Menulis itu selalu abadi. Kau tahu? Banyak orang punya sesuatu yang ingin dikatakan tapi tidak tahu harus mulai darimana. Tidak tahu harus dikatakan kapan. Sekarang? Besok? Nanti? Tapi, yang ada memang selalu tidak pernah benar-benar dikatakan. Seperti dikatakan tapi kadang ada saja yang terlewat dari kita. Jadinya malah apa yang kita sampaikan tidak sepenuhnya tersampaikan. Mau diulangi yah tetap saja akan ada yang miss dari apa yang dikatakan sebelumnya. Karena lisan itu tidak berbekas. Bisa hilang begitu saja dan tidak abadi. Beberapa kasus spesial, ketika lisan buruk yang keluar, efeknya bisa selamanya. Dan tidak bisa dihapus begitu saja. Melekat.
Tapi, ketika menulis, kau selalu punya waktu untuk menata apa yang ingin kau sampaikan. Selalu punya waktu untuk mencerna kembali semuanya. Plus, kalian bisa punya waktu untuk memikirkan kembali apakah tulisan ini baik, tidak menyakiti orang lain, atau semacamnya. Sehingga kalian juga punya waktu untuk langsung meng-backspace atau menghapus apa yang menurutmu tidak baik untuk disampaikan. Sampai akhirnya, sebuah tulisan bisa menjadi sempurna dan sesuai dengan apa yang kalian fikirkan. Hanya perlu tulisan yang baik serta jujur dengan diri sendiri.
Menulis itu selalu gampang. Kau tahu? Ada berapa juta bahkan milyar orang yang menggunakan social media. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari kebanyakan orang selalu menulis satu atau dua statement dari akunnya, sedikit demi sedikit lama-lama toh jadi ribuan statement juga. Bukti kalau semua orang dengan gampang bisa menulis.
Menulis itu selalu menyenangkan. Kau tahu? Menyenangkan karena seperti satu lagi beban yang lepas dan akhirnya menjadi sesuatu. Harus saya akui, setiap habis memikirkan banyak hal, apa saja, lalu saya menuliskannya, kepala saya menjadi ringan. I mean, sedikit lagi ada tersisa sedikit space dalam otak saya. Seperti bebas. Satu lagi penat yang terangkat. Ini karena kembali ke pertanyaan awam, "mengapa menulis?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "untuk menyalurkan fikiran" atau "untuk mengeluarkan uneg-uneg. apa yang saya rasakan". Makanya, kebanyakan cewek suka menulis. Karena perempuan itu rumit sekali kalau soal perasaan dan fikirannya sendiri. Dan mereka butuh wadah. Sekedar menyalurkan saja, tidak peduli apa maknanya, yang penting plong.
Lihat saja, di toko buku, ada berapa novel cinta yang ditulis oleh laki-laki? Atau ada berapa buku puisi yang ditulis oleh laki-laki? Atau ada berapa banyak teman-teman cowok kamu disocial media yang curhat, marah-marah gak jelas, atau tidak sedikit malah melawak? Atau ada berapa teman-teman cowok kamu yang suka curhat ke kamu? Sedikit sekali. Perempuan lebih mendominasi (bukan dari survey resmi kok, hanya saya saja iseng survey kecil-kecilan). Iya, jadi kembali lagi ke yang tadi. Kebanyakan cewek suka menulis. Karena perempuan rumit sekali. Sedangkan laki-laki tidak seperti itu. Bisa dibilang, mereka lebih sederhana karena mereka juga tidak suka dengan hal yang berlarut-larut, mungkin. Hari ini galau, paling besok sudah lupa lagi. Entahlah, saya kan bukan laki-laki jadi saya juga tidak tahu bagaimana perasaan seorang laki-laki. Tapi, kalau ada cowok yang suka menulis puisi, cerita romantis, atau apalah itu, lain lagi sih. Itu karena memang mereka suka menulis. Lagipula menulis tidak butuh identitas, semua orang bisa. Cuma butuh jujur dengan diri sendiri dan kata-kata akan mengalir begitu saja. Karena menulis hanya butuh kamu dan siapa dirimu.
No comments:
Post a Comment