Monday, September 28, 2020

Tempat Sampah

 Is it everyone or just me who actually like to be busy?

Bukan maksudnya sibuk di sibuk-sibukin ya, tapi rasanya kayak "gatal" pengen bikin apa gitu. Rasanya tidak tahan kalau gak melakukan hobi atau hal lainnya, selain apa yang kita lakukan dalam rutinitas sehari-hari. Hal lain disini maksudnya yang positif ya. Contohnya apa ya terserah, tergantung masing-masing orang. Tapi, sama aja sih namanya hobi. Atau bisa dianggap sebagai distraksi? Iya, anggap saja kita sekarang ngomongin hobi ya. 


Untuk saya, sebagai ibu dua anak dan ibu pekerja, punya hobi memang penting. Gunanya biar diri ini tetap waras. Tapi, bukan berarti mengurus anak dan bekerja bikin gila, ya. Gak gitu. Tapi, kadang-kadang ada waktu dimana kita rasanya "penuh". Kepala rasanya penat, bosan dan capek. Kalau perasaan "penuh" ini dibiarkan begitu saja, gak jarang output nya bisa buruk. Bisa marah-marah ke anak, gampang bosan dengan kerjaan jadinya malah gak dikerjakan dengan benar, dan kadang memengaruhi keadaan fisik jadi gampang sakit. Untuk mengurangi semua perasaan negatif itulah, hobi diperlukan.

Buat saya, hobi sebagai me-time. Saatnya saya menjadi diri sendiri, mengerjakan apa yang saya senang dari dulu. Kamu bisa bayangkan jadi ibu dan istri yang jam kerjanya 24 jam/7 hari seminggu dengan rentetan drama anak yang makin hari makin bertambah seiring dengan tumbuh kembangnya anak-anak. Selain itu, mesti jadi ibu pekerja yang jam kerjanya 10 jam sehari (sebelum pandemi yaa, kalau sekarang mah lebih banyak jadi ibu nya berkat WFH. Hehe..) untuk organisasi, untuk masyarakat. Mengerjakan dua itu rasanya ga cukup dikerjakan dalam waktu 24 jam. Gimana kepala dan hati ga capek? Gimana gak kehilangan diri sendiri kalau seperti itu? Karena semua waktu tersita untuk orang selain diri sendiri.

Selain itu, hobi adalah sebuah tombol "Pause" untuk saya. Saya manfaatkan hobi menulis sebagai tombol "Pause" saya sendiri. Karena disaat saya menulis, baik di blog ini atau ketika journalling (iya, saya baru saja mulai seminggu untuk coba menulis jurnal setiap hari. You must try), saya seperti bicara dengan diri sendiri dan disaat bersamaan juga ikut mendengarkan. Saya bilang apa yang saya fikirkan. Apa yang saya alami, apa yang saya dapatkan. Bagaimana perasaan saya, apa hambatan yang masih menghalangi dan apa yang ingin saya lakukan. Saya berusaha mendengarkan itu semua, dari diri sendiri. Tanpa ada rasa bersalah, tanpa menghakimi.

Dan ternyata ya membuat saya lebih ringan untuk menjalani hari. Perasaan saya menjadi lebih ringan. Karena saya berhenti sejenak, dan saya buang semua "sampah" perasaan yang memberatkan. Hobi, distraksi, relaksasi atau apapun itu istilahnya, semua orang butuh itu. Ya gak harus dikerjakan setiap hari juga, karena apa bedanya dengan rutinitas yang justru yang bikin kita mau escape sejenak. Tiap hari mengerjakan hobi juga bikin bosen juga, tau. Jadi, saya sediakan saja waktu walau satu kali dalam seminggu, waktu yang benar-benar senggang misalnya pas anak-anak sudah tidur, lagi istirahat di kantor atau dalam beberapa waktu atau bahkan kalau sudah "penuh", baru dilakukan. I need some time to recycle and process all the things that i've been through. Karena kalau aku, gak mungkin menampung seluruh hidup ku, baik yang positif dan negatif, selamanya. Berat dan akan melelahkan.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....