Sunday, May 4, 2014

Cerita Hijrah

Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman bercerita bagaimana gelisahnya ia karena keputusannya untuk mulai berhijab syar'i, memutuskan untuk berhijrah. Dia bercerita bagaimana ia selalu khawatir dengan reaksi orang lain mengenai tindakannya itu. Ia takut kalau seandainya teman-temannya akan menjauhi dia karena dianggap berbahaya dengan kerudung lebarnya. Belum lagi mamanya yang ternyata ikut tidak mendukung keputusan mulianya ini. 

Saya mengerti bagaimana perasaan teman saya itu. Harus saya aku bahwa keputusan hijrah memang sulit. Belum lagi dengan ujiannya. Tapi, itu hanya di awal saja. Nanti setelah dijalani, akan ada lagi ujian lagi. Mulai timbul juga bisikan syaithan yang menghembuskan perasaan was-was. Khawatir. Gelisah. Sulit sekali.

Menanggapi cerita teman tadi, saya hanya bisa mendengarkan dan memberikan saran terbaik semampu dan sepengetahuan saya. Bahwa, penilaian manusia tidak bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memulai suatu ketaatan. Biar bagaimanapun, ketaatan itu urusan seorang manusia itu sendiri dengan Allah. Manusia boleh berkomentar, tapi tetap Allah yang memiliki akhirat. Penilaian manusia tidak bisa selamanya dijadikan tolak ukur, apalagi kalau sampai hal itu menghambat kita untuk berusaha taat. 

Lalu, bagaimana dengan orang tua yang tidak setuju dengan keputusan berhijrah kita? Untuk satu ini, mungkin agak rumit. Karena orang tua adalah pihak terdekat dengan kehidupan kita. Yang tidak bisa begitu saja menghiraukan mereka, sama seperti ketika kita dengan orang lain. Maka, saya hanya bisa menyarankan kalau untuk mengatasinya harus pelan-pelan. Coba ajak orang tua berbicara dari hati ke hati dengan cara baik. Bertukar pikiran, bukan berdebat. Kalau bisa, hindari hal semacam debat kusir ini dengan orang tua. Katakan kalau keputusan berhijab ini juga salah satu usaha kita sebagai anak untuk tidak menyusahkan orang tua ketika mereka akan ditanyai pertanggungjawabannya di akhirat. Seiring dengan waktu untuk berusaha dan menunggu untuk meluluhkan hati mereka, tetap belajar pakai hijab syar'i nya. Diiringi dengan tetap berperilaku baik dengan orang tua. 

Dan untuk melengkapi semua usaha tadi, jangan lupa berdoa. Minta sama Allah agar dimudahkan, dan niatnya berhasil diwujudkan. Insya Allah, Allah akan mudahkan dan melembutkan juga hati orang-orang disekitar untuk mau menerima keputusan kita.

Jalan hijrah akan penuh dengan ujian. Tapi, justru itu akan membuktikan seberapa kuatnya keinginan hijrah itu sendiri. Dan seberapa besarnya keinginan kita untuk datang mengetuk pintu hidayahNya yang sudah Dia tunjukkan. Selalu ada ujian jika itu berhubungan dengan keimanan. Untuk teman-teman yang sedang memulai untuk berhijab, yang masih belajar, atau yang bahkan masih berniat, semoga segalanya dimudahkan oleh Allah. Setelah itu, semoga tetap istiqomah dan silahkan didakwahkan kepada teman-teman yang lainnya juga. Semoga tulisan ini bermanfaat..  :)

Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....