Bicara tentang Move On tidak selalu bicara tentang pacar. Hm sebenarnya banyak sih, tapi mindset orang-orang istilah Move on itu hubungannya sama kehilangan pacar. Dan sayangnya, kebanyakan kita hidup dalam mindset orang lain. Makanya selalu ada orang yang berfikir seseorang itu kayak gimana hanya dalam fikirannya dia, berdasarkan pergaulan, apa yang ia lihat, de el el. Makaya selalu ada orang yang juga selalu mikirin apa yang orang lain bilang tentang dia, tidak peduli mereka salah atau benar, tidak peduli mana sebenarnya yang membangun mana yang gak, jadinya malah hidup berdasarkan "Nanti Orang Bilang..." dan malah ikut-ikutan. Bagus kalau ikut-ikutan sama hal bagus, lah kalau gak?
Oke..kembali ke persoalan Move on..
Kebanyakan dari kita yang habis putus sama pacar, bilang kalau Move on itu bakalan susah. Apalagi sang mantan emang ninggalin banyak kenangan. Sebenarnya bukan susah lupain orangnya sih, tapi lebih ke kenangannya, apa-apa yang kita lakukan waktu sama dia. Dan siklusnya selalu begini:
Putus > Nangis habisin tisu 10 pak > curhat ke teman > capek nangis >
cari kesibukan > lupa > semangat lagi > ingat lagi > sedih lagi >
minta balikan > ditolak > putus lagi > ..dst kembali ke awal
cari kesibukan > lupa > semangat lagi > ingat lagi > sedih lagi >
minta balikan > ditolak > putus lagi > ..dst kembali ke awal
(yaelah.. ini rantai makanan atau ular tangga sih. Panjang bener alurnya -__-)
Hehe becanda ding.. ^^
Tapi walaupun udah semangat lagi, pada akhirnya akan ada saatnya kamu ingat-ingat lagi semua kenangan yang senang, sedih, konyol sama dia sambil senyum-senyum sendiri, tertawa dengan kebodohan sendiri, dan akhirnya, ikhlas. No hard feeling anymore, kalau ketemu gak perlu sampai pura-pura gak ngeliat segala, ketemu udah biasa aja kayak teman biasa. Itu namanya, Move On. Tapi, kalau lo nya cengeng banget ingat dia terus, hatinya dimanjain terus, dikasih sedih mulu, yah akibatnya tau sendiri lah ya? Bakal gagal move on (ya kan? bener atau betul? iya banget atau iya aja?) -___-
Pernah gak sih kalian berfikir "Bagaimana caranya move on dari seseorang yang sudah hidup bersama kita selama 50 tahun?". Bagaimana dengan para pasangan suami-istri berusia lanjut yang ditinggal pasangannya karena meninggal? Sekilas, kedengaran manis banget ya. Janji pernikahan yang mengguncangkan 'Arsy Allah, akan setia sehidup semati di dunia, tidak diingkari. Tapi, beberapa dari mereka sebenarnya merasa sangat sulit ketika berusaha menerima takdir yang memisahkan mereka di dunia.
Dibandingkan dengan kita yang berjuang move on dari mantan yang hubungannya hanya hitungan bulan, pasti perjuangan mereka seribu kali lebih sulit. Gimana gak sulit, yang biasanya tiap pagi udah sibuk siapin sarapan buat suami/istri, masak, cuci bajunya, terus ngobrol bareng di teras rumah tiap sore sambil nge-teh, rutinitas mereka yang berlangsung selama berpuluh-puluh tahun, tiba-tiba..udah gak melakukan itu lagi sekarang. Akan ada yang aneh, mengganjal, dan jangan heran, kalau terkadang mereka tiba-tiba nangis lagi gara-gara masih ingat pasangannya.
Ternyata memang betul yang orang bilang kehilangan orang yang dicinta, sama saja kehilangan separuh jiwanya. Semangat hidupnya hilang, menjadi orang yang pesimis. Cara-cara move on di postingan saya sebelumnya (baca: Move On) sepertinya tidak akan terlalu berefek dengan mereka. Yah, saya juga sebenarnya tidak mengerti, tidak bisa bicara banyak kalau soal kasus yang seperti ini. karena secara saya juga belum rasakan seperti apa itu move on dari kenangan seseorang yang sudah hidup bersama kita selama 50 tahun. Tapi, jelas, apapun itu jenis Kehilangan -nya, waktu pasti bisa menyembuhkan.
^^
Salam Move On.
No comments:
Post a Comment