Mungkin aku tidak perlu sesendu ini ketika hanya melihat langit yang sama dengan mu.
Seandainya saja pertemuan ini tidak begitu berarti.
Mungkin aku tidak perlu teringat melulu denganmu ketika hanya melihat hujan.
Seandainya saja aku sadar kalau aku pernah kalah melawan jarak dan waktu.
Mungkin aku tidak perlu menyisipkan sedikit tempat disini, di sebuah sudut dalam nirwanaku.
Begitu lucu ketika sebuah pertemuan diantara banyak pertemuan menjadi begitu sangat membekas. Sebab pada kenyataannya, kita selalu bertemu dengan orang lain.
Seandainya saja aku sadar kalau aku pernah kalah melawan jarak dan waktu.
Mungkin aku tidak perlu menyisipkan sedikit tempat disini, di sebuah sudut dalam nirwanaku.
Begitu lucu ketika sebuah pertemuan diantara banyak pertemuan menjadi begitu sangat membekas. Sebab pada kenyataannya, kita selalu bertemu dengan orang lain.
Awalnya tidak saling menyapa.
Tapi lama-lama bukan sekedar kita lagi yang berbincang.
Tapi lama-lama bukan sekedar kita lagi yang berbincang.
Tapi, tidak denganku. Dan tidak pula denganmu. Kita berdua tahu.
Pertemuan itu adalah awal. Entah kemana itu akan membawa kita.
Biarkan saja perasaan ini menggenggam dirinya sendiri, dalam senyap.
Biarkan saja perasaan ini menggenggam dirinya sendiri, dalam senyap.
Disaat jemariku belum bisa tertaut dengan jemarimu.
Biarkan saja kata-kata ini mengantarkan rindu menujumu.
Disaat lisanku belum bisa berbisik sayang di telingamu.
Biarkan saja doa ini melindungimu dari sini.
Biarkan saja kata-kata ini mengantarkan rindu menujumu.
Disaat lisanku belum bisa berbisik sayang di telingamu.
Biarkan saja doa ini melindungimu dari sini.
Disaat lenganku belum bisa melingkar hangat membalas dekapanmu.
Biarkan waktu dan jarak ini mengiringi.
Hingga kita siap turut menggenggamnya.
Biarkan saja Tuhan yang tahu.
Siapa nama yang selalu aku biarkan melangit menuju-Nya.
No comments:
Post a Comment