Bagi sebagian besar ibu hamil, masa kehamilan pada saat trimester dua adalah saat yang paling membahagiakan. Nafsu makan mulai membaik. Mual dan muntah mulai berkurang, walaupun pada beberapa kehamilan ada yang mengalami sampai trimester tiga. Tenaga sudah mulai terkumpul untuk mulai melakukan berbagai aktivitas dengan memperhatikan batas-batas tertentu.
Bagiku, trimester kedua adalah memang masa kehamilan yang paling nyaman. Mual dan muntah mulai hilang sedikit demi sedikit. Nafsu makan mulai membaik, walaupun kadang kurang mengenakkan mengingat ada ada riwayat maag, pas hamil, asam lambung saya jadi semakin cepat naik terutama pada saat lapar. Sampai pusing kalau saya telat makan.
Ngidam, tidak pernah yang aneh-aneh lah. Setidaknya ya gak bikin susah orang rumah. Haha. Kehamilan kedua ini saya jadi suka makan yang manis dan sangat menghindari makanan yang rasanya tajam dan berbumbu. Misalnya makanan yang bersantan, coto, makanan pedas (walaupun yang ini susah ditolak, biasanya porsinya dikurangi, yah walaupun habis makan ya muntah juga. Wkwk). Mungkin karena makanan-makanan itu memicu asam lambung juga, biasanya habis makan makanan-makanan itu langsung dimuntahkan.
Kehamilan kedua ini memang sangat mempengaruhi selera makan. Sebelum hamil, pasti minimal sekali dalam seminggu, saya makan coto. Tapi, semenjak hamil kedua ini, gak pernah sama sekali makan coto. Sebelumnya saya suka sekali makan daging di Yoshinoya, tapi setelah hamil kedua ini, malah gak pernah sama sekali. Sebelum hamil, saya senang sekali minum susu UHT ultra yang rasa coklat, tapi sekarang selera nya berubah jadi rasa strawberry. Padahal, saya jarang sekali kalau minum susu ultra yang rasa strawberry. Wkwk. Jarang makan daging, doyannya yah ikan, tempe, perkedel, yang manis-manis. Hehe. Yah beda nya dengan hamil pertama dan kedua ini kurang lebih seperti itu lah. Selera makan kehamilan pertama hampir sama dengan selera makan sebelum hamil. Sedangkan di kehamilan kedua ini, perbedaan selera makan lumayan berbeda jauh.
Ketahanan tubuh di kehamilan kedua ini harus saya akui lebih lemah daripada kehamilan pertama. Mungkin ya karena tubuh saya juga tidak sekuat dulu. Lebih cepat sakit pinggul, lebih sering sakit punggung. Mungkin karena pengaruh skoliosis juga yang semakin memperparah dan mempercepat datangnya sakit punggung ini. Padahal berat janinnya masih tidak seberapa gram. Tapi, ngilu di punggung nya itu, hampir setiap malam saya rasakan. Sampai tidak bisa tidur. Untungnya, saat trimester dua adalah saat yang bersamaan dengan dimulainya diterapkan jadwal WFH di kantor. Jadi, saya masih punya sedikit waktu di pagi dan siang hari untuk mencuri tidur yang masih kurang.
Sakit macam flu dan demam sih alhamdulillah tidak pernah. Tapi, fisik saya di kehamilan kedua ini termasuk yang menyusahkan untuk saya. Gak cuma punggung, dada saya juga mulai sesak di trimester kedua. Waktu kehamilan pertama, sesak nafas ini baru muncul ketika usia kandungan sudah 7 bulan lebih. Yah termasuk wajar karena bayi sudah makin besar, sedangkan rahim semakin banyak mengambil porsi tempat di dalam. Tapi, di kehamilan kedua ini, gejala sesak nafas ini muncul lebih cepat. Sampai tulang rusuk saya sakit sekali. Semakin parah jika ditambah dengan kelelahan. Fisik saya lebih lemah di kehamilan kedua ini. Saking lemahnya, jika semua sakit bersamaan datang, mulai dari sakit punggung, pinggul, dan dada, saya sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Kehamilan kedua ini juga sangat mempengaruhi emotional condition saya. Saya jadi lebih mudah baper, kadang sampai nangis sendiri tanpa sebab. Apalagi kalau lapar, tambah baper lagi saya. Wkwk. Kadang saya jadi lebih gampang marah. Sometimes i snapped to other people without any clear reason. Sampai saya juga bingung sendiri kenapa saya marah ya. Hahaha. Dan ini biasanya Al yang paling sering kena. Kadang kalau saya lagi capek sendiri, udah gak tahan lagi mau istirahat, tapi Al juga kadang ada saat-saat dia manja, saya gampang sekali marah ke dia. Kasihan juga. Kalau hari itu buruk untuk kita berdua, saya selalu minta maaf ke dia. Minta maaf kalau saya marah ke dia hari itu. Meskipun saya juga tidak tahu dia mengerti atau tidak, tapi saya selalu biasakan minta maaf. Kadang dia mengangguk, bilang "Yes, mama" tapi kadang juga dia tidak menggubris.
Di detik ini, hampir dekat melahirkan, saya jadi makin kasihan sama sayang dengan Al. Saya berhutang banyak dengan Al. Saat menulis kalimat ini pun, saya masih berkaca-kaca kalau saya ingat-ingat lagi hari-hari buruk kami berdua.
Ditunggu post selanjutnya:)
ReplyDelete