Saturday, July 13, 2013

Kehilangan

"Barangkali itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta"- Dewi Lestari


Kutipan cerpen karya Dewi Lestari ini adalah salah satu favorit saya dalam bukunya "Rectoverso". Sederhana. Maknanya dalam. Tapi, tulisan kali ini bukan membahas tentang Dewi Lestari. Maaf.

Hari ini saya baru mendengar kabar duka dari salah satu sahabat saya. Ayahnya meninggal. Baru saja. Dan saya merasa menjadi orang paling jerk yang ada didunia karena tidak bisa ada di sampingnya sekarang. Menghiburnya atau sekedar ada untuk diam mendengarkan kesedihannya saja. Ah, sahabat macam apa saya. Semoga seribu doa untuk ayahanda mu sampai ke sisinya sekarang. Semoga Allah mempunyai tempat terbaik untuk ayahanda mu. Insya Allah. Aamiin. Tapi, sekali lagi, tulisan kali ini bukan hanya tentang meninggalnya ayahanda sahabat saya itu. Jadi, maaf.

Ini tentang perpisahan.
Kehilangan. Tentang mereka yang pergi. Tentang kita yang ditinggalkan. Ini adalah salah satu episode menyakitkan dalam hidup masing-masing individu. Siapa yang tidak sakit melihat orang yang kita sayang tiba-tiba pergi. Orang yang kita selalu harapkan akan ada di samping kita, di dekat kita, lebih lama lagi. Walaupun kita semua pasti tahu bahwa akan ada sesuatu yang membuat kita berpisah dengan mereka. Yaitu sesuatu yang kita tidak bisa lawan dan rencanakan. Waktunya tidak bisa kita ketahui kapan ia datang dan kapan kita akan menghadapinya. Seringkali kita menghadapinya tanpa persiapan diri untuk melihat mereka pergi secara tiba-tiba. Yaitu takdir. Kematian adalah salah satunya.

Sebenarnya ada banyak cara takdir menggambarkan bagaimana rasanya perpisahan. Rasanya kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita cinta, selain kematian. Misalnya, karena berpisah jarak dengan orang lain. Atau karena adanya suatu keadaan dimana kita,secara terpaksa, tidak bisa memiliki sesuatu atau seseorang yang diinginkan. Walaupun jaraknya masih bisa dihitung dalam satuan kilometer, atau bahkan masih berada di atas tanah bumi yang sama, kehilangan itu tetap menyakitkan. Apapun situasinya.

Tapi, setiap perpisahan pasti akan ada pertemuan. Atau sebaliknya. Begitu kata-kata orang bijak. Dalam semua macam perpisahan, akan ada hal lebih baik yang datang. Akan ada yang menggantikan episode menyakitkan ini menjadi membahagiakan lagi. Pertemuan. Pertemuan dengan hal-hal lebih baik, lebih tepatnya. Kenapa saya bilang "hal-hal"? Karena pertemuan bukan hanya dengan manusia, tapi bisa juga dengan hal lainnya. Pesan dariNya, misalnya. Hikmah yang tentunya bisa jadi pelajaran hidup untuk lebih baik kedepannya. Ini jelas lebih berharga daripada pertemuan dengan seribu manusia.

Setiap kematian orang yang kita cinta, akan ada pertemuan dengan mereka lagi di alam lain. Akan dikumpulkan lagi kita dengan mereka yang telah dulu meninggalkan kita di tempat lebih indah (insya Allah). Setiap patah hati karena ditinggalkan begitu saja, akan ada pertemuan dengan orang yang lebih baik daripada dia yang meninggalkan kita. Setiap keadaan yang membuat kita terpaksa alami perpisahan, akan ada pertemuan dengan sesuatu yang lebih baik juga.

Waktu akan menyembuhkan. Cepat atau lambatnya, tergantung dari diri sendiri. Seberapa besar hati kita menampung, menerima semuanya dengan ikhlas. Ada yang datang, ada yang pergi. Yang terpenting adalah apa dan siapa yang masih tinggal disini. Kita hanya perlu mensyukuri semuanya. Mendengarkan apa yang Allah coba katakan melalui perpisahan ini lalu kembali menjadi individu yang lebih baik. Ikhlas dan biarkan lengan waktu mengantarkanmu lagi ke takdirNya.





No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....