Tuesday, September 29, 2020

The Social Dilemma

"Nothing vast enters the life of mortals without curse"- Sophocles


Pada #SelasaBacaNonton kali ini, saya akan menulis tentang film dokumenter The Social Dilemma yang baru saja rilis di saluran streaming Netflix baru-baru ini. Dan film ini mulai sering muncul berseliweran di akun sosial media. Ironis kan? Film bertajuk sosial media yang secara garis besar mengungkap sisi gelap teknologi muncul di sosial media.

Seperti yang saya bilang tadi, film ini bertajuk tentang teknologi dan salah satu produknya yaitu sosial media. Film ini berupa dokumenter yang berisi beberapa narasumber yang bukan kaleng-kaleng tapi memang orang-orang yang terjun langsung dalam pembuatan dan pengembangan sosial media yang digunakan di seluruh dunia. Instagram, Twitter, Facebook, Google, Pinterest, name all of your soc-med account. Sebut saja Tristan Harris (the president and co-founder of the Center for Humane Technology, yang pernah bekerja di Google), Tim Kendall (Facebook Former Executive dan Pinterset Former President), dan para pendiri awal platform sosial media lainnya seperti Instagram, Twitter, Youtube, dan lainnya.

Film ini diawali dengan perkenalan para narasumber. Kemudian, dilanjutkan dengan pernyataan betapa para narasumber ini khawatir dengan hasil pekerjaan mereka pada sosial media. Tentang bagaimana mereka sebenarnya begitu cemas dengan pengaruh buruk teknologi serta sosial media kepada masyarakat akibat cara penggunaan yang salah. Pembukaan film juga diisi dengan apa sih yang sebenarnya mereka harapkan dari teknologi ini. Hal positif apa yang sebenarnya menjadi motivasi mereka, dan memang hal itu terjadi. Not just the negative side. 

I quote from this movie:
"it's easy today to side of the fact that this tools actually had created wonderful things in the world. They've reunited lost family members and they've found organ donors. I mean, there were meaningful sistemic changes happen around the world because of these platforms that are positive. I think we are naive about that flip side of the coin"

"No one's ever intended to cause all of these consquences"

Then, all of the interviewees were asked,"so, what's the problem?" dan sepanjang film ini lah dipaparkan apa yang menjadi masalah dalam pengembangan sistem teknologi. Kenapa sih sosial media yang notabene hanya sebagai alat, if i quote from Tristan's statement that shortly said technology is just only a tool, which just sitting there and doing nothing. Tapi, mengapa alat ini bisa menjadi berbahaya untuk masyarakat?

Lalu, film dilanjutkan dengan pemaparan masalah melalui cuplikan-cuplikan berita TV yang menyatakan sisi negatif dari sosial media yang mulai bermunculan. Salah satunya adalah penyebaran berita palsu secara masif dan mengancam masyarakat di sleuruh dunia. Mulai dari lapisan terbawah hingga pemerintah begitu terpengaruh dengan berita-berita palsu ini. Lalu, jangan lupa bahwa sosial media ini menimbulkan rasa adiktif yang berlebihan. Setiap orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam ketika sedang scrolling atau browsing. Serta meningkatnya jumlah penderita mental-illness dan korban suicide karena bullying dari tahun ke tahun sejak mulai berkembangnya internet. Semua efek negatif ini bukan cuma opini para narasumber, tapi merupakan hasil penelitian dan data yang dipaparkan dalam film.

Ada satu pernyataan yang menarik dari Tim Kendall dalam film ini yang pada intinya adalah dia sendiri pun mengakui sebagai salah satu orang yang cenderung ketergantungan dengan sosial media. Bahkan platformnya sendiri yaitu Pinterest. Dia bercerita bahwa setelah dia pulang kantor, dia tiba di rumah, buka gadget kembali. Membalas email, mengerjakan pekerjaan dari rumah atau bahkan sekedar scroll feed akun Pinterest nya. Dia bilang "kamu semua bisa bayangin ga, dari pagi sampai malam saya sibuk membangun platform Pinterest di kantor hanya untuk membuat saya sendiri ketagihan Pinterest di rumah, di tempat dimana saya harusnya menghabiskan waktu dengan keluarga yang masih butuh cinta dan perhatiannya". Dan hal itu terjadi tidak hanya pada Tim, tapi juga dengan Tristan dan narasumber lainnya.

Selain penayangan wawancara dengan para narasumber, film ini juga dipaparkan dengan ilustrasi dalam sebuah keluarga dimana semua anggotanya memiliki sosial media. Dengan plot yang sederhana namun sebenarnya dekat sekali dan pasti pernah terjadi pada masing-masing keluarga. Sehingga, hal ini membuat film menjadi sebuah paket komplit dengan penjelasan ilmiah serta ilustrasinya.

I honestly can not write all of the science explanations. Karena penjelasannya begitu rumit dan orang awam teknologi perlu menonton berulang kali untuk bisa memahami penjelasan narasumber. Tapi, di akhir film tetap ada intisari dari penjelasan tersebut dan harapan terhadap masyarakat dalam menggunakan sosial medianya. Dan kita juga jadi bisa tahu kalau teknologi dan produknya sebenarnya memiliki tujuan yang lebih besar jika digunakan dengan benar. Daripada hanya sekedar menyebarkan berita palsu, sebagai media untuk menggiring opini masyarakat atau bahkan sebagai media perundungan. 

This film's just blow my mind. Semakin mind-blown nya lagi karena apa yang dibicarakan dalam film ini adalah fakta. Dan setelah menonton ini, maka timbul pertanyaan: Should i deacctivate all of my soc-med accounts? 

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....