Monday, February 16, 2015

Cerita DTU (Part 3)

Day 4-8 Minggu Materi

Melewati tiga hari pertama, yang konon katanya adalah tiga hari yang terberat selama DTU gak membuat kami lega. Tekanan dari instruksi demi instruksi dari pelatih tetap saja menghantui di hari keempat ini dan juga hari- hari selanjutnya. Pada hari ke 4 hingga hari ke 8 diisi dengan dengan beberapa materi selain latihan PBB (Pelajaran Baris Berbaris). Misalnya materi Penghormatan, TUS (Tata Upacara Sipil), ada juga satu sesi materi yang diisi oleh KPK, materi P3K, dan materi lainnya. Apakah di minggu materi ini kami lantas enak-enak di dalam ruangan ber-AC seperti saat diklat Prajab? Ckck..jangan coba-coba berfikir bakal enak-enak disini. *ngupil*



Ada materi yang di laksanakan di tengah lapangan dan di bawah tenda biru. yang biasanya dipake hajatan itu lho tapi atapnya putih dengan terpal warna biru sebagai alasnya. Rasanya sudah lumayan banget untuk berteduh dari panas terik dan hujan badai, walaupun tetap gak enak karena harus desak-desakan kayak di damri. Ketika ada jadwal materi di bawah tenda, sejenak kami semua merasa sedikit lega. Karena gak perlu panas-panasan atau harus melawan hujan rintik lagi di lapangan sambil berkonsentrasi mendengarkan materi.



Tidak sedikit dari kami yang memilih untuk mencuri kesempatan dalam kesempitan ini untuk mencuri waktu tidur. Tapi, tidak sedikit juga yang berusaha sok kuat menahan ngantuk demi mendengarkan materi. Alhasil, bola mata mereka tanpa sadar berputar keatas dengan kelopak mata yang tidak tertutup sepenuhnya. Semuanya berubah jadi putih. Dengan mulut setengah terbuka, mangap. Tinggal kita pegang aja kepala dan kakinya trus bacain ayat kursi. Mau dibilang tidur gak, bangun juga kagak. Hmm..mungkin kayak lagi kena gejala kerasukan jin Lido. Di telinga mereka mungkin sayup-sayup hanya kedengaran suara berisik siswa. Semakin lama badan semakin merunduk, lalu akhirnya terbangun lagi. Trus, tertidur lagi, merunduk, bangun lagi. Saking kuatnya rasa kantuk yang menyerang hingga gak tau lagi apa mesti guling-guling dulu biar gak ngantuk. Mending kalau mau tidur ya tidur aja kalik, mas, mbak. Daripada nanggung.





Semakin lama waktu berjalan, hari ke 4 hingga ke-7 rasanya gue mulai terbiasa dengan kegiatannya. Mulai dari senam pagi bersama hingga apel malam, gue mulai bisa menerima. Maksudnya, ya udahlah ya, mau diapain lagi. Tanggal 5 Desember, pelatih suka atau tidak suka, toh diklat bakal selesai saat itu juga. Gue juga udah mulai terbiasa tiap bangun pagi terbangun sendiri (bukan karena TOA) gara-gara suhu dingin khas Sukabumi jam 3 dini hari. Gue juga udah mulai terbiasa tiap hari selalu pakai kaos kaki basah sebab sepatu juga selalu basah, kehujanan dari hari 1 sampai hari 10. Berdoa semoga pulang pulang gue gak kena flu tulang *alaaah*. 



Semakin "menikmati" juga saat-saat sit-up, push-up, guling-guling, merayap depan dan merayap punggung, bersama teman-teman sekelas. Semakin lama, semakin terbiasa. Lebih mengarah bosan, mungkin. You know, semakin hari, skenario-skenario ini mulai ketebak. Intinya adalah setiap ada kesalahan akan ada konsekuensinya. Dan setiap konsekuensi adalah hukuman seperti sit-up, push-up, dan lain-lain. Dan tiap hari akan ada saja kesalahan, namanya juga manusia. Jangan harap ada zero-mistake di diklat ini. Jadi ya udahlah ya.. *lanjut guling sampai kawah gunung salak*


Day 9-10 Inaugurasi dan Upacara Penutupan

Semakin mendekati hari terakhir, suasana mulai bergembira kembali. Siswa dan siswi sangat bersemangat mengikuti instruksi para pelatih. Kegiatan-kegiatan pun diikuti dengan sukacita karena dua hari lagi diklat ini akan selesai. Mulai dari latihan upacara inagurasi nanti malam maupun penutupan esok harinya, kami siap. Hayuk aja, katanya mah.


Acara inaugurasi ini akan dilaksanakan di malam hari. Empat kompi pasukan akan membentuk barisan berbentuk huruf U. Dihadapan tiang bendera utama. Dan dengan sebilah bambu tua yang dipasangi bendera merah putih ditancapkan ke tanah, didepan barisan masing-masing kompi. Hal menarik lainnya dari acara ini adalah adanya setumpukan besar kayu bakar ditengah-tengah lapangan, dikelilingi oleh barisan kami. Tiap siswa dari masing-masing kompi maju satu persatu untuk menghormati, mencium bendera merah putih, serta berjanji untuk menjaga nama baik dan memegang teguh nilai-nilai kementerian. Prosesi dengan merah putih ini diiringi oleh pembacaan puisi oleh perwakilan siswi dan lagu-lagu nasional seperti Rayuan Pulau Kelapa, Padamu Negeri, dll yang dinyanyikan dengan pelan dengan tempo lebih lambat. Nyala terang api unggun ditambah dengan sinar bulan purnama waktu itu menambah kekhidmatan suasana pada malam itu. Buset, bisa juga kita bisa tenang kalem kayak gini setelah beberapa hari kemarin bisanya cuma hingar bingar gak jelas di lapangan.


