Friday, February 7, 2014

Ta'aruf Bukan Pacaran Islami

Teringat dengan cerita adik bungsu saya tentang salah seorang teman kelasnya. Namanya.... Tidak usah menyebut nama sebenarnya, karena cerita ini tidak butuh namanya, tapi hikmahnya. Ditulisan ini, anggap saja namanya Lia (kayak lagi wawancara kriminal aja pake nama samaran. Fufu.. :)). Adik saya cerita kalau dia sebenarnya sudah suka sama si Lia ini dari sejak mereka baru masuk SMA dan kebetulan mereka sekelas. Tapi, baru sekarang ini mereka dekat. Tidak pacaran tapi katanya sebagai teman, tapi rajin ingatkan Lia makan, sholat. Yaelah emang lo bapaknya? *ngomong sama bungsu*. Tapi, saya biarkan saja. Di umur begini memang akan sulit sekali mau menerima nasihat apalagi soal beginian, perasaan. Biarkan dia tahu sendiri. Daripada penasaran trus tidak makan tidak tidur 3 hari. Kadang manusia keras kepala sekali, butuh berkali-kali salah dulu baru menjadi benar.


Ok..lanjut. Lama kelamaan, mulai ada jarak antara si Bungsu dan Lia. Cek per cek, ternyata Lia (ngakunya) sedang ta'aruf dengan seorang senior kelas 3 di sekolah mereka. Dasarnya emang si Bungsu ini orangnya sangat kepo, dia pun tanya-tanya ke Lia. Misalnya, ta'arufnya gimana? orang tuanya sudah saling bertemu belum? Si cowok udah nyamperin bapaknya belum? Emang udah mau nikah gitu? Dan jawaban Lia inilah yang lucu sekaligus agak menyebalkan.

"Jawabannya si Lia sih gini "Yah ta'arufnya gitu. Dia suka sms aja. Ingatkan buat sholat, ingatkan makan. Kalau lagi keluar rumah, suka ingatkan juga buat hati-hati. Yah gitulah. Dia katanya tidak mau jatuh cinta, tapi mau membangun cinta. Dia cinta sama aku karena Allah. Makanya dia gak mau ajak aku pacaran. Orang tua kita belum ketemu." cerita si Bungsu pada saya. 

Itu adalah jawaban yang sangat polos untuk umur semuda itu, dari seorang Lia dan si Senior. Lucu ya? Mendengar itu saya langsung ketawa aja sambil kasih adek saya logika buat buka fikirannya lebar-lebar. 

Saya : "Kalau gitu ceritanya, seniormu itu suka sms Lia juga. Ingetin makan, ingetin sholat. Kasih perhatian lebih. Terus bedanya waktu kamu sama si Lia, apa? Berarti kamu juga lagi ta'aruf sm dia gitu? Bedanya ta'aruf sama pacaran, apa?" 

Si Bungsu: *sejenak diam* "ah iya juga ya. Lia kok gak mikir sih? Bego bener."

Saya : "Sama, kalian berdua bego. Kau juga sudah dibilang gak usah nembak, masih maksa juga sih. Ternyata Lia lagi dekat juga sm orang lain, kan? Kecewa gak?"

Si Bungsu : *langsung diam* *nunduk* *masuk kamar* *peluk guling*

Lucu, dan menyebalkan. Kenapa? Karena mereka berani sekali mengatasnamakan Allah untuk bermaksiat. Si Senior adalah seorang rohis dalam ekskul keagamaan di SMA. Ini fakta yang menambah kekesalan saya. Dia harusnya yang ikut mendakwahkan ilmunya, bukan malah dimanipulasi sedemikian rupa menjadi sebuah alasan untuk bermaksiat. Mengetahui ilmunya. tapi masih saja tersesat. Tapi, dasarnya godaan syaithan memang halus sekali sampai membuat manusia menjadi sedemikian jauh dari Allah. Syaithan bisa membungkus sesuatu hal yang bathil (keburukan) dengan haq (kebaikan). 

Rasanya mau tak apain ya? Tak timpuk pake bata aja. Yang laki-laki menggunakan dalih ta'aruf sebagai modus untuk bisa dekat dengan perempuan. Pakai gombal basi "saya mencintaimu karena Allah" pula, padahal sudah sangat jelas diantara mereka masih belum ada ikatan apa-apa. Which is really wrong. Berani sekali dia pakai cara syariat Islam yang sudah pernah dicontohkan baik-baik oleh Rasulullah. Emang dia semulia apa sampai berbuat begitu? Modus sama perempuan di belakang syariat Islam, agama Allah? 

Padahal sudah sangat jelas, ada perbedaan yang sangat mencolok antara ta'aruf dan pacaran. Kalau masih dicampuradukkan, buat apa Allah melarang pacaran? Allah sudah menyediakan cara yang lebih halal dan (insya Allah) berpahala pula (asal niatnya benar ya..), yaitu ta'aruf. Kebaikannya lebih banyak dibandingkan pacaran. Jelas tidak bisa dijadikan modus. Rasanya sebal sekali kalau ada hukum Allah dipermainkan seperti ini.

Semoga ini jadi pembelajaran. Harus hati-hati kalau soal hati. Mesti berusaha dijaga baik-baik, biar gak dikotorin sama nafsu melulu. Tenang aja, perasaan itu sederhana. Arahkan dengan benar, jangan dijadiin modus. Kalau memang sudah seharusnya bertemu, yah pasti ketemu juga dengan cara-cara Allah yang tidak disangka. Maafkan kalau ada kata-kata yang tidak berkenan. Semoga Allah ampuni dosa dan khilaf kita. Semoga Allah tetap membuat hati kita istiqomah di jalanNya. Aamiin..

Wallahu a'lam bish-shawab..

No comments:

Post a Comment

Day 10: Your Bestfriend

Di bangku SD, sahabat saya ada dua orang. Mereka adalah teman sekelas dan teman satu mobil jemputan. Kami bahkan tidak tahu apa itu sahabat....