Friday, January 2, 2015

Sebuah Keluarga

Sungguh senang dan tenang rasanya melihat sebuah keluarga kecil saling mendukung satu sama lain. Sekalipun anak-anaknya yang masih kecil. Bahkan berbicara saja masih belum bisa. Bahkan, yang kemana-mana masih pakai pempers. 

Bagaimana bisa tahu? Iya, sebuah keluarga itu saling mendukung satu sama lain akan terlihat dari luar. Ketika tidak ada yang melihat. Sore ini, aku terdiam sejenak, terduduk sambil sedikit tersenyum. Salah satu pegawai keluar dengan sedikit tergopoh-gopoh sambil menggendong seorang balita perempuan yang umurnya belum genap setahun. Berhati-hati agar ia tidak terpeleset. Maklum, seharian ini kota ku diguyur hujan deras. Dengan erat ia memeluk tubuh anaknya. Kerudung lebar warna hijau tuanya berkibar pelan ditiup angin sore. Kasih sayang ibu itu terpancar. Jika saja semua orang bisa melihatnya.

Anak yang ada di gendongan sang Ibu hanya mengerjapkan mata bulatnya. Cantik. Apalagi dengan baju berwarna merah muda. Kulitnya putih bersih. Suci, tanpa dosa dan kesedihan terlihat di wajahnya. Anak ini tidak rewel. Pintar seperti Ibunya mungkin. Makanya, ia tidak mudah menangis. Dia bisa saja mengerti bahwa Ibunya ini sedang bersusah payah menggendongnya kemana-mana. Apalagi jalanan sedang licin. 

Disamping sang Ibu, ada laki-laki tinggi turut berjalan beriringan. Itu jelas sekali adalah sang Suami. Sang Bapak. Sama berhati-hatinya seperti sang Istri, dia berjalan hati-hati dengan sebuah tas tergantung di lengannya. Berat pasti. Mungkin berisi peralatan si Bayi Perempuan tadi. Dengan sabar dan tanpa merengut- sekali lagi terlihat di wajahnya. Tulisan ini memang hasil visual penglihatan saya sih- memayungi si Istri dan si Bayi. Batiknya basah terkena hujan. Lebih baik ia yang basah daripada mereka. Belum lagi ada anak kecil lainnya, sekitar umur 4 tahun, bergelayut manja di gendongannya. Menambah beban berat lengan kokohnya.

Tapi, tidak pernah ada beban jika itu untuk keluarga. Tidak pernah ada yang merasa disulitkan ketika untuk keluarga. Saling mendukung satu sama lain. Saling menghargai. Begitu seharusnya sebuah keluarga. Sebuah pemandangan sederhana nan mengharukan dari sebuah keluarga kecil sore ini kembali mengingatkan saya tentang itu. Membuat hangat siapa saja yang melihatnya. Andai saja kalian bisa melihatnya juga.

Setelah semua ini, muncul pertanyaan baru: Kapan saya bisa punya keluarga kecil saya sendiri, seperti itu? 

Entahlah. Tuhan yang tahu.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....