Setelah acara tadi selesai, sesi acara dilanjutkan dengan menyaksikan bersama performance kreatif dari tiap-tiap kompi. Ada yang menampilkan tarian tradisional, nyanyi lagu-lagu daerah, nge-rap sampai atraksi parkour juga ada. Harus diakui kalau penampilan yang paling berkesan pada malam itu adalah atraksi parkour dari kompi 3. Seru juga bisa lihat langsung orang lagi loncat-loncat lincah, kesana kemari, dengan punggung teman-temannya sebagai tumpuan. Kayak sun go kong gitu. Ada juga penampilan paduan suara dari teman-teman dari Pulau Papua dan sekitarnya. Mereka menyanyikan lagu "Harmoni" nya Padi. Gila, dengar suara mereka bikin merinding. Tanpa iringan musik apapun. Malam itu hanya suara mereka. Bikin suasana jadi semakin romantis dibawah cahaya bulan purnama. Angkatan ini memang yahud kreatifitas dan kekompakannya. Salut. Malam itu adalah malam paling menyenangkan selama 10 hari diklat. Yakin banget.


Jumat, 05 Desember 2014

Hari terakhir DTU. Finally, freedom has come. Wajah anak-anak sumringah abis. Lain banget pas gue lihat beberapa hari kemarin. Kuyu, lesu, lemas, kusam, tidak bersemangat. Hari itu, mereka menjadi lebih ceria, senyum dan tawa dimana-mana. Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Yang kayak gini nih yang selalu bikin gue bingung sendiri mesti merasakan apa di hari terakhir ini. Pengen sedih banget, ya gak juga. Senang, ya gak juga. Soalnya, wajar dan normal dong kalau gue pengen banget keluar dari sangkar  tempat ini. Dan di satu sisi gue merasa kehilangan lagi aja kalau mesti berpisah dari orang-orang ini. Sama teman-teman sekelas. Sama teman-teman lama yang baru aja reunian lagi. Gue kadang agak males juga kalau mesti berperasaan gak jelas kayak gitu. Rasanya ada aja sesuatu yang bahkan belum dimulai, belum sempat juga diselesaikan. Entahlah. Gantung banget perasaannya.


Pagi itu dimulai dengan senam pagi bersama, seperti biasa. Lalu, sholat subuh berjamaah, mandi, dan bersiap untuk naik ke atas bukit lagi, menuju lapangan "keramat". Kami semua disana sudah berbaris rapi sejak jam 7 pagi setelah sarapan pagi. Menunggu para panitia penyelenggara mempersiapkan peralatan upacara saat itu. Menunggu para pejabat-pejabat kementerian datang dan memimpin upacara nantis sekaligus menutup penyelenggaraan diklat ini. Matahari makin lama, makin naik. Upacara tak kunjung dimulai juga. Kami berdiri, dan menunggu tapi tidak tau sama sekali kapan upacara akan dimulai. Kami juga tidak dibiarkan duduk dan istirahat, selain ada instruksi dari pelatih. Beberapa dari kami, bahkan memanfaatkan waktu untuk bernarsis ria di kelas masing-masing, foto-foto ketika ada instruksi istirahat. Mumpung hape udah dikembalikan setelah 10 hari disita. Mumpung semuanya masih ada disini.


Ketika upacara dimulai, puncak kedua betis gue menghadapi ujiannya. Betis kemarin-kemarin bisa tahan, kuat berbaris, di hari terakhir ini mulai menunjukkan sifat manjanya. Rasa sakit dan ngilu menjalar disekujur lengan kaki, sampai akhirnya mungkin gak bisa rasa apa-apa lagi. Udah terlanjur kaku karena berdiri terus. Belum lagi mata gue masih aja merem-melek di hari terakhir ini. Ngantuk, tetaplah ngantuk. Obatnya adalah tidur. Bukan berbaris.


Setelah upacara selesai, sholat jumat bersama untuk terakhir kalinya dilaksanakan di bawah tenda "keramat"lalu diberikan waktu untuk beres-beres tenda. Mengatur lagi isi-isi koper dan bersiap-siap pulang. Iya, pulang..

Setelah 3 jam perjalanan menuju Pusdiklat Pajak, Jakarta, kami semua turun dengan perasaan lega dan muka hitam legam  kusam. Ada yang saling berangkulan pundak. Ada yang membentuk kelompok, saling bercanda dan mengobrol. Dan ada juga kelompok yang lebih memilih duduk istrahat, lesehan di lantai, menunggu teman-teman pulang lainnya. Gue bahkan gak sempat ngobrol banyak ke teman-teman seperjuangan gue dulu semasa kuliah. Dan belum sempat bilang apa-apa ke beberapa teman-teman sekelas semasa DTU. Entah karena suasananya memang rame dan gue terlalu lelah untuk mencari mereka diantara kerumunan orang-orang ini. Pengen lebih lama lagi berkumpul dengan mereka. Kapan lagi momen seabsurd ini terjadi dan dijalani bareng-bareng mereka lagi. Setelah hari ini, kita semua bakal balik lagi ke daerah penempatan masing-masing. Belum tentu bisa ketemu lagi dalam circumstance se-ajib ini. Semoga berjodoh lagi di suatu tempat, di lain hari. It is nice to meeting you, guys. What an incredible exprience with all of you.





No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....