis. Sepanjang perjalanan sampai Yogya pun, Al tidak rewel yang gak penting. Paling rewel karena dia bosan, atau pengen nyusu. Lincahnya bukan main. Gak bisa duduk manis dan diam selama perjalanan. Dia mungkin excited. Karena dia pengen lihat ini-itu. Pengen sentuh ini-itu. Sedikit melegakan tapi sedikit sulit untuk saya yang tipe orang gampang motion-sickness. Mabok cyiiiin..ladenin bocah yang kesana kemari di dalam pesawat. Hahaha. Emang gak sama papanya? Bareng kok, tapi entah kenapa seharian itu Al maunya nempel sama saya saja. Gak mau sama papanya atau neneknya. Mungkin karena dia berada di tempat baru dan masih asing buat Al. Dengan bersama saya, dia mungkin merasa aman.
Kita berangkat jam 15.00 WITA, sampai di Yogya udah sore dan disambut dengan hujan deras. Lupa waktu itu udah jam berapa, masih pusing kebawa dari pesawat tadi. Al gak tidur juga. So, he skipped his nap-time. Gak tidur sama sekali sampai kita di hotel. Sampai kita udah makan malam, masih belum tidur juga. Udah lupa ngantuk kalik ya?
Sampai akhirnya kita bikin sleeping-ritual kita, seperti biasa. Matikan lampu kamar, bikin ruangan seremang mungkin. Ganti baju. Terus, tepok-tepok pantatnya. Awalnya susah juga, karena dia masih pengen main di luar trus lihat ini-itu. Nangis lagi. Drama banget pokoknya. Sampai pada akhirnya, dia tertidur. Saya juga lelah, sampai males buat pumping lagi saking ngantuknya. Naik pesawat bersama Al bener-bener pengalaman yang baru. Unpredictable. Semua persiapan yang matang kadang harus diganti dengan brbagai improvisasi. Menjadi orang tua adalah 50% persiapan, 50% impovisasi.
Hari Kedua
Hari kedua agenda kita adalah ke Candi Borobudur dan Jalan Malioboro. Dua tempat yang ikonik di Yogyakarta. Seperti biasa, persiapannya yang kita bawa bermacam-macam rupa. Rempong pasti, tapi it is better than not-prepared at all. Yakin, kalau ada barang yang gak dibawa pasti bakal lebih rempong lagi nyari nya. Apalagi di kota orang kayak gini.
Al senang sekali kalau diajak ke tempat baru. Walaupun cuacanya panas, tapi Al adem ayem aja. Gak haus juga, karena selama di Candi Borobudur, dia gak merengek minta minum air putih atau susu. Al nikmati saja perjalanannya disana. Mama dan papa nya aja sih yang ngos-ngosan gendong dia naik tangga di candi dengan sebegitu tingginya. Hahaha. Dan stroller yang kita sengaja bawa, cuma disimpan saja dalam mobil alias gak kepakeeee. Ya iya lah, soalnya untuk ke candinya saja kita harus naik tangga.
Kebayang kan capeknya gendong bayi usia 10 bulan kemana-mana pas disana. Naik tangga Candi Borobudur pula. Naik sendiri aja ngos-ngosan kayaknya. Tinggi banget, boook. Untung perginya ber-7, jadi bisa gantian. Hehehe.
Lalu, selanjutnya kita ke Jl. Malioboro, another iconic place of Yogyakarta. Kayaknya gak lengkap aja kalau gak kesana. Perjalanannya butuh sekitar 2 jam dari Borobudur. Mungkin lebih, i don't know exactly, karena saya sendiri lebih banyak tidur di mobil, sama kayak Al. Hehehe. Honestly, i don't really pay attention of how the places are, what there are in those places. I just enjoyes myself looked at Al, saw how he reacted to new places and people.
Seperti biasa Al saat ada di tempat baru, dia hanya melongo. Lihat-lihat orang sekelilingnya. Lihat batu-batu candinya. I like seeing him curious. Mungkin Al juga terkejut. Ternyata dunia tidak hanya sebesar rumah atau kamarnya. Ada tempat yang lebih luas daripada yang biasanya dia lihat. Ada banyak hal yang dia bisa pelajari, lebih dari benda-benda yang ada di rumahnya. Now, you know, world is so much bigger than what you usually see.
Hari Ketiga
Sebenarnya hari ketiga ini belum diagendakan sama sekali. We were just throwing idea about where we would go that day. Dan Istana Keraton jadi destinasi pertama kami. First time, Istana Keraton tidak terlihat seperti istana seperti apa yang saya bayangkan (yaiyalaaaah, emangnya lu ngarepnya apa? Istana ala disney?). It looked like more a museum than a palace. But, it was THE WIDEST museum i've ever seen so far (hehehe..norak banget ya). Tapi, emang gak seperti istana luas ala disney, tapi dalemnya memang luaaaas banget. Ada banyak bangunan didalamnya, yang sebagian besar dipakai sebagai museum. Ada museum lukisan yang isinya potret anggota kerajaan Keraton, baik yang terdahulu sampai yang saat ini, ada juga lukisan ilustrasi kejadian pada zaman peperangan dulu. Ada museum yang isinya properti barang milik kerajaan, ada museum kain batik yang khusus dipakai oleh kalangan kerajaan. The athmosphere is so calm, padahal tempat ini sangat ramai. Tapi, begitu damai padahal ada bejibun pengunjung disana. Baik dari dalam dan luar negeri.
Tempat mengesankan lainnya yang dikunjungi di hari ketiga adalah Taman Pelangi. I wish i'd be there longer. Kayaknya waktu itu gak cukup 1 jam kita disana. Karena hujan dan tempatnya outdoor, ditambah hidungnya Al sudah mulai meler. Mulai flu, kebanyakan diluar mungkin. Tapi, tempatnya cukup mengesankan untuk saya karena, di Makassar gak ada tempat yang isinya lampion-lampion lucu, lampu warna-warni, yang instagramable banget. Heu.. Saya fikir Al juga mungkin akan suka tempat itu, karena Al senang lihat lampu, apalagi bentuknya lucu-lucu. Sayang aja, karena kita harus cepat pulang.
Hari Keempat
Waktunya pulaaaaang!!
How did i feel? Antara senang dan kurang senang sih setelah dari Yogyakarta. Senang karena akhirnya bisa pergi jalan-jalan keluar kota dengan papanya Al dan Al. Al jadi bisa punya pengalaman baru walaupun masih kecil. Bukan cuma Al, tapi mama nya juga jadi punya pengalaman travelling with baby :)
Kurang senang soalnya gak cukup kalau cuma 3 hari :(
Emang ya kalau liburan ke luar kota yang memang destinasi liburan, gak cukup kalau cuma 3 hari. Tapi, apa boleh buat. Al juga di detik-detik terakhir malah flu jadi emang ga bisa lama-lama juga karena kasian Al harus jalan-jalan diluar terlalu lama.
Semoga kita bertiga bisa kembali lagi ya, Al :)
No comments:
Post a Comment