Buku minggu ini adalah buku Guru Aini karya Andrea Hirata.
Seperti pada buku-buku sebelumnya, beliau selalu menuliskan cerita-cerita yang sangat inspiratif. Diantaranya adalah karyanya yang paling terkenal yakni tetrologi Laskar Pelangi yang terdiri dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Ada juga karyanya yang berjudul Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas, dan Sebelas Patriot. Tapi, yang sejauh ini saya baru bisa membaca karyanya yang berjudul Ayah, Sirkus Pohon, Orang-Orang Biasa, dan terakhir, yang baru saja saya tamatkan, Guru Aini.
Add caption |
Guru Aini adalah cerita prekuel dari buku Orang-Orang Biasa. Orang-Orang Biasa sendiri menceritakan tentang sepuluh orang tokoh yang menjalin pertemanan sejak bangku sekolah. Masing-masing orang memiliki karakter yang unik, tapi sangat awam biasa kita temui di dalam kehidupan sehari-hari. Kesepuluh orang ini diceritakan dengan latar belakang pertokohan dengan perekonomian menengah ke bawah yang tinggal di sebuah kampung. Sederhana, apa adanya. Tapi, justru ini yang menjadi daya tarik saya untuk membaca buku Orang-Orang Biasa.
Hingga pada tiba masanya, Dinah, salah satu anggota kesepuluh orang ini, mengalami kegalauan. Anaknya yang bernama Aini tiba waktunya untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas. Diceritakan dalam buku Orang-Orang Biasa bahwa Aini bercita-cita untuk menjadi dokter. Tapi, apa daya orang tuanya, yang hanya bergantung pada penghasilan dari menjual mainan anak-anak, tidak mampu membiayai kuliah kedokteran. Padahal, Aini telah menjalani ujian masuk universitas dan lulus sebagai calon mahasiswa kedokteran. Oleh karena itu, teman-teman Dinah berinisiatif untuk melakukan suatu "langkah besar" yang tidak mungkin terfikirkan orang lain apalagi dengan segala keterbatasan yang ada. Disaat itulah buku Orang-Orang Biasa menjadi semakin menarik untuk ditamatkan.
Guru Aini adalah cerita sebelum ada kejadian "langkah besar" pada buku Orang-Orang Biasa. Guru Aini menceritakan tentang mengapa 10 orang itu bela-belain melakukan sesuatu yang diluar nalar, tapi sekaligus cerdas. Tidak peduli bagaimana pun caranya, Aini harus kuliah. Begitulah motivasi mereka. Tapi, dalam buku ini, disebutkan bahwa tokoh utama cerita ini justru bukan Aini. Melainkan seorang guru yang akan dipanggil, Bu Desi yang memiliki cita-cita menjadi guru matematika. Diceritakan pula bahwa Bu Desi adalah siswa yang cemerlang pada pelajaran matematika, sangat pintar. Dengan kelebihan yang ia miliki, dia memilih untuk menjadi guru matematika biasa dan secara spesifik, ingin menjadi guru matematika di tempat terpencil. Singkat cerita, Bu Desi menjadi guru matematika di sebuah sekolah di tempat terpencil bernama ....
Tapi, mimpi dia tidak sampai disitu. Dia merasa bahwa untuk mengukur kesuksesannya sebagai guru, dia harus berhasil membuat siswa yang ia ajar, awalnya sangat bodoh menjadi cerdas dalam hal matematika. Bertahun-tahun dia menjadi guru di sekolah itu, bukannya kesenangan yang ia dapatkan saat ia mengajar, tapi hanya sakit kepala yang selalu ia dapatkan. Dia mendapati mengajar menjadi hal yang semakin hari semakin sulit ia lakukan karena belum ada siswa yang berhasil ia ubah dari nol. Ambisinya kian tidak menunjukkan titik terang sampai pada akhirnya datang seorang siswa bernama Aini.
Diceritakan bahwa Aini adalah anak dari Dinah yang sangat ingin menjadi dokter. Cita-citanya ini didasari oleh keadaan ayahnya yang sakit keras. Oleh karena itu, dia ingin menjadi dokter. Tapi, untuk menjadi dokter, dia harus melalui ujian universitas dan menghadapi soal-soal matematika. Matematika adalah musuh terbesarnya. Sebelum dia memiliki cita-cita dokter, dia sama sekali anti dengan matematika. Bisa dibilang sangat bodoh, tidak tahu apa-apa tentang matematika. Akhirnya, dia datang ke Bu Desi untuk belajar matematika dan mulai dari nol, bahkan dari minus.
Perjuangan Bu Desi untuk mengajar dan perjuangan Aini untuk belajar matematika, akan menjadi alur dari buku ini. Betapa pembaca akan bisa rasakan setengah mati nya Aini untuk belajar matematika dengan keadaan kapasitas dirinya yang kurang mampu secara akademik. Dan betapa frustasinya Bu Desi dalam mewujudkan ambisinya dalam Aini. Susah payah.
Seharusnya dalam pendidikan, ada guru dan murid yang seperti Bu Desi dan Aini. Saling menggapai untuk mewujudkan sebuah tujuan yaitu proses pembelajaran yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang cerdas. Bukan hanya guru yang berjuang, tapi siswa juga seharusnya memiliki keinginan kuat untuk belajar. Bukannya hanya sibuk menggerutu jika pelajaran di sekolah membosankan. Tapi, keinginan ini juga harus muncul dari guru itu sendiri. Seorang pengajar harusnya bisa dan tidak menyerah untuk mencari cara-cara kreatif dalam menerapkan teknik pengajaran yag cocok dengan siswa-siswanya. Kata kuncinya adalah saling menggapai. I send my highest appreciation for all teachers in the world, yang sudah mulia menjalankan tugasnya sebaik-baiknya.
Buku-buku Andera Hirata selalu diceritakan dengan imajinasi yang tidak terlalu mengada-ada. Dengan cara penulisan yang mengalir membuat pembaca tidak pernah bosan membaca karya-karyanya. Tokoh-tokoh yang dimunculkan, termasuk dalam Guru Aini, bukannya karakter-karakter yang "too good to be true". Realistis dan inspiratif adalah sebab mengapa saya selalu menunggu karya-karya Andrea Hirata.
No comments:
Post a Comment