Hari jumat, 26 Juli 2013 adalah hari terakhir saya mengabdi di tempat itu. Hm rasanya aneh kalau saya sendiri yang bilang kalau saya itu mengabdi. Mengabdi itu memberikan kontribusi ,apapun yang berguna untuk suatu hal. Tapi, saya masih merasa belum kasih apa-apa buat kantor itu, buat negara. Entah, mungkin sedikit hiperbola kalau bilang mengabdi di kantor itu sama saja mengabdi untuk negara.
Selama itu juga saya tidak pernah menulis tentang kehidupan magang saya disana. Terakhir kali saya sempat menyinggung masalah ini di tulisan lainnya (baca: Curhatan Selama Menganggur) waktu bulan November 2012. Masih jelas sekali di kepala saya kenapa saya memutuskan magang sukarela dengan konsekuensi tidak menuntut bayaran, upah, gaji, atau apapun itulah namanya. Berawal karena mau menghindari sesuatu. Yang bisa-bisa buat saya gila kalau saya tidak segera menyibukkan diri dan hanya berdiam di rumah. Terus, karena saya juga sudah bosan libur, tidak ngapa-ngapain di rumah, gak produktif sama sekali, selama sebulan penuh. Saya bersyukur juga punya sifat seperti ini. Tidak suka libur terlalu lama.
Delapan bulan..
Hanya bisa bilang terima kasih buat mereka. Banyak sekali hal yang bisa saya pelajari disini. Bukan hanya tentang teknis pekerjaan ,perpajakan, ini-itu. Tapi, juga tentang bagaimana bersikap di tengah-tengah orang asing dan baru yang selalu akan kita temui setiap waktu. Orang-orang ini jelas harus mendapat perlakuan berbeda dibandingkan ketika saya harus berhadapan dengan teman sebaya. Ketemu banyak orang dengan sifat dan karakter berbeda satu sama lain. Beda karakter, beda sikap kita . Tidak bisa sembarangan. Karena ini juga akan menyangkut dengan perlakuan balik oleh orang lain ke kita, secara berkepanjangan. Pelajaran ini jelas lebih berharga daripada teknis perpajakan yang selalu ada di semua buku tebal manapun.
Delapan bulan..
Saya, secara pribadi, hanya antara saya dan Allah yang tahu, mendapat pengalaman spiritual. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan orang-orang disana. Hanya saya. Saya tidak pernah "mencapai" diri saya yang seperti sekarang. Saya belajar dari diri saya sendiri. Saya belajar bagaimana caranya ikhlas menerima semua pekerjaan, tanpa menuntut untuk dibayar. Dan belajar susahnya orang-orang bekerja. Belajar bagaimana itu bersyukur ,tanpa menyesali dan menangisi apa yang saya tidak punya, dari seorang anak "istimewa" (baca: Anak "Istimewa"). Dan akhirnya, mendorong saya sedikit demi sedikit untuk belajar lebih dekat dengan Allah. Satu hal yang selama 18 tahun saya tidak pernah lakukan secara total. Belajar tentang apa yang selama ini saya lewatkan. Semua itu karena pengalaman kecil untuk bersyukur itu. Kantor itu mungkin salah satu cara Allah buka mata saya lebar-lebar dan ngomong ke saya "Ini hidup kamu banyak nikmatnya..ini lho yang mesti kamu kejar..ini lho yang masih harus kamu pikirkan.." Tapi, meski begitu, saya juga masih merasa belum cukup sampai sekarang. Saya masih harus belajar terus.
Delapan bulan..
Saya belajar kalau menjadi orang yang kerja kerasnya dihargai dan diperlakukan baik oleh sosial, jauh terasa lebih menyenangkan dan lebih baik daripada dibayar dengan uang ratusan ribu.
No comments:
Post a Comment