Monday, October 5, 2020

Day 5: I as a parent

Sebenarnya tema #30DaysWritingChallenge di hari ke 5 adalah "your parents". Tapi, karena tidak ada hal yang terlintas, yang bisa untuk dibagi dan ditulis tentang itu, maka saya putuskan untuk menulis hal lain tapi masih menyinggung tentang orang tua. So, i thought i can write about myself as a parent. Or about me and my husband as parents, even better.


Kami adalah orang tua yang tidak sempurna, tapi selalu mengusahakan yang terbaik. Orang tua mana yang tidak mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Mungkin yang membedakan motivasi untuk "mau mengusahakan" itu yang berbeda tiap orang tua. Karena tiap orang tua punya prioritas yang berbeda, tiap keluarga punya tujuan berbeda untuk membesarkan anak. Dimulai dari apa tujuannya punya anak, lalu mau membesarkan anak yang bagaimana apa harapan yang orang tua mau capai dalam pengasuhan anak, dan lainnya. Sehingga, masing-masing keluarga pasti punya pola pengasuhan yang berbeda.

Di awal kami menjadi orang tua, kami adalah orang tua yang sangat buta dengan anak kecil. Ganti popok saja kami belum pernah praktik. Walaupun kami banyak baca teori tentang parenting, tapi selalu masih ada saja yang kelewat. Masih ada saja hal yang terlepas. Kami masih belum bisa mengendalikan semuanya. Sampai-sampai ditengah perjalanan parenthood ini, seiring beranjak usia anak pertama saya, saya mulai mempertanyakan diri sendiri. "Am i a good mother?"," Have i done the best for my child?","bagaimana kalau misalnya ini-itu? what did i miss?", and so on. 

Adalah emosi yang paling sulit saya kendalikan ketika pertama kali menjadi orang tua. I am grateful that i have a husband that does not have emotional level same as me. I can tell he is good at burying his feelings until it came out at the right reason, time and place. Dia jauh lebih sabar menghadapi si kecil saat itu. 

Sedangkan diriku? Sangat emosional. I admit it. Beragam sebab biasanya menjadi pemicu. Baik dari memang dari diriku sendiri, maupun dari faktor luar. Misalnya, tanggapan orang-orang, my insecurities ketika melihat orang tua lain yang kelihatannya lebih sempurna, hormones, kelelahan atau kadang saya sendiri yag susah sekali let go off somethings, have too damn high expectations on my child dan terlalu saklek. Maklum ya anak pertama, saya rasa wajar kalau segala macam rasa muncul, apalagi pada ibu.

Sekali dua kali saya khilaf, kadang saya rasanya marah sekali sama anak hanya mungkin karena dia tidak mau makan atau yang paling parah karena tantrum. Untuk saya, tiap jenjang usianya punya "tingkah" tersendiri yang bisa bikin saya marah pokoknya. There are good and bad days, lah.

Tapi, sejak saya rajin ikut kelas parenting ini - itu, saya jadi semakin tercerahkan. "Ooh ternyata kemarin Al begitu karena begini..", "ooh ternyata untuk mencegah ini, kita harus begitu..", dan sebagainya. Saya jadi semakin tahu apa yang saya hadapi. Dan bagaimana menyelesaikannya. Bagaimana cara memperbaiki lagi jika ada yang terlewat lagi dari saya. Apa yang sebaiknya dilakukan. Dan pelajaran-pelajaran parenting yang bermanfaat lainnya. 

Tetapi, meskipun saya ikut kelas parenting, saya tetap pilih-pilih insight yang realistis untuk realita saya dan anak-anak sendiri. So, i can decide what's best for children but still not abandoning my sanity. Karena kadang ada hal-hal yang diajarkan, yang menurut saya terlalu sempurna dan idealis. Dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. So, i am a little bit picky about that. Saya ambil yang diperlukan saja.

One thing that i also feel grateful is my willing to learn and try. Even if i fail doing one things, i always try to find other way to solve. So, my parenting style mostly is a "trial and error". But, it is better than doing nothing at all. Better late than never. 

Saya punya beberapa mantra yang biasanya jadi penyemangat saya when things go bad:

"There is no best parents in the world, but there's always a good enough parents to their children"

"Menjadi orang tua itu sulit, tapi menjadi orang tua yang mau berkembang adalah sebuah blessing"

"Always choose your sanity. Because kids need a happy mom, not a perfect one."

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....