Monday, December 16, 2013

Titik Balik

Adakah yang punya masa-masa kelam dalam kehidupan lalunya? Jawabannya, ada. Semua orang, malah. Setiap orang pasti punya masa-masa pahit, barang cuma sedetik. Rasanya ingin sekali menghilangkan bagian episode itu dari ingatan kita. Ingin sekali rasanya menghilangkan bekas irisannya dalam hati kita kala mengingat itu semua. Air mata boleh kering, tapi hati yang menangis bisa jadi selamanya. Karena memang masa lalu itu bukan untuk dilupakan. Tapi, untuk disyukuri sebagai bagian dari skenario hidup kita. Tidak menerima masa lalu, sama saja tidak menerima hidup itu sendiri.

Punya masa-masa kelam, setiap orang juga punya masa titik baliknya sendiri. Berbalik arah. Merubah jalurnya. Lalu, bergerak lagi. Move on bukan berarti harus bergerak maju, tapi bisa saja merubah jalurnya.
Diibaratkan hidup sebagai jalan raya lurus. Ketika kita berkendara di jalan yang mulus, yang kita anggap sebagai jalan yang baik dan tidak akan terjadi apa-apa didepan sana. Padahal apa yang kita anggap baik, belum tentu benar. Apa gunanya jalan mulus dan baik kalau tidak sampai tujuan? Atau malah membuat kita tidak punya tujuan? Tentu kita tidak akan sampai. Mencoba berbelok sana-sini, tetap tidak sampai juga. Karena jalannya memang salah. Kendaraan bisa habis bensin. Dan kita hanya mendapat lelah karena hanya berjalan terus bahkan tanpa sebenarnya tahu kemana kita pergi. Titik dimana kita lelah, itulah saat dimana kita tahu kalau kita harus berbalik arah. Itu sebabnya ada beberapa titik di ruas jalan raya untuk berbalik arah, kalau-kalau ada pengendara yang ingin berbalik arah yang benar.

Sama ketika hidup. Kita mau melakukan ini-itu dalam hidup kita tapi sebenarnya lupa tujuannya apa dan kemana. Gak tahu tujuan, berarti sama saja gak tahu jalan. Tujuan salah, lebih-lebih jalannya. Padahal sebaik-baik tujuan hidup harusnya semata-mata karena Allah saja. Sudah tercermin dalam dua kalimat syahadat yang kita baca setiap hari. Tapi, bagaimana bisa tujuannya Allah, tapi jalannya bukan di jalan Allah?

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Qs al-Bayyinah:5)

Contoh sederhana, dalam mencari nafkah. Kalau tujuannya untuk ibadah, hasilnya buat disedekahin, hasilnya buat dinafkahkan ke keluarga yang berberkah pastinya, harusnya bukan dengan jalan korupsi toh? Atau dalam mencari jodoh, maunya sih yang sholeh/sholehah, baik agamanya, baik akhlaknya, baik pekerjaannya, bisa membimbing keluarga menuju JannahNya, bisa membuat kita lebih cinta dengan Allah, harusnya bukan dengan jalan pacaran toh? (baca lagi: Karena Jalannya Salah)

Ketika berkali-kali keras kepala melalui jalan yang sama dan tetap tidak sampai tujuan, tidak jarang malah tersandung, terjerembab mencium aspal, sudah berjalan terlalu jauh, baru mulai sadar."Oh iye ye ini gue salah jalan nih kayaknya. Pantesan gue gak sampai-sampai. Pantes gue jatuh muluu". Baru deh mengalah lalu kemudian memutuskan berbalik arah. Ke jalur yang benar. Fase inilah yang saya anggap sebagai taubat. Dan Allah senang menerima hambaNya yang mau bertaubat dan memutuskan tetap istiqomah di jalanNya.

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53).

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaaha: 82).

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran: 135-136).

Subhanallah :")

Sungguh Allah sayang sekali sama kita. Mau kita ada dijalanNya agar kita dekat dengan Dia. Hanya mau kita selamat dan sampai di JannahNya. Tidak peduli mau seberapa jauh kita jalan, sudah selama apa kita lupa sama Dia, dan sudah sebanyak apa kesalahan kita sama Dia, selama kita kembali dan tetap teguh dijalanNya, insya Allah Dia akan memaafkan. Kalau sudah begini, alasan apa lagi buat kita untuk tidak menujukan diri kepadaNya?

Wallahu a'lam bish-shawab

Tetaplah istiqomah, kawan :')

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....