Saturday, July 4, 2020

HIdup Dengan Batas

Apa yang bisa membedakan perlakuan kita ke masing-masing orang? Apa yang bisa menjadi penentu kita dalam bersikap? Apakah kita tidak bisa melakukan hal yang sama dengan semua orang? Kenapa sih ada orang yang bisa seenaknya ke kita? Dan kenapa ada orang yang bisa nurut-nurut aja ke satu orang atau malah ke semua orang?

Setiap hubungan sosial kita dengan manusia lain itu selalu butuh batas. Boundaries.


Ada saat-saat kita bisa tegas dan lembut pada anak sendiri. Terlalu tegas dan terlalu lembut pada anak selalu tidak memberikan efek yang bagus untuk karakter dan masa depannya. Terlalu tegas bisa membuat anak takut pada kita, menuruti hanya karena tidak mau dimarahi tanpa ada penjelasan esensi dari perintah itu. Tapi, terlalu lembut bisa membuat anak menjadi manja dan bisa seenaknya. Sehingga timbul masalah-masalah baru yang lebih runyam. 

Maka dari itu, orang tua membuat batasan agar anak belajar tentang sesuatu, ada yang boleh dan tidak boleh. Ada yang kita sebagai orang tua bisa campuri, ada yang tidak. Hal ini semata-mata biar semua senang dan tidak stress. Apalagi di saat anak sudah menginjak usia dewasa. Kadang anak hanya butuh dipercaya untuk terbang, dan ditangkap saat ia jatuh. Semua ada bagiannya, ada batasnya. Begitu juga sebaliknya, sikap anak ke orang tua. Walaupun anak tidak selalu salah, tapi selalu ada cara untuk menunjukkannya dengan baik tanpa menyakiti. Komunikasi dengan baik, ekspektasi yang diatur seminim mungkin, kesiapan diri untuk menerima segala hasilnya dan kejernihan fikiran untuk menentukan sikap selanjutnya.

Contoh lain adalah dalam hal menjaga profesionalisme antar rekan kerja dan atasan di lingkungan kerja. Ada waktu saat kita bisa bebas bercanda dengan atasan atau sharing beberapa hal dengan rekan kerja dan ada waktu saat kita membicarakan hal serius tentang pekerjaan dengan mereka. Kita butuh membangun batas dengan mereka agar tidak menimbulkan masalah kemana-mana. Mulai dari etos kerja, hasil kinerja, atau bahkan penilaian atas hasil kinerja kita. 

Mungkin karena sebagian besar dari kita menghabiskan lebih banyak waktu di lingkungan kerja daripada di rumah, jadi kita lebih sering bertemu dengan orang-orang itu daripada sama keluarga sendiri. Biasanya orang akan bingung, apakah mereka teman atau rekan kerja. Kita jadi kurang bisa membedakan mana rekan kerja yang baik, mana yang tidak. Walaupun hasil kerja partner kita tidak bagus, tapi karena dia teman makanya kita jadi tidak peduli dan bisa aja efek kinerja dia merugikan kinerja kita. Kita juga yang susah, kan?

Contoh lainnya, kita berteman dengan atasan, bisa aja karena terlalu dekat jadinya kita malah mau disuruh-suruh ini itu padahal kita sendiri tidak nyaman. Hanya karena dia atasan sekaligus teman makanya kita jadi sungkan menolak. Dan dari sisi atasan, ya pasti udah gak bisa lagi membedakan mana yang seharusnya kita perintahkan ke bawahan, mana yang sebenarnya tidak perlu, tanpa melihat waktu dan tempat, hanya karena dia bawahan. Penilaian atasan ke bawahan pun menjadi kabur, apakah bawahan itu baik karena dia sebagai rekan kerja atau sebagai teman. Kalau sudah kayak gitu sih, pasti efeknya ke organisasi. Kita tidak tahu lagi bagaimana seharusnya bersinergi dengan baik dalam lingkungan kerja tersebut. Gak ada batasan bikin penilaian kita gak lagi objektif. 

Tapi, apakah ada ikatan antar manusia yang tidak membutuhkan batasan?

Menurutku, tidak. Semua butuh batasan. Semua butuh diatur. Hal ikatan kita ke Tuhan saja, ada aturannya. Gak asal ke mesjid, sholat atau puasa. Gak asal ke gereja, lalu berdoa. Agama apa pun itu punya "rules" nya masing-masing. Apalagi hanya ikatan antar manusia. Suami-istri. Anak-Orang tua. Kakak-adik. Antar sesama teman. Semua punya aturan. Semua punya adabnya. Semua butuh batasan.

Batasan menjadi tolak ukur atau standar kita untuk menentukan sikap dalam mengambil keputusan. Ini kira-kira boleh gak ya. Atau ini kira-kira akan membahayakan kita ke depannya gak ya. Batas menjadi "lampu kuning" sebelum kita harus bilang iya atau tidak. Dan kapan kita harus diam atau bicara, membagikan informasi atau tidak. Batas menjadi penentu sikap kita terhadap apa yang terjadi dan hadir diluar diri kita. Dan juga akan menjadi penentu bagaimana orang lain akan bersikap terhadap kita.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....