Pagi-pagi begini, sambil ngantri di KPPN yang lama dan bikin ngantuk, pengen rasanya menulis lagi tentang isi fikiran. Mumet kalau disimpan sendiri dalam kepala. Nanti banyak junk nya. Yes, kid. I know you want me to do that. I feel that spirit-kick from inside. I write while you are kicking, deal? Kamu bisa baca ini di kemudian hari kalau udah dewasa, ya.
"Isn't it kind of amazing when you didn't notice your first meeting with a person, and then suddenly mean the entire world to you?"
Man, i love this quote so much. Bener nge-jleb. Dan yeah, pertama kali saya gak notice dengan kehadiran si Mas waktu pertama kali ketemu dan berada di satu lingkungan kerja yang sama setiap harinya. Saya bahkan dulu lupa-lupa ingat dengan wajahnya. Padahal, kami dulu sekantor. Pelupanya parah banget, kan ya?
Dan dengan segala macam jalan, skenario, alur cerita takdir dan apalah, yang Tuhan berikan. Ada yang berkelok, lurus lalu menanjak kemudian menukik, akhirnya sampailah kami di pelaminan. Tau-tau udah nikah aja sama si Mas. Then, we are married. And tiba-tiba aja, we are waiting for the new arrival, our new family member.
Menikah bukan tujuan akhir. Karena itu artinya kami akan berhenti
berusaha. Menikah adalah hanya salah satu batu loncatan agar kami menuju
tujuan lain. Ke cita-cita lainnya. Sejak awal kami menikah, bahkan sebelum menikah pun, saya pun berusaha humble dalam kehidupan nyata dan maya, jika berbicara tentang relationship dengan dia. Gak ekspektasi apa-apa, gak terlalu besar, cuma ngarepnya yang sederhana aja. Yang terbaik. Sampai tua. Dunia dan akhirat. Udah, itu aja. (eh itu mah, impian semua umat kan, ya? Hahaha) I mean, i save my pride about reaching this point. Suami pun mengajarkan seperti itu setelah menikah. Kita berdua tahu, apa yang akan kami hadapi setelah ijab qobul tidak akan sama lagi level kesulitannya dengan yang kami hadapi sebelumnya. Jadi, euforianya cukup di hari-H saja dan beberapa momen tertentu. Sisanya, hanya kami berdua dan Tuhan yang tahu bagaimana selanjutnya kehidupan pernikahan kami.
"The best relationship is when two people talk like bestfriend, play like kids, argue like husband and wife and protect each other like siblings"
This can describe how you will treat your spouse. That's why this quote fulfill all over my head sometimes. Especially, ketika mengalami sendiri setelah menikah. Tapi, saya agak kurang setuju sih dengan "argue like husband and wife". Mungkin lebih tepatnya adalah "respect". Kenapa? Karena ketika kita memutuskan untuk menghargai dan menghormati orang lain, kita akan berusaha sendiri untuk "argue" dengan sebaik mungkin. We will try to minimalize the conflicts. Being open-minded, trying to be a good listener, and lower the gaze may be help.
Semoga catatan ini bisa menjadi self-reminder juga di kemudian hari. That's all.
No comments:
Post a Comment