Aku bahagia ketika..
Di bandara, ruang kedatangan, menunggu mu pulang. Tidak, bukan kamu yang pulang. Rasanya aku yang kembali. Seperti aku yang telah melalui perjalanan dan akhirnya menemukan tujuan. Beberapa kali kita lalui, tapi selalu terasa seperti itu, sama. Kamu adalah rumahku.
Aku bahagia ketika..
Di teras rumah, kita duduk berdua bersama. Dibawah langit sore, kita bercerita tentang apa saja. Tepatnya, kamu yang memintaku bercerita. Tentang superhero, tentang hewan, lalu bertanya tentang apa saja yang muncul dalam benakmu. Seringkali tidak masuk akal, tapi justru itu yang dirindukan. Melihat mata mu berbinar melihat dan mendengarkan ku. That eyes, that moment. Tidak akan bisa dibayar dengan apapun, walaupun dengan seluruh dunia.
Aku bahagia ketika..
Di siang hari, di kamar tidur, waktu terasa hanya ada kita berdua. Kita saling bertatapan. Kamu sesekali hanya senyum simpul. Mungkin kamu masih bingung harus bagaimana menanggapi kehadiranku. Eksistensi mu di dunia belum sepenuhnya kamu sadari. Kebingungan mu akan dunia luar masih dominan. Dan seringkali kamu rindu alam rahim. Wangi nafasmu, masih suci. Tatapan matamu, masih bersih.
Aku bahagia ketika..
Di malam hari, di saat semua malaikat terlelap, hanya ada saya dan benakku sendiri. Aku ceritakan semua yang terjadi dengan diriku sendiri. Berusaha mendengarkan. Berusaha menenangkan. Hanya butuh secarik kertas dan sebuah pulpen untuk bisa memeluk diri sendiri.
Aku bahagia dengan apa yang aku miliki saat ini. Tidak perlu aku setengah mati berusaha mencari. Kebahagiaan itu selalu didepan mata. Kadang ada saat aku tidak melihatnya, tapi bahagia itu selalu didepan mata. Mereka selalu ada.
No comments:
Post a Comment