Film ini menceritakan tentang seorang malaikat bernama Seth (Nicholas Cage) yang jatuh cinta dengan seorang manusia berprofesi sebagai dokter bedah bernama Maggie (Meg Ryan). Oke, sebelum kalian menonton film ini, hal pertama yang perlu kalian harus lakukan adalah lupakan realitas. Lupakan dulu kenyataan-kenyataan hidup. Yah karena dilihat dari plot secara garis besarnya memang sudah tidak masuk akal. Masa' ada malaikat jatuh cinta dengan manusia? So, forget the reality first.
Oke, lanjut. Pertemuan Seth dan Maggie bermula dari sebuah ruangan operasi ketika Maggie sedang melakukan bedah pada seorang pasien. Seth ada disana karena keadaan pasien tersebut sudah kritis dan sesaat lagi akan menemui ajalnya. Maggie layaknya seorang manusia biasa, dia tidak bisa melihat Seth, dan sebagai seorang dokter dia hanya berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa pasiennya saat itu. Tapi, sayang sekali Maggie tidak berhasil. Pasien itu tetap meninggal dunia. Seth jatuh cinta pada keteguhan Maggie untuk menyelamatkan nyawa pasien itu.
Falling in love dengan Maggie tidak semerta-merta membuat Seth bahagia hanya dengan hanya memandangi dia. Malaikat ini semakin penasaran dengan kehidupan seorang Maggie, dan mengikuti perempuan itu kemanapun. Mengetahui kehidupan perempuan yang dicintainya itu, membuat ia juga semakin penasaran dengan kehidupan manusia. Mulai timbul keinginan Seth untuk dilihat, disapa banyak orang, disentuh, dan merasakan perasaan seperti sakit, sedih, bahagia, perasaan layaknya seorang manusia biasa. Agar ia juga bisa mencintai Maggie sepenuhnya. Jatuh cinta pada seorang manusia membuat Seth rela melepas keabadiannya sendiri.
Film City of Angels penuh dengan emosi. Kita tidak akan hanya dihibur dengan wajah ganteng semasa muda aktor Nicholas Cage, tapi juga dengan akting yang bagus, seperti biasa pada filmnya yang lain. Karakter flat, tidak ada emosi berlebihan, dari si Angel Seth dimainkan dengan apik oleh Cage. Expressing of no emotion, but falling in love. You know, like glossy eyes, senyum menyimpul, menyiratkan ketulusan. Penonton akan tahu kalau Seth ini memang mencintai Maggie dengan tulus.
Saya juga perlu memberi nilai tambahan untuk pemilihan aktris untuk memerankan Maggie. Meg Ryan sangat cocok memerankan tokoh ini. Seorang perempuan mandiri dan sederhana, tapi labil jika soal perasaan, cinta. Not such an easy-to-fallin' love woman type. Not, until she met Seth. Tidak tahu perasaan saya saja atau bagaimana, tapi saya juga melihat ada Kristen Stewart dalam diri seorang Meg Ryan. Atau mungkin sebaliknya. Pembawaan tomboy yang sama. And Meg was just beautiful.
Tapi, sayang sekali, film ini sad-ending. Oops..maaf kalau spoiler (hehe..). Diakhir cerita, setelah Seth sudah melepaskan keabadiannya sebagai seorang malaikat dan memutuskan untuk menjadi manusia serta bertemu dengan Maggie, cerita cinta mereka harus berakhir. Maggie meninggal dunia. Meninggalkan Seth seorang diri di dunia. Seth pun galau, dan mencoba tidak terima dengan kenyataan pahit yang ia alami.
Pesan kuat muncul dibalik kesedihan Seth. Dia sedikit mulai bisa menerima dan menikmati pengalaman hidupnya sebagai manusia, pengalamannya memiliki keinginan bebas miliknya sendiri. Bahwa hidup seperti itu. Tidak akan selamanya manis, pasti akan ada pahit. Tidak selamanya bahagia, pasti akan ada saat untuk sedih. Tapi, apa yang membuat hidup tetap menjadi hidup adalah menerima segala apa yang sudah terjadi. Bahwa setiap pilihan ada konsekuensi yang tidak bisa kita sesali nanti.
A good actor. A good Actress. An unusual plot. Kinda romantic film. A positive message. This film has got the whole point.
"That's life. You're living, Seth."
No comments:
Post a Comment