Thursday, April 24, 2014
Friday, April 18, 2014
Yang Baik Agamanya..
Saya sedang berbincang-bincang dengan seorang saudari muslimah. Alhamdulillah, selain seorang rekan kerja, dia juga bisa dijadikan kakak yang bisa mengingatkan tentang kebaikan. Kebetulan kita sedang membicarakan standar kriteria penilaian jodoh (tuh kan jodoh lagi, tuh kakak mungkin lagi pengen manas-manasin gue lagi kalik ya buat nikah. Haha :D)
Berbicara tentang kriteria, sudah sangat jelas diatur dalam agama. Penting mengenali seseorang dari agamanya. Tidak hanya sekedar tahu, tapi bagaimana ia memahami dan mengaplikasikannya. Misalnya, apakah ia menjalani sholat 5 waktu (ini sangat utama, menunjukkan apakah ia mengingat Tuhannya atau tidak). Setelah itu, baru kriteria yang lainnya. Selain itu, yang berani....berani datang ke rumah :p
Hemat saya, yang baik agamanya. Hal lain-lain bisa dipertimbangkan. Pasalnya, kalau hati sudah tertaut karena taqwanya kepada Allah, sudah bagus. Karena apapun yang kelak ia lakukan dan TIDAK ia lakukan, jika seandainya ia akan menjalani pernikahan, pasti akan didasari karena Allah. Wallahu a'lam.
(Kurang lebih pembicaraan kami seperti ini adanya.. ^^)
Sudah Lama Banget Rasanya Pengen Nulis Ini..
Suka sebel sendiri sama kelakuan laki-laki. Kenapa sih kebanyakan yang ngajakin nonton, jalan, makan daripada ngajakin ta'aruf buat nikah? Padahal kan kalau tujuannya mau mengenal ya mbok ajakin ta'aruf lah kalau cocok langsung khitbah aja, bukan ajakin nonton. Gimana sih.. *tepok jidat* *banting hape*
Menurut saya pribadi sih, justru laki-laki yang bahkan berani datang ke rumah buat kenalan sama orang tua si perempuan justru akan mendapat poin plus pertama sebelum melangkah ke kriteria penilaian lainnya. Hehe..Karena jarang ada macem tipe laki-laki kayak begitu, yang mau langsung datang ke rumah, duduk sambil ngobrol masa depan dengan mereka sambil minum teh di ruang tamu. Apalagi kalau anaknya sudah kenal dengan kamu, lebih gampang lagi karena gak perlu mulai dari awal banget.
Lagipula cara itu lebih banyak baiknya dan lebih pasti tujuannya. Daripada ngajakin anak gadis orang nonton, ngobrol gak jelas, makan tapi udah gitu aja. Maunya apa gak jelas ,kepastian juga gak ada. Jangankan kepastian, bakal digebetin sama tuh cowok aja belum tentu. Siapa tahu dia cuma lagi pengen jalan aja sama orang, siapa aja. Padahal perempuan itu sudah ngarep lho. Nah, nyesek gak tuh?
Daripada kalian laki-laki cuma bisanya bikin perempuan berharap tidak jelas. Ingat, hati perempuan itu rapuh sekali. Rentan sekali berharap apalagi sama urusan beginian. Mending gak usah deketin deh kalau gak niat serius nikahin. Temen ya temen aja, gak usah ngajakin malem mingguan, apalagi berduaan. Teman ya temenan tapi biasa aja, gak usah modus. Mungkin ini juga perlu dijadikan catatan untuk perempuan biar mesti hati-hati. It's better to build your own wall so nobody will hurt you :D
Kalau memang mau usaha dapetin hati si dia, mending ngobrol sama orang tuanya aja sono, mereka lebih kenal anaknya. Toh orang tuanya juga yang bakal ikut menilai kamu, gak cuma anaknya. Atau ngobrol sama teman dekatnya, mereka lebih sering berinteraksi dengan si dia. Kenalan tidak harus dengan mengajak si dia pergi keluar berduaan, kok.
-______-
Saya punya sebuah mimpi. Sudah lama sekali saya memimpikannya. Tapi, ada satu hal yang selalu menjadi masalah selama saya masih memeluk mimpi itu. Saya selalu merasa mimpi itu terlalu tinggi jauh diatas sana dan jangankan untuk membuatnya menjadi nyata, bahkan untuk memimpikan dan mengharapkannya saja rasanya saya tidak pantas. Saya sepertinya tidak terlalu percaya diri bahkan untuk menggenggam mimpi itu. Saya fikir mimpi itu mungkin lebih pantas dimimpikan orang lain dibandingkan saya.
Seiring berjalannya waktu, saya hanya tetap bisa bermimpi walaupun tidak tahu kapan ia akan jadi kenyataan. Dan tidak tahu kapan saya bisa percaya dengan diri sendiri untuk mengejarnya. Karena kesempatan itu juga tidak ada. Mimpi itu masih hanya menjadi dirinya.
Hingga suatu hari, Tuhan memberikan jawaban. Tidak ada yang kebetulan didunia ini. Suatu kejadian punya jawaban. Kesempatan itu datang. Dan betul saja, mimpi itu sedikit demi sedikit menunjukkan tanda-tanda akan menjadi kenyataan. Tapi, sayang sekali, ia datang dengan cara salah. Menyayangkan hal itu karena mimpi itu harus diabaikan sejenak karena caranya salah. I mean, untuk apa kalau toh jalannya salah?
Ini berhasil membuka fikiran saya sedikit demi sedikit. Kesempatan tadi bukan hanya sekedar kesempatan tapi sebuah jawaban. Bahwa mimpi ini tidak pantas untuk diperjuangkan, selama kedatangannya bersama kenyataan dan harapan masih dengan cara yang salah.
Day 10: Your Bestfriend
Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....
-
I don't even know myself at all I thought I would be happy by now The more I try to push it I realize – gotta let go of control ...
-
Ada 10 pertanyaan yang lagi gue fikirin selama gue..hmm..kurang lebih sudah sejam bengong di mall menunggu bapak sama ibuk. Sebelumnya maaf ...
-
It's hard letting go I'm finally at peace but it feels wrong Slow I'm getting up My hands and feet are weaker than before ...